Bagian Kelima
Suasana ruangan ini masihlah sama sejak terakhir kali Hinata pergi menjalani perannya sebagai seorang selir raja. Ia menyapu seluruh ruangan dengan iris ametisnya. dan di depan sana terdapat sebuah lukisan seorang pria dengan mata yang sama dengannya, berada di atas kuda sambil memegang sebuah katana.
Itu adalah lukisan kakaknya, pemuda kebanggaan klan Hyuuga yang meninggal karena gugur dalam perang beberapa tahun silam.
Hinata memandang lukisan itu cukup dalam, Hyuuga Neji adalah pemberontak pertama dalam Klan. Pemuda itu memilih menjadi ksatria dan bergabung dengan pasukan elit Konoha dibanding harus menjadi seorang pendeta meneruskan ayahnya. Hinata sangat mencintai kakaknya, saat kabar kematian pemuda itu dirinya masihlah kecil. Dan ia hanya mampu menangisi mayat Neji yang sudah terlumuri darah.
Ia menghapus air mata yang keluar dari sudut matanya, pintu ruangan tersebut di geser dan datanglah seorang Hyuuga Hiashi dari sana.
Pria paruh baya yang selalu nampak dingin dan angkuh itu duduk di hadapan putrinya."Bagaimana keadaanmu?"
Pria itu bertanya, nadanya begitu rendah namun dingin.Hinata terdiam sesaat, ia menatap ayahnya dengan banyak emosi terpendam dalam lautan mutiara penyejuk jiwa itu.
"Keadaanku baik, Ayah"
Pria itu menganggukan kepalanya, ia kembali menatap tajam putrinya.
"Ini sudah dua bulan berlalu, dan kau masih berada di tahap yang sama"Hinata menundukan kepalanya, ia tahu bahwa ayahnya kecewa karena dirinya bergerak begitu lamban.
"Kau tidak lupakan apa yang ku perintahkan?"
"Tidak, Ayah"
"Kalau begitu kenapa? Kenapa kau belum bisa membuat mereka terpecah belah?"
Hiashi menatap putrinya dengan tajam, putrinya yang lemah lembut namun adalah harapan terakhirnya untuk membalaskan dendam.
Ia sebenarnya tidak ingin melibatkan putrinya yang memang selalu tidak bisa di harapakan, namun karena Yang Mulia Raja begitu tergila-gila pada kecantikan Hinata. Ia tidak ada pilihan lain untuk menggunakan Hinata. Membuat gadis itu menyusup ke istana dalam dan membuat mereka semua terlibat dalam perselisihan.Hinata meremas gaun mewahnya, menyalurkan emosi yang selalu ia pendam tentang pria itu.
"Maafkan saya"
Ia kembali menunduk, membuat pria di depannya hanya mampu menghela nafas pelan.Ia kemudian menyodorkan beberapa bungkusan yang terlapisi oleh kain tebal. Hinata menerima itu semua dengan pelan.
"Untukmu, dan Yang Mulia Raja"
Hinata mengangguk paham."Pastikan kalian meminumnya secara rutin. Dan untuk bedak itu, jangan lupa kau harus tetap menggunakannya jika sedang bersama Yang Mulia"
"Baik Ayah! Saya pamit undur diri!"
Selama perjalanan pulang dari kediaman Hyuuga, Hinata nampak pendiam. Ia hanya melamun sepanjang perjalanan di dalam tandu.
seperti itulah yang tertangkap oleh penglihatan Tobirama.
biasanya jika seorang anak habis berkunjung ke rumah orang tua, mereka selalu nampak bahagia karena bisa menyalurkan perasaan rindu terhadap keluarga. Tapi selir raja itu berbeda, dia hanya terdiam seperti sedang memikirkan hal berat."Kau mau sesuatu?"
Tobirama bertanya pada Hinata saat rombongan mereka melewati pasar.Wanita itu menoleh dengan wajah bingung, kemudian menggeleng pelan. Pria itu mendengkus, ia kemudian menyuruh para orang yang tengah mengangkat tandu yang di naiki Hinata untuk berhenti sejenak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Selir : The Bloody Crown
Fanfic(SELESAI) Tobirama X Hinata Hinata adalah seorang selir yang sangat dicintai Sang penguasa kerajaan Konoha. Terlibat perasaan rumit dengan pengawal pribadinya juga sang putra mahkota. Perebutan tahta dan cinta. juga, mahkota berdarah pembawa bencana...