Selir#11

452 77 4
                                    

Istana sedang dalam masa berkabung. Keluarga kerajaan baru saja kehilangan selir agung mereka, meninggalkan sepasang putra-putrinya. 

Sebuah serangan tidak terduga kemarin selain membuat nyawa selir agung meregang, juga membuat selir kesayangan raja terluka parah.

hal itu membuat sang pemimpin negeri ini murka.

Fugaku memerintahkan anggota militer dan juga kepolisian untuk mengusut kasus tersebut. hal itu menjadikan berita tidak menyenangkan bagi Danzo dan antek-anteknya, juga menjadikan boomerang bagi mereka karena nyatanya Mei Terumi sendirilah yang terkena jebakan mereka.

.

Sasuke merangkul tubuh Ino dari samping, gadis itu kehilangan kekuatannya untuk sekedar menopang tubuhnya sendiri karena terkuras habis akibat menangis.

Pemakaman yang dihadiri seluruh anggota kerajaan kecuali Hinata itu berlangsung tenang dan sangat kondusif.

Ino menatap nanar pada tumpukan batu yang menjadi tempat peristirahatan terakhir untuk ibundanya. isak tangisannya kembali lolos, ia masih terbayang pada detik-detik terakhir ibunya yang terkena panah beracun.

Fugaku berjalan ke depan, ia menaburkan beberapa tangkai bunga pada makam Mei. kemudian semuanya memberikan penghormatan terakhir sebelum upacara tersebut resmi berakhir.

Semuanya mulai pergi meninggalkan area pemakaman termasuk Ino yang masih senantiasa digandeng oleh kakaknya.

Yahiko mengintip dari kejauhan, isi kepalanya berputar mencari-cari jawaban yang tepat untuk semua kejadian kemarin.

Ia tidak tahu ada dua kelompok pembunuh bayaran saat itu, jika yang ia singkirkan adalah suruhan dari Danzo, lantas siapa yang memanah Hinata?

Semua itu berputar-putar di kepalanya, membuat dirinya tanpa sadar mengumpat.

Setelah semuanya pergi, Yahiko pun melangkah maju mendekati makam Mei.

Lelaki itu bersujud hingga beberapa kali sebagai bentuk penghormatan terakhirnya untuk sang selir.

Ia menatap datar tumpukan batu tersebut, "Maafkan saya Yang Mulia. semua tidak akan terjadi jika saya tidak gamang saat menjalankan tugas."

Ia berucap pelan dengan sedikit rasa penyesalan di hatinya.

Ya, Semua itu tidak akan terjadi jika Yahiko tidak memilih untuk berbelok melindungi Hinata. namun lelaki itu bisa apa? dirinya sendiri pun tidak mengerti kenapa semuanya menjadi rumit seperti ini. yang jelas, ia hanya ingin Hinata selamat dari maut yang diciptakan oleh Danzo.


**

Hinata terbangun dengan keadaan tubuh yang lebih membaik dibanding sebelumnya. ia tidak langsung duduk namun memilih untuk berbaring sambil memandangi langit-langit kamarnya.

Ia telah melenyapkan dua nyawa demi ambisinya, membuat dirinya kembali berpikir akan ada berapa nyawa lagi yang harus ia renggut demi sebuah tahta?

Hatinya sakit, dadanya terasa sesak memikirkan hal itu. begitu mudahnya ia membunuh orang. Lelehan air matanya menyeruak keluar menuruni pipinya.

Selain membunuh orang, dirinya juga telah merenggut hidup dan kehormatan milik Tobirama. Pria yang ia cintai, namun harus ia singkirkan agar dirinya tetap selamat.

Hinata terduduk, ia memukuli dadanya berkali-kali guna mengurangi rasa sesak yang melandanya. jika ia bisa memilih, ia tidak ingin berada dalam situasi pelik seperti yang menimpanya.

Ia ingin hidup damai tanpa diselimuti dendam yang mampu mengotori hati dan pikirannya.

Di sela-sela tangisan pilunya, ia mendengar ketuka pelan pada pintu kamarnya. dengan cepat Hinata menghapus air matanya secara kasar dan membaringkan kembali tubuhnya di atas ranjang.

Selir : The Bloody CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang