Kamu sudah berhasil bersandar di bahu saya, itu tandanya saya sudah bisa memelukmu, bukan?
-Adarusa-
"Julia..."
"Lo bohongin gue?"
Suara lorong rumah sakit yang tiba-tiba ramai membuat orang-orang di lorong melongok untuk melihat para tenaga medis yang sedang mendorong brankar pasien ke dalam ruang ICU. Sementara di dalam ruang UGD, Tangan sang wanita bergetar, menandakan bahwa ucapan laki-laki ini berhasil membuatnya takut setengah mati.
"Gue gak tau, Dav"
"Lo memang gak pernah tau tentang gue, Jul."
"Gue bahkan tau banyak tentang lo, tentang lo yang suka senam retro, lo yang gak suka makanan pedas, lo yang suka bau lemonade, dan-- lo yang selalu senang kalau di dekat Jinandara"
"Lo-
"Lo suka sama adek gue?" Malik melayangkan tatapan nyalang ke arah Julia, gadis itu sendiri tiba-tiba mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk."Dav, lo gila?"
"Gila? Apanya yang gila dari kata-kata gue, Jul? Lo seperhatian itu ke Jinan, bahkan tanpa dia buka mulut lo udah tau apa yang dia mau. Terus itu disebut apa kalau bukan suka?"
Masih dengan posisi yang sama, diatas ranjang pasien nya, Malik kembali menyudutkan Julia. Kalau saja Raka dan Jun tidak memberi tahu nya tentang bubur Abalone, mungkin gadis ini akan tetap tutup mulut.
"Cukup, oke gue minta maaf"
"Gue bener-bener minta maaf ke lo, Dav. Gue beneran lupa kalo lo alergi seafood, tapi gue sumpah gak ada niatan buat nyelakain elo. Gue Jujur""Sebenarnya, lo ada hubungan apa sih sama Jinan?" Tanya Malik menyelidik
"Gak usah bahas itu, ini diluar konteks pembahasan kita" Julia sedikit memundurkan kursi nya.
"Haha, gue heran doang sih, kenapa lo bisa sepeduli itu ke Jinan. Sedangkan kalo ke gue lo seolah kayak orang baru, kalo suka sama Jinan jujur aja, gue gak marah"
Malik tidak sadar bahwa ucapan nya telah memanggil sifat lain dari seseorang. Julia berdiri, memandang rendah Malik yang posisinya saat ini lebih pendek darinya.
"Pemikiran lo dangkal, perhatian dikit dibilang suka, main bareng dikira pacaran. Lo gak tau apa-apa, Dav! Lo sekolah aja nggak lulus! Gak usah sok buat teori yang gak masuk akal!" Bentak Julia
Perlahan mata pemuda itu, memburam, merasa seperti ada kabut yang menghalangi pandangan nya. Malik sakit hati. Manusia mana yang tidak sakit hati apabila disindir soal pendidikan, Ucapan Julia ada benarnya, seharusnya dia tidak perlu sok tahu dengan pendapatnya. Tapi, Malik tidak menyangka bahwa kalimat yang menyakitkan itu ia dengar dari sosok yang selama ini dia anggap sebagai sahabat.
"Julia, kenapa lo ngerendahin pendidikan gue?" Tanya Malik
"Gue tau gue bodoh, tapi tolong jangan bawa-bawa pendidikan" cairan bening jatuh dari pelupuk mata pemuda itu, dengan cepat Malik menyeka air matanya."Kalau memang lo nggak suka sama Jinan, kasih gue satu alasan kenapa lo selalu peduli sama dia" Sementara itu Julia membuang pandangannya ke arah lain, enggan membuka suara karena takut menyakiti hati pemuda ini lagi.
Merasa tak ada jawaban, Malik memejamkan matanya. Air mata kembali keluar seiring dengan menutupnya mata lelaki itu. Sedikit tergesa, Julia bangun dari duduknya dan pergi dari ruangan itu, dengan sebuah kalimat yang sangat jelas di dengar oleh indera pendengar Malik.
"Hubungan gue sama Jinan itu, Rumit"
Selebihnya hanya suara alat detak jantung Malik yang senantiasa berbunyi dengan beberapa denging disekitar telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARUSA | Park Jisung (TAHAP REVISI)
Fanfiction"Nan, daripada lo marah-marah gak jelas kayak gitu mending lo jadi adek gue aja." "Abang selalu nyuruh gue buat cerita apapun ke dia, tapi dia cuma lulusan SMP yang sudah pasti mana paham sama persoalan anak jaman sekarang." "Julia, kenapa dia lebih...