¹⁵

5.8K 765 149
                                    

Hari itu tidak ada bedanya dengan hari lalu. Yerim mampir untuk menemui Renjun sejenak sebelum ia harus kembali ke kota dengan kesibukannya sebagai dokter selain harus penuhi perintah Yeonjun. Seperti biasa, wanita itu tidak pernah datang tangan kosong, pasti ada saja sesuatu yang akan diberinya untuk sang adik, dan kali ini adalah sebotol yoghurt. “Maaf, mungkin ini hanya yoghurt, tapi kurasa baik untuk kesehatanmu.” tuturnya sembari menyerahkan minuman fermentasi itu ke tangan Renjun. Ia lalu menengok arloji yang melingkar di pergelangan dan menyadari kalau dirinya sudah benar-benar terlambat. “Ah, aku harus segera berangkat.. baik-baik di kamarmu, hm?” Renjun mengangguk dengan senyum yang sedikit dipaksakan, namun sepertinya Yerim tidak menyadari itu.

Beberapa meter punggung wanita itu makin menjauh di koridor, sempat menoleh dan melambaikan telapaknya semangat, Renjun pun lakukan hal yang sama. “Terima kasih, Noona.” ia bergumam lalu putuskan untuk segera masuk ke dalam kamar sebelum anak buah Yeonjun mendapatinya keluar dan menjadikan itu alasan untuk beri hukuman padanya.

Namun apa yang terjadi? Maniknya justru disambut sosok familiar tengah berdiri di dekat meja, membelakanginya. Tangan besar laki-laki itu bergerak bebas melihat-lihat barang yang ada di atas meja ukir kayu dengan sesekali kekehan lolos. “Seems like they treat you better than me.” benda terakhir yang disentuhnya adalah sebuah halaman buku terbuka berisi bubuhan kelopak-kelopak mawar kering yang Renjun buat untuk disimpan. Lelaki jangkung dengan surai gelap dan tatap dingin itu menoleh, segaris seringai sanggup buat Renjun merinding hingga tulang.

Why? You're wondering how is it possible that I'm here right now?” si omega hanya tundukkan kepala, ia ikut mundur saat pandangnya dapati jungur sepatu necis di hadapan bergerak persempit jarak. Sungguh ini hampir mustahil, bagaimana bisa lelaki itu masuk tanpa diketahui? Tidakkah dia tahu kalau Yeonjun sampai menyadari maka ia akan diburu sampai mati?

Tak sadar tiba-tiba tangannya ditarik, tepat dicengkeram kuat ke hadapan muka keduanya, pamerkan cincin perkawinan yang masih tersemat di jari manis Renjun. “So disrespectful. Did all of these fancy things make you forget that you're still my wife?” rasanya menyakitkan karena sepertinya sang alpha —Jeno, juga tidak peduli pada seberapa kuatnya ia menekan pergelangan Renjun.

“Oh, wait.. judging by your appearance, they must've been doing so much thing to you.. am I right?” memang aneh, tapi nyata. Ketika suami seharusnya marah besar jika istrinya disentuh barang seujung rambut oleh orang lain, Jeno malah bisa menjadikannya sebagai candaan. Dan Renjun, bagaimanapun ia ingin mengelak, semua hal buruk itu memang sudah terjadi di luar kehendak dan kuasanya.

How rude, you couldn't at least nod or something? Ck, guess I should teach you some manners.” Renjun tidak paham akan maksud suaminya itu, sampai tubuhnya didorong kasar hingga jatuh tepat di atas ranjang. Gerakannya terlalu lambat untuk bangkit menghindar, dan sekarang ia dapati sekali lagi paras rupawan Jeno begitu dekat saat lelaki itu mengungkungnya. “Shtt, don't be noisy, hm?” seolah sadar jika si omega mungkin tanpa sadar akan berteriak, Jeno letakkan telapak lebarnya membungkam mulut kecil yang muda. Meski itu menjadikan sebelah tangan Renjun bebas, ia tetap kesulitan untuk menjauhkan diri dari sang suami, bahkan kenyataannya Jeno tak bergerak sedikit pun sewaktu ia coba dorong.

“Hmph--” Renjun hampir menangis, ia isyaratkan mohon dengan tatapannya, berharap jika Jeno mau berhenti. “What? So you don't want to do it with me, but it's okay if you did it with others?” nada suara rendah yang dikeluarkan si alpha semakin membuat tubuh Renjun bereaksi takut. Ia ingin membela diri namun tak ada yang bisa dilakukan selain luruhkan tangis dan beri geleng lemah.

That's it. You should be punished for messing around with me.” Jeno nampak sungguhan marah, tanpa peringatan lelaki itu meraih sebuah bantal dan dibekapnya Renjun hingga yang muda berontak kesulitan bernapas. Bukannya merasa iba atau bersalah, ia justru tahan tangan si omega untuk mengunci pergerakannya. “Shtt.. keep calm, baby.. I'm pretty sure you don't want to see this.” kalimat itu masih diucap dengan rendah, namun kedengaran berbeda di telinga Renjun. Ia benar-benar ingin lari dari Jeno sekarang, hanya itu yang ada di pikiran dan benaknya sampai ia rasakan sensasi aneh menjalari.

秘密 - Himitsu  | ft. NoRen ver. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang