¹⁴

6K 801 138
                                    

Bunyi pena diketuk-ketuk berirama di atas permukaan meja kayu memenuhi ruangan. Seorang pria dengan sebelah tangan sibuk menyangga kepala tengah duduk tanpa beban, setelan jas hanya tersampir di tubuh dan iris tajamnya sedikit tersembunyi kelopak sayu. Tidak ada orang lain di sana selain dirinya, sungguh hening namun nampaknya tak jadi soal. Beberapa detik berselang, ponsel yang ia taruh di sisi meja bergetar. Dari ekspresi wajah yang dipajangnya, terlihat jelas ia menimbang harus mengangkat panggilan itu atau tidak meski akhirnya tetap bawa benda persegi panjang tersebut ke sisi telinga. “Yeoboseyo..” katanya ringan di udara, kontras dengan nada tinggi yang dilontarkan sang lawan bicara. “Di mana kau anak brengsek?! Ayahmu baru saja meninggal, dan kau bahkan tidak menunjukkan batang hidung di seremonial pemakamannya?!”

Pria itu tidak lain adalah Lee Jeno. Entah sebeku apa hatinya hingga di masa-masa sulit keluarga seperti ini masih bisa menguap santai seolah tak ada kesibukan. “Aku ada di sana waktu dia mati, kurasa tidak penting untuk datang menemaninya sekarang.” Jeno kembali mainkan pena di tangannya, bahkan tidak merasa sedih walau dia yang menjadi saksi bagaimana sang ayah mengembuskan napas terakhir. Sifat arogan dan apatisnya sungguh terpancar kuat ketika dihadapkan situasi tanpa melibatkan publik, karena itu pula ia leluasa untuk tidak datang ke pemakaman tertutup sang ayah.

“Apa kau tidak punya hati?! Dia ayahmu, Jeno!” bukan jawaban serius, melainkan tawa didapat sang ibu di ujung sambungan. Kekehan yang awalnya perlahan dan makin bertambah keras saat seringai terpatri di sudut bibir, “Kalau kau memang sebegitu cinta padanya, kenapa tidak ikut saja bersamanya, ha?” dan panggilan diputusnya sepihak.

Sementara mungkin ia tak tahu sang ibu kembali jatuh pingsan akibat tuturan kurangajar itu, atensinya berpindah pada selingkar emas putih yang tersemat di jari manis tangan kirinya. Ia diam cukup lama sebelum putuskan melepas cincin tersebut dan ditaruhnya asal ke dalam laci meja. “Salah besar jika kau berpikir aku akan terpancing setelah kau menculik omega itu, Choi Yeonjun..” kedua siku diangkat bertumpu ke meja, jemarinya saling taut ke depan muka hingga tutupi sebagian hidung mancungnya.

“Tapi baiklah, kurasa sudah saatnya aku tunjukkan kapan kau harus berhenti mengacau.” seringainya makin lebar hanya dengan membayangkan kemenangan atas Choi Yeonjun yang bahkan belum ia ketahui dimana berada saat ini, namun sebelum itu sekelebat memori melintas hingga buatnya refleks menggebrak meja.

“Dan alpha brengsek itu.. Mark Lee.. akan kupastikan dia menyesal telah bersembunyi di balik bayang-bayang selama ini.” Jeno selalu serius dengan sumpahnya, bisa dibilang ia tak pernah coba-coba ingkar pada tiap kata yang pernah diucapnya. Lagi pula masalahnya kali ini terlalu besar untuk dilenyapkan hanya dengan bantuan orang-orang kepercayaan saja, ia sungguhan harus turun tangan membungkam semua mulut itu agar tidak sampai mengatakan citranya yang sebenarnya ke hadapan publik.

“Sekelompok kecil rogue seharusnya mudah.”

Rogue? Lucu sekali mendengar kata itu masih ada di dunia dewasa ini. Akan tetapi mereka memang ada meski tidak banyak jumlahnya, dan mereka yang bisa disebut sebagai rogue pun tidak asal. Mereka pastilah sudah melakukan hal keji hingga diusir dari pack sebagai hukuman, dan entah kebetulan dari mana, mereka para rogue kebanyakan adalah orang-orang dengan kemampuan shape-shift tak terkendali.

Beratus-ratus tahun lalu, ketika perang kaum werewolf diakhiri, pack-pack tersisa mulai berpikir untuk menciptakan dunia yang lebih beradab dan harmonis, sehingga mereka dengan sukarela menekan kuat-kuat insting liar sampai ke titik wolf yang bersemayam dalam diri 'lenyap' sendirinya. Generasi-generasi yang terlahir setelah mereka pun diajarkan hal yang sama, dan itu dilakukan turun-temurun sampai akhirnya kaum werewolf sekarang hanya memiliki insting yang hanya aktif di saat tertentu dan juga status secondary gender yang tidak dimungkinkan dapat dihapus. Akan tetapi, di dunia modern ini pun rupanya masih ada beberapa orang yang mampu memanggil wolf mereka untuk bertukar posisi, dan mereka hampir semuanya mengaku tidak sadar ketika telah bertukar wujud. Hal inilah yang membuat keberadaan shape-shifter justru dinilai membahayakan.

秘密 - Himitsu  | ft. NoRen ver. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang