²¹

4.7K 656 116
                                    

Sebenarnya, Wong Yukhei itu sudah terkenal sering menggunakan kiasan atau perumpamaan dalam menyatakan maksudnya. Karena itu pula, banyak orang kesulitan untuk memahami bagaimana cara berpikir alpha representatif Darkwood pack tersebut. Dengan begitu, tidak mengherankan apabila Jeno hingga kini masih terus memutar otak untuk memecahkan maksud tuturan alpha itu siang tadi.

“Lagu? Bahkan selera musiknya saja sangat buruk!” ia mencibir, tubuhnya sekarang merebah di atas kasur sembari lempar pandang ke langit-langit kamar. Tidak hanya memikirkan soal ini, ia juga masih penasaran dengan hasil pertemuan rutin siang tadi meski sudah bisa menebak pasti kacau karena Lee Minhyung yang justru datang menggantikan posisinya.

“Dia tidak mengabari apa-apa sejak tadi, ke mana si brengsek itu pergi?” Jeno menghela napas, bangkit duduk dan memutuskan untuk sedikit berjalan-jalan karena tidak bisa tidur. Ia memang punya kasus insomnia yang cukup parah dan  bahkan pernah sampai tidak tidur berturut-turut dalam beberapa hari. Alasannya, entahlah.. kebanyakan dokter tempatnya berkonsultasi mengatakan jika ia terlalu banyak pikiran. Oke, itu bisa diterima, tapi tidak selamanya ia membebani diri dengan hal-hal tak penting juga 'kan?

Ia hanya mencari udara segar di sekitar gedung apartemen, berbekal jaket hangat yang sudah lama tak ia kenakan dan dibiarkan tersampir begitu saja di gantungan dekat pintu. “Huh, apa ini?” tangannya yang mencekuh ke saku disambut benda keras, dan sewaktu ditarik keluar tak lain adalah sebuah hearing aid. Tanpa diminta, ingatannya diseret kembali ketika ia memaksa Renjun mengenakan benda itu sampai hampir buat telinga normalnya jadi tuli. “Beruntung omega itu bodoh, jika tidak dia pasti akan menuntutku karena ini.” tawa remeh lolos, Jeno melempar alat bantu dengar tadi ke sebuah kolam ikan buatan yang cukup luas, tidak akan ada yang repot mencari atau kehilangan lagi pula.

Melanjutkan langkah, kantuk tak jua datang padanya sampai ia pilih berdiam duduk di salah satu bangku taman sembari memeriksa notifikasi ponsel yang belum lama dibelinya. “Email bisnis, promosi, astaga tidak ada habisnya.” ia mendumal, lalu ibu jari tak sengaja tiba pada sebuah pesan elektronik dari videografer ternama. Kira-kira hampir setahun lamanya, dan ia baru menyadari pesan itu bahkan ada. Di dalamnya adalah lampiran foto serta video pendek hari pernikahannya dengan Renjun.

“Tidak ada yang menarik, ini hanya akan membuat memori ponselku makin penuh.” mungkin begitu katanya, namun ruas jari tak berhenti dari menggeser layar sampai tiba di gambar terakhir. Di situ hanya nampak Renjun, berpose menunduk malu-malu dengan balutan gaun putih sederhana yang asal Jeno pilih tanpa berpikir lama. Namun urusan atensi yang terebut seketika, maka itu tidaklah sebentar.

Jeno hanyut dalam hening, mengamati fitur wajah omega itu yang bahkan lebih indah ketimbang paras gadis. Senyum tipisnya terlihat sangat palsu, menyembunyikan sendu yang justru malah menggugah orang lain untuk memuji, “Well.. kuakui saat itu dia memang cantik.” surai yang dibiarkan tergerai hingga sebatas punggung nampak halus dan berkilau alami, bahkan kulit putih susunya juga amat mulus tanpa cela, bisa dipastikan siapa pun yang bertugas mengedit gambar ini agar lebih bagus tidak perlu buang-buang energi banyak. “Apa matanya memang sebulat itu? Dia seperti bayi rubah.” tentu saja bayi rubah di sini masuk dalam konteks derogatori, Jeno tidak mungkin sudi memuji terlalu banyak, meski jika ia lakukan pun tidak akan merugi sama sekali.

Beralih pada video, ada banyak bagian yang Jeno lewati karena menurutnya tidak menarik. Yah, atau sejujurnya tidak ada satu pun bagian mampu menarik atensinya, termasuk saat di mana prosesi ikrar sumpah perkawinan. Hari itu Renjun menggunakan isyarat tangan untuk mengatakan 'aku bersedia' dan bahkan agak jauh di belakang Jeno ada seorang interpreter bahasa isyarat yang akan menerjemahkan bagi si omega apa-apa saja yang baru dikatakan oleh pendeta. “Dia benar-benar meyakinkan sebagai orang bisu dan tuli, hebat juga.” dengan tanpa merasa bersalah, justru itulah yang menjadi fokus sang alpha. Ia seperti tidak peduli seberapa besar kesulitan dan beban yang harus Renjun tahan sendirian karena egonya.

秘密 - Himitsu  | ft. NoRen ver. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang