"Aku tahu hubungan yang terjalin diantara kalian." Itachi berucap pelan dan datar, namun jantungnya terasa perih bukan main.
Tobirama masih diam tak bergeming, meski begitu ia kaget saat tahu Itachi membahas perihal hubungannya dengan Hinata.
"Kau dan dia sama-sama mengkhianati ayahku." Lanjutnya lagi.
Kedua obsidian hitamnya menatap tajam pada Tobirama yang masih berdiri kaku seolah telah kehilangan nyawanya."Maafkan saya." Respon Tobirama pelan. Itachi tertawa sinis mendengarnya.
"Jika Yang Mulia mau menghukum saya, makan dengan lapang dada saya akan menerima nya." Ucap Tobirama lagi.
Itachi tersenyum kecut, "Apakah ada hukuman yang pantas bagi seseorang yang terjerat cinta?" Tanya Itachi frustasi, ia juga merasakan hal yang sama seperti Tobirama. Mereka sama-sama memiliki rasa pada milik yang mulia raja, dan itu memang menyakitkan."Seperti permintaan ku di awal, Bunuh Hinata sebagai penebus dosa-dosamu pada ayahku!" Tegas Itachi.
Tubuh Tobirama bergetar, jantungnya berdenyut nyeri membayangkan dirinya harus menghabisi nyawa wanita yang ia cintai.
"Bunuh dia, dan akan aku bebaskan dirimu." Lanjutnya lagi.Tobirama mengangguk tipis, ia meraih pedang di atas meja dengan kuat.
"Aku akan melakukannya. Namun sebagai permintaan terakhir ku, izinkan aku yang mengurus mayat Hinata seorang diri." Pinta Tobirama.Itachi meneteskan air mata, ia merasakan luka yang sama namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindungi penjahat seperti Hinata.
"Terserah!"**
Tubuh Hinata melayang tanpa nyawa dalam gendongan Tobirama. Itachi menyaksikan semua itu dengan perasaan sakit tak terperi.
Gaun putihnya telah berlumuran darah, wajahnya begitu pucat layaknya mayat pada umumnya.Tobirama berhenti di depan Itachi, ia membungkuk hormat pada penguasa Konoha itu.
"Aku membebaskan mu, Tobirama." Ucap Itachi sambil menatap pilu pada tubuh kaku milik Hinata.
Tobirama mengeratkan pelukannya pada tubuh Hinata, "Terima kasih, Yang Mulia."Pria itu melangkahkan kakinya menuju gerbang utama, beberapa prajurit yang berada di bawah kepemimpinan Tobirama memberikan penghormatan terakhir pada pria itu. Sedangkan Danzo, pria tua itu menyaksikan jauh dari tempat dimana Tobirama berada. Ia menyunggingkan senyum culas, perlahan para pelindung dinasti Uchiha hilang satu persatu.
Hiashi yang mendengar kabar putrinya telah tiada hanya bisa menangis pilu. Semua ini adalah kesalahan nya, namun putri bungsunya ikut terseret ke dalamnya dan berakhir begitu mengenaskan.
"Hinata, maafkan ayah." Ucap Hiashi pelan.
Tobirama keluar melangkah melewati gerbang istana, dan sejak saat itu dirinya bukan lagi bagian dari kerajaan Konoha. Kedua iris merahnya menatap wajah Hinata dengan perasaan sendu, satu tetes air langit jatuh menimpa wajah pucat Hinata. Tobirama mendongak ke atas menatap langit di pagi hari yang mendung, ia tersenyum dan kembali melanjutkan perjalanannya meninggalkan istana.
Langit menjatuhkan air hujan begitu derasnya, mereka mengiringi langkah kaki Tobirama yang berjalan dengan perasaan hampa. Ia memeluk tubuh Hinata yang dingin dalam keadaan basah kuyup, orang-orang yang menyaksikan itu mencibir perilaku Tobirama. Mereka bahkan terang-terangan mengatai pria itu telah kehilangan kewarasannya, namun Tobirama tidak peduli, ia tetap melangkah ke depan dengan tubuh Hinata dalam gendongannya.
Tobirama berjalan memasuki hutan perbatasan desa, dari sana dirinya segera mempercepat langkah kakinya dan kembali memasuki gua yang dulu menjadi tempat peraduan nya dengan Hinata. Ia membaringkan tubuh kaku Hinata di atas hamparan batu yang luas.
Kemudian ia dengan cepat membuka baju wanita itu dan menggantinya dengan yang baru.Tobirama mengusap wajahnya yang basah karena air hujan, ia kemudian merogoh saku celananya dan mengambil botol kecil berwarna perak.
Dengan kedua tangan yang bergetar hebat, ia mengarahkan botol itu ke mulut Hinata dan menumpahkan cairan di dalamnya memasuki rongga mulut wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir : The Bloody Crown
Fanfiction(SELESAI) Tobirama X Hinata Hinata adalah seorang selir yang sangat dicintai Sang penguasa kerajaan Konoha. Terlibat perasaan rumit dengan pengawal pribadinya juga sang putra mahkota. Perebutan tahta dan cinta. juga, mahkota berdarah pembawa bencana...