Selir#10

462 82 9
                                    

"Bagaimana keadaannya?"
Hiashi menatap sosok pria yang tengah terbaring lemah dengan tubuh yang penuh luka. Bagian mata milik lelaki itu dililit kain putih karena kedua matanya terluka akibat terjatuh dari atas tebing.

Ia mengenal sosok lemah tidak berdaya itu sebagai pengawal pribadi putrinya di Istana. dan salah satu muridnya menemukan lelaki itu berada di dasar jurang.

Dan di sinilah Tobirama berada, di kuil milik Hyuuga dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Dia masih sama saat Hayate membawanya kesini"

"Luka pada tubuhnya mungkin hampir mengering, tapi aku tidak yakin dengan luka pada kedua matanya. melihat betapa dalamnya luka pada bola mata sebelah kiri, aku rasa dia akan kehilangan penglihatannya"
Jelas Kou mengenai keadaan Tobirama saat ini.

Hiashi mengangguk paham, ia masih belum mengetahui apa yang terjadi pada Tobirama. dan yang lebih mengherankan adalah putrinya sama sekali tidak menceritakan apapun yang menyinggung masalah pria itu.

**

Para putri kerajaan dengan total lima orang itu kini tengah berjejer di lapangan dengan busur panah masing-masing. bagian ini adalah bagi para putri untuk memanah, sedangkan para selir duduk sambil menunggu giliran.

Hinata memperhatikan bagaimana Ino dan Sakura memiliki nilai yang saling berdekatan, dan pertangan memanah antar putri dimenangkan oleh putri selir agung.

Wanita itu menoleh pada Mei yang kini tengah tersenyum bangga pada putrinya. kemudian tanpa ia duga wanita angkuh itu juga menoleh pada Hinata dan memamerkan senyum culasnya.

Sudut bibir Hinata tertarik keatas, ia suka saat-saat seperti ini. orang-orang yang meremehkannya memang sepantasnya diberi kejutan indah.

Ia berdiri dan berjalan menyusul para selir yang kini sudah berjejer rapih di depan sana. Hinata berdiri di samping Konami, Mikoto dan Fugaku memperhatikan dari balik singgasana mereka.

Hinata menarik busurnya hingga melengkung, ia menutup sebelah matanya untuk membidik. ia akan membuktikan bahwa dirinya tidak layak kalah, karena kemampuan memanahnya diajarkan langsung oleh masternya sendiri. yaitu, Putra Mahkota.

Anak panah dilepas, dan Hinata mendapat nilai hampir mendekati sempurna. semua orang bertepuk tangan dan mulai mengagumi kemampuan wanita itu. sedangkan Mei Terumi memang ahli beladiri sekaligus memanah, tidaklah heran jika wanita itu berhasil mendapat point sempurna.

Sang Selir agung mulai merasakan kegelisahan saat mengetahui bahwa Hinata cukup pandai memanah, ia jadi penasaran apakah di pertandingan pedang nanti wanita itu akan lolos apa tidak.

Pertandingan pedang kali ini menyisakan Hinata, Mei, Ino dan Sakura. Mei Terumi akan melawan Hinata sedangkan Ino melawan Sakura.

Keempat wanita itu sudah berdiri dengan pedang kayu mereka masing-masing. Mei menatap Hinata dengan tajam dan wanita itu memilih mengabaikan tatapan dari sang selir agung. Hinata tengah menyiapkan kuda-kuda namun tanpa diduga Mei menyerang terlebih dahulu. Hinata yang belum siap, membuat wanita itu harus terima dipukul mundur.
Fugaku yang melihatnya langsung berdiri dari kursi singgasana miliknya, ia hendak meneriaki Mei atas sikap curangnya namun Mikoto terlebih dahulu menghentikan sang raja.

Yahiko juga berdiri, dia sangat berharap Hinata memenangkan pertandingan ini. karena jika wanita itu kalah, maka ia tidak bisa memasuki final dan berlomba menunggangi kuda.

Rupanya Hinata tidak menyerah begitu saja, meski Mei menyerangnya secara membabi buta, ia tetap mampu mempertahankan diri dan menangkis semua serangan itu.

Itachi yang melihatnya gemas sendiri, ia pun meneriaki Hinata dan memberi arahan pada sang selir tercinta.

"Hinata! Jangan hanya bertahan, serang balik titik lemahnya!"
Teriaknya yang mampu menarik perhatian beberapa orang disana termasuk ayahnya sendiri.

Selir : The Bloody CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang