"Aku akan ikut berperang," Kalimat itu terucap dari mulut Hyuuga Neji kala itu. Seorang pemuda kebanggaan klan Hyuuga, sang ksatria dari Konoha. Hiashi menatap teduh pada putra sulungnya itu, putra yang selalu menjadi kebanggaan nya dan semua orang tahu itu.
"Lakukanlah, Nak." Balas Hiashi dengan nada rendah seperti biasa.
Neji tersenyum tipis, kali ini dirinya akan mencoba membuktikan pada Yang Mulia Raja, bahwa dirinya bisa diandalkan."Yang Mulia berjanji padaku, Jika aku berhasil merebut benteng utara di perbatasan Konoha dan Iwa, maka beliau akan mengangkat ku menjadi kapten pengawal istana." Neji kembali berucap dan kali ini dengan nada yang terdengar bangga.
Hiashi tersenyum menatap putranya, Neji memang berkeinginan untuk menjadi pimpinan pasukan elit di istana. Ia mengakui ambisi besar putranya, dan tentu saja Hiashi mendukung keinginan itu.
Namun untuk mendapat posisi itu tidaklah mudah, ada banyak saingan untuk menjadi seorang kapten. Meski begitu Neji tidak pernah merasa akan kalah dari yang lainnya.Hiashi dan seluruh keluarga besar Hyuuga mengantarkan Neji untuk ikut berperang bersama pasukan besar milik Konoha. Mereka menyimpan harapan tinggi terhadap Hyuuga Neji, namun lebih dari itu yang mereka inginkan tetaplah keselamatan lelaki berbakat itu.
Hari demi hari perang pun berlangsung, Hyuuga ikut membantu para tabib istana dalam menyokong obat-obatan dan menolong para korban. Memang tidak ada keindahan dalam berperang, perang hanya menciptakan penderitaan dan rasa sakit.
Beberapa waktu berlalu dan perang besar pun telah usai atas kemenangan yang dibawa Konoha. Semua warga termasuk klan Hyuuga ikut bahagia, mereka ikut berbaris di sepanjang jalan guna menyambut pasukan perang milik Konoha.
Namun kebahagiaan mereka sirna dalam sekejap saat mengetahui jika Neji gugur saat mencoba untuk menerobos benteng utama Sunagakure. Hiashi terpukul hebat saat itu, begitu pula dengan Hinata. Mereka telah kehilangan sosok berlian dalam klan Hyuuga.
Hiashi tadinya ingin ikhlas atas kepergian Neji, namun saat dirinya tahu jika putra sulungnya gugur karena diumpankan oleh Fugaku menuju benteng utama, dirinya seketika mengubah rasa ikhlas menjadi dendam dan amarah.
**
Pihak kepolisian telah menggeledah kediaman beserta kuil Hyuuga, dan mereka juga mendapatkan banyak bukti bahan obat-obatan yang sama dengan yang ada di kamar Hinata.
Satu persatu anggota Hyuuga telah diintrogasi secara keras, begitu pula dengan Hiashi. Pria itu mendapatkan banyak siksaan karena sejak awal memilih bungkam, namun seiring parahnya siksaan yang didapat membuat ayah kandung dari selir agung itu pun memilih untuk mengakui kesalahannya.Hinata diam membisu di penjara bawah tanah, Pakaiannya lusuh dengan rambut yang terurai kusut. Sorot matanya menatap datar pada Mikoto yang berdiri tidak jauh dari sel dimana Hinata berada.
"Keluarkan dia!" Titah Mikoto pada penjaga sel tahanan Hinata. Mereka pun menuruti perintah dari ibu suri dan mengeluarkan Hinata dari sel.
Kini kedua wanita itu duduk saling berhadap-hadapan dengan dua pasang mata yang bertatap tajam satu sama lain.
"Selama ini Yang Mulia selalu baik padamu, beliau memprioritaskan dirimu lebih dari siapapun." Mikoto memulai pembicaraan dengan nada getir yang terdengar begitu jelas.
"Tapi kau justru berbuat hal keji padanya." Isak tangis nya terdengar dan begitu pilu di pendengaran Hinata.Hinata terdiam, raut mukanya masih datar sejak tadi. Meski terlihat baik-baik saja, tapi hatinya ikut berdenyut nyeri mendengarnya.
Seketika kilasan moment kebersamaan dirinya dengan Fugaku kembali berputar dan menghancurkan hatinya.
Pria itu begitu baik padanya, mencintainya dengan tulus, namun karena dendam dan kebencian Hyuuga lebih besar pada masa itu, membuat setiap cinta dan kasih sayang pria itu nampak samar di mata Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir : The Bloody Crown
Fanfiction(SELESAI) Tobirama X Hinata Hinata adalah seorang selir yang sangat dicintai Sang penguasa kerajaan Konoha. Terlibat perasaan rumit dengan pengawal pribadinya juga sang putra mahkota. Perebutan tahta dan cinta. juga, mahkota berdarah pembawa bencana...