¹⁰

6.9K 888 56
                                    

Renjun pikir dirinya tidak akan pernah menikah sampai tua dan akhirnya mati. Dilihat dari status omega resesif yang ia sandang, tentu saja tidak akan ada yang mau menjadikannya mate sebab tersiar kabar jika jenis omega seperti itu bahkan sukar mengandung anak, serta siklus heat mereka sangat tidak teratur dan cenderung jarang terjadi. Ketika pemahaman di dunia mulai maju, orang-orang tak lagi mengikuti pakem lawas soal proses penentuan pasangan, ditambah lagi penelitian menunjukkan bahwa 'mate dari dewa' adalah teori tak berdasar.. bagaimana seseorang menjumpai mate adalah dari insting mereka sendiri, bukan diatur oleh alam.

Kembali pada Renjun, ia tahu nasibnya sedang amat sangat buruk kali ini. Kabur tanpa tujuan di negeri orang, dipaksa menjadi mempelai 'wanita' dari seorang alpha calon penerus keluarga berpengaruh yang bahkan tidak mencintainya, dan juga harus pura-pura menyandang disabilitas ganda. Tidak mungkin baginya untuk menolak jika masih sayang nyawa, namun sungguh ini semua membuatnya lelah.

"Sudah kukatakan, tidak perlu repot begitu eomma.. biar aku yang mengurus semua persiapannya."

Renjun terkejut, hanya dalam dua hari Jeno sanggup memutuskan apa-apa saja yang dibutuhkan untuk pernikahan mereka nanti. Jika dipikir-pikir, mungkin itu efek si alpha yang tidak mau repot dan juga memang sejak awal tak punya anggapan bahwa pernikahan ini penting. Akan tetapi, seapatis bagaimanapun Jeno, rasanya tidak mungkin kalau sampai asal-asalan dengan agenda besar yang akan jadi pusat perhatian banyak pihak begini.

Maka, alasan paling mungkin adalah Jeno ingin menjaga rahasia identitas Renjun rapat-rapat sekaligus nama baik dirinya sendiri, karena itulah ia rela meluangkan waktu untuk turut memikirkan prosesi suci yang akan dilangsungkan kira-kira satu bulan dari sekarang.

"Tapi, eomma kenal desainer terkenal yang bisa merancang setelan dan dress pernikahan kalian nanti."

"Tidak perlu eomma, aku juga sudah mengurus itu." ujar Jeno yakin, padahal sama sekali tidak peduli soal pakaian seperti apa yang akan dikenakan Renjun, ia hanya perlu memastikan omega itu tidak sampai telanjang, dan selesai. "Tapi dia sudah sangat ahli--" untai kata sang nyonya ditukas sebuah lirik datar, ia paham maksud dari tatapan itu. Anaknya sudah cukup mengatakan sekali dan tak ingin mengulangnya lagi.

"Baiklah, baik.. eomma percayakan saja padamu." wanita paruh baya yang rambutnya baru dicat gelap itu menghela napas panjang, sudah lelah berhadapan dengan keras kepala sang putra semata wayang. Ia beralih sebentar pada calon menantunya yang memang selalu nampak kalem dan tenang, pasti Renjun adalah orang pemalu, batinnya. "Aku tidak sabar melihat kalian bersanding di altar.. semoga appa bisa memaafkan ini." raut wajahnya bertukar sendu, menyadari jika pernikahan besar ini tidak mendapat restu dari sang kepala keluarga yang kini masih setia memejam mata dalam sakitnya. Renjun mungkin tidak mengerti, namun ekspresi tentunya dapat dipahami oleh siapa pun di dunia, sehingga ia ulurkan lengan ragu mendekap tubuh sang calon mertua.

"Oh, Renjun.. hiks.. aku bersyukur anakku bersamamu, hiks.. kau pasti bisa membimbingnya." tangisan luruh, Nyonya Lee sempat kaget dengan pelukan yang diterimanya, namun ia sungguh merasakan kelegaan luar biasa karena Renjun punya hati uang teramat tulus peduli. Sementara haru mereka berlangsung, Jeno diam mengamati dari sisi bagaimana sang omega turut menitikkan air mata dalam sunyi, ia berpikir Renjun terlalu lembut dan naif. Orang seperti itu jelas tidak mungkin bisa jadi pendampingnya.

"Eomma sudah merasa baikan, terima kasih Renjun-ie.. selepas ini aku masih harus menengok ayah kalian, maaf jika tidak bisa lama menemanimu, hm?" Nyonya Lee ukir seulas senyum, wajahnya yang basah tangis tak luntur dari kecantikan, pantas saja putranya pun juga tampan meski tengah marah sekalipun. Jari-jemari bergerak lembut mengusap permukaan pipi sang calon menantu, ia nampak sangat menerima kehadiran Renjun. "Renjun.. kelak ketika nanti kau memiliki anak, aku yakin dia pasti akan sangat mencintai ibunya." Jeno dengar itu, namun ia tetap tergeming menyibukkan diri dengan urusan lain. Pernah sekali ia lihat sang ibu menangis di hadapan, bersimpuh memohon ampun sebab telah gagal mendidiknya, namun hati yang sudah beku tak sedikit pun tergoyahkan.

秘密 - Himitsu  | ft. NoRen ver. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang