⁰¹

27.3K 2.2K 68
                                    

Tidak sepanjang waktu nasib mujur itu datang, konsep alam yang sangat mendasar namun juga sulit ditebak. Nyatanya hidup itu memang tidak adil, dan Rein, seorang pemuda di awal usia dua puluhan ini tidak pernah merasa bangga untuk mengecap hal itu lebih cepat dari seharusnya.

Hanya beralaskan sepatu butut dan jaket tua melingkupi tubuh dari dinginnya embusan angin malam, ia bawa langkah tanpa tujuan. Bibir merah yang tak pernah lekang dari ukir senyum bergetar di bawah rintik pelan salju tipis, merapatkan kedua siku lebih dekat agar tetap hangat.

Malam hari seperti ini harusnya ia tengah nyaman bergelung dalam selimut dengan secangkir kokoa panas menemani detikan waktu sebelum lelap. Namun semua itu hanya berakhir dalam angan, sebab dirinya berada jauh.. sangat jauh dari 'rumah', jika boleh disebut seperti itu.

Who’s that??” Pekiknya waspada tatkala rungu mencuri dengar kasak-kusuk dari semak berjarak sekitar dua meter darinya. Ia bukanlah seorang pemberani, bahkan di dalam kepalanya saat ini sudah terangkum berbagai asumsi serta langkah apa yang paling mungkin diambil jika situasi terburuk benar terjadi. “Excuse me.. is anybody there?” ia bertanya lebih pelan, tak beranjak sama sekali dari tempatnya berdiri.

Please come out if you don't mean to do anything bad..” semak mulai berkerisik, seekor anjing yang satu kaki depannya terseok muncul dari sana. Binatang malang itu nampak memprihatinkan, terluka dan kelaparan di tengah dinginnya malam bersalju.

Rein mengerjap, iris jernih segera dilapis selaput kaca ketika ia bungkukkan diri mengambil anjing itu ke dalam dekap. “You're just like me, don't you?” Ucapnya, berusaha menggunakan jaketnya untuk menghangatkan tubuh si anjing. Menurutnya mereka sama, tersesat tanpa tujuan jelas dan entah apa yang akan terjadi nanti, tak ada yang tahu.

I wish I can give you some food, but I don't have any.. sorry.” Ia hampir menangis lagi, merasa bersalah meski siapa pun tahu tidak perlu meminta maaf untuk hal yang bukan kesalahannya. “I'll find you a new home, I promise.” Dan ia kembali melangkah, ke mana pun insting membawanya, hingga usaha itu mendapat hasil.

Keluar dari mulut gang adalah jalanan yang cukup ramai lalu-lalang, dengan jajaran toko di kanan dan kiri membuatnya terheran sebab belum lama tadi ia lewati tempat yang amat sepi sunyi. “It'll be okay, don't worry..” hiburnya pada anjing kecil berbulu putih di pelukan yang nampak gelisah, namun tidak ada pengaruh berarti sebab si anjing langsung melompat dan lari.

H--hey wait!” Ia tak habis pikir, mengapa anjing itu masih memiliki tenaga untuk lari ketika bahkan kakinya tak dalam kondisi baik. Rein sekali lagi menahan tangis, memikirkan betapa dirinya begitu mirip dengan si anjing yang tak menyerah meski luka menyakitkan dideranya.

Namun tidak, dirinya tidak lagi seperti itu.. bersamaan dengan pelariannya dari US ke Korea, ia telah banyak kehilangan bagian dari dirinya.

I-- I’m sorry-- excuse me..” ia coba melawan arus langkah pejalan kaki, berkali-kali kehilangan jejak dan berakhir terpaku di seberang jalan menatap nanar anjing kecil tak berdaya yang baru saja disambut oleh cahaya maut. Mengapa harus seperti ini? Ia bahkan baru saja akan mendapat teman.

N--no.. please..” langkahnya lunglai, menghampiri tubuh mendingin yang terbaring di atas aspal persimpangan jalan. Kendaraan roda empat yang menabraknya pun masih di sana, mengundang bunyi klakson sahut-menyahut.

Yak! Apa yang kau lakukan di sana?! Cepat bawa anjingmu dan pergi!” Sang pengemudi melongokkan kepala lewat jendela, pria tua yang kasar, batin Rein.

“Apa?! Kenapa menatapku begitu, kau mau ditabrak juga hah?!” ancaman itu percuma sebab tak satu kata pun yang dapat Rein tangkap darinya. Hal itu pula alasannya diam, sebab ia tak mengerti bagaimana cara bicara orang-orang di negeri yang ia pijak ini.

秘密 - Himitsu  | ft. NoRen ver. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang