Selir#12

420 68 11
                                    

Beberapa pelayan wanita masih sibuk dengan pekerjaan mereka dalam merias selir agung yang baru. Mereka mengganti beberapa perhiasan rambut sesuai posisi yang didapat. Dan terakhir, polesan lipstik berwarna merah menghiasi bibir tipis sang selir yang agung.

Hinata menampilkan senyum puas saat melihat penampakan dirinya dengan penampilan yang baru. Begitu mewah dan berkuasa, ia sepenuhnya telah siap dengan karakter baru sebagai selir agung yang licik dan tegas.

"Sudah selesai, Yang Mulia."
Ucap salah satu dari pelayan tersebut. Mereka mundur beberapa langkah sambil menunduk hormat hingga kemudian Hinata pun berdiri dan berbalik menghadap mereka.

Hinata benar-benar berubah, aura manisnya kini telah hilang, dan menyisakan hasrat ambisius yang begitu kentara. Ia sudah siap menggantikan peran Mei, menjadi pemimpin di istana para selir dan putri, juga pemimpin para wanita bangsawan di istana. Kini ia selangkah lebih dekat dengan posisi ratu.

"Katakan pada Yahiko, Aku sudah siap!"
Ujarnya penuh ketegasan, para dayang miliknya segera berbaris di belakang Hinata dan salah satu pengawal memanggil Yahiko yang sejak tadi berada di luar kamar.

Selang beberapa detik, lelaki yang dimaksudkan itu muncul, Yahiko menatap Hinata dengan penuh hormat.

"Mari, kita berangkat sekarang, Kapten Yahiko!" Titah Hinata. Lelaki itu terkejut mendengarnya, ia tidak menyangka bahwa Hinata bisa memberikan titah dengan penuh ketegasan seperti barusan. Saat ini, Yahiko merasa seperti bukan sedang berhadapan dengan Hinata yang ia kenal. Wanita itu berubah jadi sosok yang angkuh dan tegas, namun justru kecantikannya bertambah hingga beberapa kali lipat.

Yahiko memulai pengawalannya terhadap Hinata untuk menuju ke aula utama. Di sana, sudah berkumpul Yang Mulia Raja beserta Ratu, Selir, Putra dan Putri Raja, juga para pejabat kerajaan lainnya. Mereka akan segera menyaksikan pengangkatan Hinata menjadi selir agung pengganti Mei Terumi yang telah tiada.

.

Pintu besar Aula terbuka lebar, sosok wanita bergaun merah dan emas berjalan di atas karpet tebal yang terbentang luas membelah jalan. Semua orang menoleh dan memusatkan perhatian mereka pada sosok wanita itu, sosok asing yang tidak disangka-sangka akan menempati salah satu posisi tertinggi di kerajaan.

Hinata berjalan dengan penuh percaya diri, senyum tipis nan menawan tidak pernah lepas dari wajah ayu miliknya. Beberapa pasang mata milik para pria tidak mampu untuk mengalihkan pandangan mereka terhadap sang selir agung. Mereka tidak menyangka jika Hinata akan semenawan saat ini.

Fugaku berdiri dan menyambut selir kesayangannya, ia menuntun Hinata untuk duduk di samping Mikoto yang sejak tadi berwajah muram.

Pria itu kini kembali ke tengah, ia mengangkat sebelah tangannya tinggi-tinggi. Semua orang memperhatikan raja mereka yang agung, tanpa terkecuali.

"Seperti yang kalian tahu, jika posisi selir agung tengah kosong karena pemiliknya telah tiada. Maka dari itu, aku mengangkat Hinata untuk menempati posisi itu dan meneruskan kepemimpinan Mei dalam mengurus istana para wanita."
Jelas Fugaku dengan lantang. Para pejabat istana mulai saling menoleh satu sama lain, mereka berbisik-bisik atas keputusan yang Fugaku jatuhkan.

Dan salah satunya adalah Danzo, pria tua itu terlihat tegang dan menahan amarah sejak tadi. Kematian Mei bahkan belum lama, dan Yang Mulia sudah mengangkat Hinata menjadi selir agung yang baru, ia tidak akan membuatnya mudah begitu saja.

"Apa diantara kalian ada yang keberatan?" Suara Fugaku terdengar menggelegar dan sukses menghentikan perdebatan yang dilakukan para menteri itu.

Danzo dengan begitu percaya dirinya maju beberapa langkah ke depan, ia memberi hormat pada Fugaku.
"Saya adalah salah satu yang tidak setuju dengan keputusan anda, Yang Mulia,"
Ucap Danzo dengan yakin.

Selir : The Bloody CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang