Voment!
Pintu usang itu terbuka dan menampakan Mark dengan balutan celana jeans dan kemeja putih yang sudah lusuh, dan tergulung rapi hingga sebatas siku.
"Oh you come?."
Mark hanya melirik sekilas kearah papanya. Lalu mata tajamnya menatap kearah Bianca yang tengah terikat dengan darah dimana mana.
"Aku hanya mampir untuk melihat, apakah benar papa sudah tidak ada hubungan apapun dengan jalang itu."
Bianca mendesis pelan saat seluruh lukanya disiram menggunakan air oleh Mark. "wake up bianca." Mark mengangkat kasar dagu Bianca supaya melihat kearahnya.
"I really want to kill you, but i don't want my hands dirty with your blood."
Jaehyun hanya menyimak obrolan mereka berdua dengan memutar mutar revolver itu dijarinya.
"Kau tidak harus mengotori tangan mu nak, biar papa saja yang melakukannya." Mark menoleh kearah jaehyun.
Mark mengangguk. "Setelah selesai melakukannya, cepat lah membersihkan badanmu pa, mama tidak suka bau darah." Jaehyun tersenyum.
"Papa still remembers Mark."
"Ah ya dan satu lagi, bilang ke mama kalau haechan tengah sendirian dirumah, aku akan pergi ke Kanada untuk mengurus beberapa masalah disana." Jaehyun melipat kedua tangannya.
"Kenapa kau tidak membawanya? Bukankah dia asisten sekaligus sekertarismu Mark?." Mark menggeleng kecil.
"Untuk sekarang aku tidak membiarkannya melakukan apapun, dan yeah Eric akan menggantikannya untuk sementara waktu." Jaehyun bergumam.
"Lelaki yang kau bawa saat menjemput haechan tadi?." Mark mengangguk.
"Hm baiklah, sampaikan juga salam untuk kakek mu Mark." Mark menatap kearah jaehyun, beberapa menit nya ia mengangguk dan keluar dari dalam gudang ini.
Jaehyun mengisyaratkan untuk kedua bodyguard itu untuk membunuhnya. "Apa ada ucapan terakhir, Bianca?." Ucap jaehyun.
Bianca meludah kesamping. "Aku berharap kau akan sengsara seumur hidup mu!!." Jaehyun tersenyum.
"Terimakasih atas pujiannya."
DOR!
Bodyguard itu langsung menembaknya tepat dijantung. Jaehyun mendesis pelan dan keluar dari sana tidak lupa juga menyuruh bodyguard itu untuk membersihkan semuanya termasuk mayat Bianca tadi.
Haechan terbangun dari tidurnya, menatap keseliling kamarnya Mark. "Apa dia sudah pergi?." Monolog haechan.
Bangkit dari tidurannya, meringis pelan saat bagian bawahnya terasa nyeri, dengan perlahan haechan melangkah menuju kamar mandi.
Setelah bathub itu terisi air hangat, ia langsung menjatuhkan tubuhnya disana, menikmati saat tubuhnya terasa panas oleh air itu.
"Sial, Mark benar - benar meninggalkanku sendirian."
Mengelus perutnya yang sepertinya sudah mulai menonjol itu. "Hey baby, jangan merindukan Daddy mu itu oke?." Gumam haechan.
Selepas membersihkan tubuhnya haechan cepat - cepat keluar kamar mandi dan memakai baju rumahan biasa.
Baru saja ia membuka pintu kamarnya, ia di kejutkan dengan kehadiran taeyong yang tepat berada di depan pintu kamarnya. -ehm Mark.
Taeyong tersenyum. "Apa mama mengagetkan mu?." Haechan mengangguk kecil, lalu membalas senyuman taeyong.
Taeyong merubah ekspresi nya kesal. "Huh, pasti anak itu meninggalkanmu sendirian kan chanie? Awas saja dia pulang - pulang akan kaget karena tidak melihatmu disini."
Haechan terkikik kecil mendengarnya.
"Tidak apa - apa mama, aku sudah terbiasa seperti ini."
Taeyong mengulas senyum lembut, lalu membawa mereka menuruni tangga, haechan juga agak terkejut saat mendapati jaehyun disana.
Duduk diruang tamu dengan menyilang kan ke dua kakinya. Haechan melirik kearah taeyong dan kembali memerhatikan jaehyun sampai mereka berdua duduk disampingnya.
Haechan gugup. Ia duduk iya hanya duduk tidak bersuara sama sekali hanya memainkan ujung kaos yang sedang ia pasang.
Deheman jaehyun membuat haechan langsung menoleh dengan cepat. "Apa kau habis dimakan oleh anak itu?." Haechan mengkerutkan dahinya.
Seketika wajahnya langsung memanas saat tahu arah pembicaraan yang dimaksud jaehyun barusan.
Taeyong memukul lengan jaehyun pelan dengan mata melotot, sedangkan jaehyun tanpa rasa bersalah hanya tersenyum dan mulai berbicara lagi.
"Sekasar apa sih mainnya? Sampai - sampai bekas dileher mu itu jelas sekali memarnya."
Haechan langsung memegang lehernya.
'aaaa aku lupa untuk nutupin iniiii'
Haechan rasanya ingin kayang saja.
Taeyong menghela nafasnya, salah satu sifat ini yang taeyong tidak suka dari jaehyun, terlalu ikut campur dan kepo!!.
✿✿✿
"Apalagi?"
Mark lelah sehabis perjalanan panjangnya dan Eric selaku temannya ini merengek rengek tidak jelas meminta sekamar dengannya.
Big no!
Kalau Eric itu haechan, tanpa ber-aegyo pun Mark langsung mengiyakannya. Tapi kalau Eric? Huh no!
"Stop Eric!, Aku sudah memesankan kamar untukmu jadi berhentilah merengek seperti pihak yang ditusuk." Ucap Mark datar dan menutup pintu kamarnya agak kasar.
Eric mencak - mencak dikoridor hotel itu, masih memaki Mark didepan pintu kamarnya, sedangkan Mark? Tidak peduli tentu saja yang ia pedulikan adalah istirahat sebentar lalu pergi mandi.
"Mark!!, Oh my ghost kau tahu cerita yang dikamar itu?! Disitu pernah terjadi pembunuhan Mark! Bagaimana kalau ada hantunya??"
Eric menghela nafasnya, menggenggam erat tas ranselnya dan berusaha untuk tidak takut apapun, ia meramalkan doa terlebih dahulu lalu masuk kedalam kamarnya.
"Pernah membunuh orang, tapi takut sama hantu? Tsk apakah dia gila?." Gumam Mark, yang masih mendengar suara Eric.
"Oh baby bear aku merindukanmu!."
"Tapi itu hukumanmu sayang, akh sial aku juga sepertinya sama gilanya dengan Eric." Mark mengacak acak asal rambutnya dan bangkit dari kasur menuju kamar mandi.
Tebecehh~
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕄𝕪 𝔸𝕤𝕚𝕤𝕥𝕖𝕟 -𝕄𝕒𝕣𝕜𝕙𝕪𝕦𝕔𝕜✓
Romance❝Don't judge someone by the cover❞ bxb ⚠18+️⚠ ©cutearaa_