¹⁶

5.2K 771 149
                                    

Rasanya deja vu, ketika gaung keras kaca jendela terpecah mengalahkan geram dan rintih yang mengudara dalam ruangan luas beratap tinggi itu. Lee Jeno sudah separuh jalan mengurusi hama-hama tak berguna yang menghalangi niatnya untuk habisi Choi Yeonjun, namun kedatangan dramatis tamu tak diundang barusan buat keadaan kembali berbalik. “Sedikit terlambat, tapi tak apa.” itu Yeonjun, dengan enteng berujar masih pada posisi duduk santainya. Padahal ia sudah berencana turun tangan apabila rencananya tidak sesuai perkiraan, tapi rupanya ia tak perlu sampai kotori tangan lebih jauh.

“Tidakkah kau ingin membuat perhitungan dengannya, Tuan Lee Jeno yang terhormat?!” ia sungguh amat puas sampai-sampai terus saja memprovokasi sang alpha. Kali ini maniknya disambi mengekor pada sosok serigala legam yang baru saja melompat masuk hingga pecahkan kaca mozaik mahalnya, tapi sudahlah.. pertunjukan ini harusnya sanggup membayarnya. “Oh, lihat itu Jisung.. mereka sama-sama punya tatapan haus darah.” Yeonjun bahkan sempatkan tukar canda dengan sang adik yang untuk pertama kalinya membalas tawa palsu sebab pikirannya dipenuhi asumsi bahwa kakaknya tak diragukan lagi memang sudah gila.

Sementara Jeno, ia mengatur napas yang terengah. Beberapa bagian kemejanya koyak dan bahkan merembeskan likuid merah dari luka, namun ia masih pertahankan kesadaran untuk tidak menukar diri dengan wolf nya. Hal itulah yang membuat Yeonjun geram sejak tadi, dan ketika akhirnya sang 'kartu As' datang, ia terlihat begitu mengantisipasi. “Kita berhadapan lagi, anjing sialan.” Jeno menyeka darah yang menetes dari luka di pipi seolah tak rasakan sakit, faktanya ia justru rasakan luapan emosi yang makin meledak-ledak penuhi desir hangat nadinya. Iris sekelam malam nan tajam menusuk tak henti berkontak dengan manik runcing semerah bara api milik sang serigala di hadapan. “Kemampuan ini tidak akan merubah takdirmu, anak haram. Kau harus camkan itu.” ia tak perlu lagi fokus pada antek-antek payah Choi Yeonjun, mereka juga seperti sadar diri dengan mundur berikan ruang bagi sosok serigala gagah di antara mereka itu untuk lewat.

“Ah, tunggu.. jangan bilang kau juga menukar kesadaranmu sepenuhnya? Sia-sia aku bicara kalau begitu.” Jeno masih sempat berakting seolah hidupnya tak sedang dipertaruhkan, namun setelah kekehan kecilnya mereda, sebuah seringai tampil bersama iris keemasannya. Taring sang alpha memang sudah tajam sejak awal, dan seiring transformasinya makin mengintip di sela senyum miring, ciptakan pemandangan menakutkan bagi kebanyakan orang kecuali Yeonjun yang justru puas. Setelah selama ini akhirnya ia temukan pemicu yang tepat untuk memojokkan Lee Jeno.

Siapa sangka itu bukanlah sosok 'sedekat' istrinya sendiri, melainkan sang ajudan yang juga merangkap sebagai saudara seayah.

‘Kau bajingan bermulut besar, pantas appa hingga akhir hayatnya masih ragu untuk menyerahkan posisi padamu.’ manik Jeno melebar kaget, ia tak sangka jika Mark akan langsung melakukan mind link untuk menjawab semua oloknya. Itu hanya berarti satu hal, lelaki itu mungkin sudah benar-benar tahu bagaimana cara berdamai dengan monster dalam dirinya.

“Brengsek! Kau pikir kita sama, huh?! Aku tak pernah sudi lahir dari ayah yang sama denganmu!” seru Jeno, wujudnya sudah penuh berubah tepat ketika ia melompat untuk terjang si serigala hitam. Yeonjun melihat itu tak dapat sembunyikan antusiasme, ia terus amati seekor serigala abu-abu dengan beberapa bekas luka di sekujur badan kokohnya. Dari sana ia simpulkan jika Jeno lebih suka melukai diri ketika hasrat membunuhnya muncul ketimbang harus 'berburu' seperti yang dilakukannya di dalam Moon Howlers. “Hyung! Kau mau tempat ini roboh, huh?!” Jisung protes ketika matanya disuguhi perkelahian sengit lebih brutal dari semua tikaian yang selama ini ia saksikan. Kondisi ruangan sudah amat kacau imbas dari perkelahian awal, dan kini makin terlihat bak dihempas angin topan setelah masing-masing serigala dengan ego sama tinggi itu tidak mau mengalah. “Aku tak keberatan, justru tidak seru jika kita turut campur dalam urusan mereka.” Yeonjun tertawa kecil, tumpukan siku ke lengan kursi untuk topang dagunya seolah apa yang tengah terjadi di hadapan adalah sebuah pertunjukan seni.

秘密 - Himitsu  | ft. NoRen ver. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang