Selir#8

466 88 27
                                    

Malam ini turun hujan yang disertai petir, udara dingin pun menusuk hingga ke dalam tulang.
Hinata duduk sambil berhadap-hadapan dengan Fugaku yang tengah memeriksa beberapa laporan. Wajah itu tampak serius membaca deretan tulisan yang tertangkap retina matanya.
Hinata hanya menatapnya tanpa minat, karena pikirannya sedang tidak pada tempatnya.

Tobirama benar-benar menghindarinya setelah pengakuan dirinya beberapa hari yang lalu.
Pria itu tidak pernah terlibat kontak mata dengannya lagi, berbicarapun hanya seperlunya. Hal itu membuat Hinata sedih tidak terkira, ia tidak tahu jika keputusannya akan membuat keadaan semuanya menjadi rumit.

Lagi, untuk kesekian kali Hinata menghela nafas pelan dan itu sukses menarik perhatian Fugaku.
Pria itu menatap selirnya dengan kedua alis yang saling bertautan.

"Kenapa?"
Hinata merasakan sentuhan pada pipi kirinya, ia mengalihkan perhatiannya pada sang raja.

Ia menggeleng pelan setelah menyentuh telapak tangan besar itu dan membawanya kembali ke atas meja. "Hanya memikirkan tentang pertandingan tiga hari yang akan datang"

Hinata tidak sepenuhnya berbohong saat mengatakan itu, karena masalah pertandingan antar selir dan putri juga termasuk ke dalam hal yang ia pikirkan.

"Kau tidak perlu mengikutinya jika tidak mau"
Pria itu mencoba untuk menenangkan kegelisahan sang selir.

"Tidak bisa!"
Sahut Hinata cepat, "Aku tidak mungkin menghindar dari acara itu. Orang-orang akan mempertanyakan alasannya"

Kemudian ia tersenyum tipis, "Lagipula, aku tidak mau membuat Yang Mulia malu"

Ia menatap genit laki-laki yang ada di depannya, "Bukan begitu, Yang Mulia?"

Pria yang ditanyai itu membalasnya dengan sebuah seringai tipis, ia kemudian melepas genggaman tangan Hinata. Kemudian dirinya berdiri dan mendekat pada sang selir cantik miliknya.

Jantungnya mulai berdegup kencang, bukan karena rasa antusias dan bahagia. Melainkan rasa enggan dan takut saat ia tahu bahwa pria itu akan menyentuhnya lagi.

Dengan senyum yang ia paksakan, Hinata berdiri ia menahan dada milik sang raja. Tersenyum simpul lalu berjinjit untuk mengecup bibir kecoklatan milik pria itu.

"Sebelum membuka menu utama, Yang Mulia harus meminum ramuan yang dibuat khusus tabib istana"
Hinata berjalan ke belakang tubuh Fugaku, ia mengambil gelas yang sudah berisikan cairan hijau pekat.

Masih dengan senyum manisnya, wanita itu menyuruh sang raja untuk meminumnya. Fugaku menerimanya tanpa ada rasa curiga sama sekali, ia meminumnya dengan satu kali tegakan. Kemudian kembali mengalihkan perhatiannya pada selir cantik di depannya.

"Nah, kalau begitu sudah saatnya"
Ia berucap dengan nada menggoda, kemudian mengangkat tubuh Hinata dan meletakannya di atas ranjang milik mereka.

**

Kedua gadis itu saling berlomba untuk merias wajah mereka, mencoba untuk saling memamerkan kecantikan khas putri kerajaan.

Ino datang mengintip ruangan para putri dengan wajah angkuhnya, ia menatap remeh pada dua gadis yang kini sedang bertatap sengit satu sama lain.

"Mereka pasti sedang berlomba untuk tampil cantik di depan kakakku"
Ucapnya sinis.

Siang Ini pangeran Sasuke akan kembali ke Istana setelah beberapa bulan pergi berguru dengan Juugo di Amegakure. Maka dari itu Sakura dan Karin sedang mempersiapkan diri mereka untuk menyambut kedatangan pangeran tampan itu.

"Percuma saja kalian berdandan dengan heboh seperti itu, Pangeran Sasuke tidak akan pernah tertarik pada kalian"

Sakura dan Karin sama-sama menoleh pada sumber suara, dan keduanya sama-sama menatap tidak suka pada Ino.

Selir : The Bloody CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang