Bagian Tiga
Rambutnya digerai dengan indah, dihiasi beberapa perhiasan diatasnya.
Sebuah kain melilit begitu apik menutupi kedua kelopak mata indah itu. Hinata memakain pakaian serba putih untuk melakukan ritual pemanggilan hujan.Di belakangnya Tobirama menatapnya sambil bersidekap, menunggu sang selir selesai dengan semua penampilannya.
Hinata berbalik, ia tersenyum pada pengawal pribadinya itu. Namun pria mengacuhkannya. Ia hanya menatap tajam pada sosok wanita cantik yang tengah digilai oleh rajanya itu.
Mereka mulai keluar dari paviliun dengan Hinata yang di gandeng oleh kedua dayangnya, sementara Tobirama mengikutinya di belakang.
Tujuan utama mereka adalah kuil utama istana. Disana sudah terdapat banyak anggota kerajaan, Raja dan Ratu sudah terlebih dahulu berada disana. Ritual ini juga banyak dihadiri oleh rakyat kerajaan Konoha, mereka sangat penasaran dengan sosok pemimpin ritual kali ini.
Hinata berjalan ke tengah sambil membawa sebuah guci kecil berisi air dan di dalamnya terdapat setangkai bunga aprikot. Wanita itu di iringi kedua dayangnya, mereka langsung menjadi pusat perhatian. Tidak sedikit dari mereka yang memuji paras cantik seorang Hyuuga Hinata. Namun ada juga yang mencibir wanita itu karena berpenampilan seperti orang buta dan mereka juga meragukan kemampuan wanita itu dalam memimpin ritual.
Selendang putihnya ditarik oleh kedua dayang itu, hingga membuatnya membentang layaknya sebuah jalan. Hinata mengangkat tangkai bunga aprikot, ia memercikkan air yang menempel erat pada bunga itu. Ia juga merapalkan doa sambil duduk bersimpuh di tengah-tengah halaman depan kuil.
Untuk beberapa saat orang-orang di sekitarnya terpanah akan keanggunan yang wanita itu perlihatkan. Tiba-tiba suasana itu berubah menjadi tegang, saat seekor rubah di lepas dari kandangnya dan berlari kearah Hinata. Fugaku langsung berdiri dari singgasananya, ia takut Hinata tidak bisa menghindari rubah itu. Ia tidak pernah menyaksikan ritual seperti yang Hinata lakukan, karena semua ini murni atas arahan dari Hyuuga Hiashi.
Wanita itu memperlihatkan senyum tipisnya, kemudian ia menarik salah satu tusuk ikat rambutnya dan mengarahkannya ke depan tepat saat rubah itu melompat kearahnya.
Darah terciprat kemana-mana hingga mengotori gaunnya yang berwarna putih. Rubah itu terjatuh bersimpuh darah dan semua itu dibarengi dengan turunnya hujan dari langit.
Semua orang berdiri, mereka menatap langit dengan sukacita. Mereka langsung bersujud menyembah pada wanita yang telah berhasil mendatangkan hujan itu.
para anggota kerajaan yang menolak Hinata dibuat terheran dan menatapnya dengan curiga.Setelah sekian lama mereka mengalami kemarau panjang dan melakukan berbagai ritual pemanggilan hujan, dan baru kali ini semua itu terjadi berkat kuasa sang selir. mereka mengucapkan terima kasih dengan hati yang gembira.
Tobirama melihat itu, ia juga terheran karena tiba-tiba hujan turun setelah selir raja melakukan ritual. Namun ada satu hal lagi yang membuat ia terkejut, yaitu saat iris merahnya melihat tubuh Hinata yang hilang keseimbangan. Semua orang sibuk menari bersama, merayakan keberhasilan ritual ini. Namun mereka tidak menyadari tubuh Hinata yang hampir terjatuh karena kehilangan sebagian dari energinya.
Pria itu berlari menerobos orang-orang yang berada di tengah halaman, dan saat itu pula tubuh Hinata ambruk tepat dalam pelukannya.
*
*"Luar biasa!", Seorang pria paruh baya dengan kain tebal yang melilit pada sebelah kelopak matanya berujar. Ia adalah Danzo, seorang pemimpin dari kubu Mei Terumi.
Danzo adalah menteri keuangan kas negara, pria itulah yang mengatur segala upeti dan kekayaan yang dimiliki para bangsawan kerajaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir : The Bloody Crown
Fanfiction(SELESAI) Tobirama X Hinata Hinata adalah seorang selir yang sangat dicintai Sang penguasa kerajaan Konoha. Terlibat perasaan rumit dengan pengawal pribadinya juga sang putra mahkota. Perebutan tahta dan cinta. juga, mahkota berdarah pembawa bencana...