⁰⁷

7.6K 1K 139
                                    

Selain ketika Mark datang untuk menemuinya, waktu Renjun banyak dihabiskan dengan menatap langit biru atau mengaggumi indahnya rembulan di waktu malam. Tiap kali melihat benda langit cemerlang itu, dirinya selalu teringat masa kecil. Kala itu ia mungkin masih seusia balita, namun ibu dan ayah sudah sering mengangkat tangan pada tubuh ringkihnya. Kadang tidak butuh alasan, mereka bisa memukuli Renjun hanya karena dianggap ‘merusak pemandangan’ atau ‘membuang biaya hidup’ seolah bernapas pun ia sudah salah.

Di kala sedih, takut, dan sakit mendera, bulan adalah sahabat setia. Walau malam berganti, berkas cahaya ditemani embus angin sejuk tak lekang menyelinap masuk lewat jendela kecil yang selalu ia biarkan terbuka. Melihat bulan, membayangkan bagaimana rasanya menari-nari bebas di atas sana bertemankan ribuan bintang tanpa khawatir keberadaannya jadi sebuah anomali atau kesalahan. Semua itu dapat mengalihkan rasa kesepian yang ia alami meski hanya sebentar.

Namun hari-hari ini agaknya berbeda.. setiap kali ia angkat muka untuk melihat bulan dan deburan bintangnya, tak ada hal lain terbayang selain wajah rupawan dengan lengkung tenang bibir melukis senyum.

Laki-laki berasma Mark Lee belakangan memenuhi kepalanya, dan Renjun bersungut-sungut karena ia tak mengerti kenapa bisa seperti itu.

Why..” telapaknya terulur, dapat atensi penuh dari iris cokelat gelap yang masih ingat betul bagaimana tangan terasa kecil waktu Mark menggenggamnya.. seperti, memang sudah awal diciptakan begitu supaya pas. “No, no.. what am I thinking about.” sekali lagi kedua pipi dihias rona lembayung, Renjun rasakan kehangatan hanya lewat kalimat yang terngiang.

‘I love you.’

Itu hanyalah dialog dari lakon drama, bukankah tidak wajar jika reaksinya berlebihan seperti ini? Tidak mungkin ada maksud lain di belakangnya, Mark jelas hanya berbaik hati ingin membantu. Jikalaupun ada perasaan yang terlibat, pasti itu tak lebih dari sekadar kasihan atau iba.. buruknya lagi hanya karena rasa bersalah dan keharusan untuk tanggung jawab.

But, still..” ia tarik napas dalam-dalam, berusaha menghalau pikiran yang berkelebat tentang Mark, namun distraksi lebih jauh baru saja mulai.

Indra pembaunya kembali disapa wangi segar nan dingin, dan kali ini jelas bukanlah mimpi.

S--sir?” gugupnya, tepat berhadapan dengan sang tuan muda ketika tubuh dibawa berbalik. Jeno tidak melihatnya sama sekali, melainkan beri tatap pada beberapa lembar buku terbuka di atas meja. “You spell it wrong..” ucap pria itu tenang seolah tidak terkejut dengan fakta Renjun mempelajari bahasa Korea. Wajah tegas yang disentuh berkas cahaya bulan terangkat pelan, tatapan Jeno terlihat menyembunyikan lelah.

Since when did you learn Korean?”

N--not long ago, actually.. I just started to.” cicit pelan sambil menenangkan degup jantung khawatir, Renjun tidak tahu kenapa Jeno kembali hari ini jadi ia hanya menunduk sewaktu sang alpha melangkah duduk ke sofa.

“Hah~ aku lelah.. jika saja eomma tidak menyusul ke kantor untuk menceramahiku, aku belum akan pulang.” ia mendecih, bersandar ke punggung sofa untuk menyamankan tulang yang terasa pegal. Meski begitu, Jeno bukanlah tipe orang yang mudah bersantai-santai, ia selalu butuh kegiatan untuk menyibukkan diri agar tidak bosan. Iris gelapnya menyapu pandang, lalu berhenti pada Renjun dan segera tangan mengayun gestur panggil.

Hey, come here.” takut-takut, Renjun langkahkan kaki mendekat, masih dengan wajah tertunduk. Jangan lupakan surai halus yang semakin menutupi pandangnya.

秘密 - Himitsu  | ft. NoRen ver. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang