Hening yang diiringi oleh suara jepretan kamera kini melingkupi Azura dan Rony - photographer yang beberapa tahun silam diajaknya untuk memulai usaha di bidang photography yang digemari oleh bundanya. Mereka tengah berburu foto sunrise di salah satu bidang luas yang dipenuhi ilalang.
Rony adalah photographer yang dikenal Azura ketika ia menghadiri pernikahan salah satu sahabat perempuannya. Saat itu dia terpesona dengan hasil foto pre wedding yang terpajang di tempat pernikahan. Karena konsep yang diusung benar-benar menarik dan hasil fotonya pun benar-benar terasa hidup.
Waktu itu Azura iseng mengajak Rony berkenalan dan mengajaknya untuk hunting foto bersama. Ternyata dalam beberapa kali pertemuan itu, keduanya pun sepakat untuk bekerja sama. Dengan Azura yang menyediakan sarana dan prasarana bagi Rony untuk semakin mengembangkan usahanya. Sampai sekarang, Rony dikenal sebagai salah satu photographer terbaik yang harga penggunaan jasanya sudah naik berkali-kali lipat dari awal ia mulai berkarir.
"Gimana kabarnya si Khandra?" tanya Rony sembari mengecek hasil jepretannya beberapa waktu tadi. Azura yang masih berkutat dengan kegiatan memotretnya berdecak. "Kenapa semua orang yang gue temuin, selalu nanyain tu cecunguk satu?"
Rony terkekeh. Bapak satu anak itu pun lalu berkata, "Ya kan lo pawangnya. Makanya gue nanyainnya ke lo karena udah agak lama nggak ketemu."
Azura mendecih. "Pawang-pawang, pala yo pawang, Bang."
"Peyang, bego. Nggak bisa berhenti ngelawak bentar ya lo?" sahut Rony dengan dengusan kesal bercampur geli. Azura pun terkekeh. "Udah mendarah daging, Bang. Nurun dari Ayah."
Setelah bergerak untuk mendudukan diri, Azura pun kembali bersuara, "Doi lagi sibuk, Bang. Ini masih di Bandung terus katanya beberapa hari ke depan jadwal operasinya padat."
"Kalian berdua bakal nggak ketemu lumayan lama dong ya?"
"Yah, semingguan lebih kira-kira." sahut Azura sembari meminum air mineral yang baru saja diambilnya dari dalam tas. Sontak, senyum jahil Rony muncul menghias wajah. "Nggak kangen lo?"
Azura pun tersedak saat mendengar pertanyaan menggelikan yang baru saja tertangkap oleh telinganya. "Amit-amit. Nggak mungkin lah, gue kangen sama badak kutub kayak dia."
Lagi-lagi Rony dibuat tertawa oleh perkataan perempuan yang usianya delapan tahun di bawahnya itu. "Kalo doi udah nggak sibuk, bilangin ya, dicariin gue."
"Yang kangen lo kan jadinya, Bang? Bukan gue."
"Halah, lo juga bakal kangen, yakin. Abis ini juga diem-diem mikirin."
"Bacot lo, Bang."
Yah, ini adalah salah satu alasan kenapa dirinya menerima kerja sama dari Azura. Karena perempuan itu adalah salah satu dari beberapa orang terdekatnya yang bisa membuatnya terhibur seperti ini.
~~~~~
Akhirnya Khandra menyelesaikan seminarnya di Bandung. Hari ini adalah hari terakhir dia mengikuti seminar itu dengan beberapa rekannya. Dan kini, mereka sedang menunggu mobil beserta supir yang dikirimkan rumah sakit untuk perjalanan dinas mereka di lobby hotel. Khandra dan teman-temannya memilih untuk duduk di jejeran sofa yang tersedia di lobby dengan wajah lelah yang begitu kentara.
"Adakah yang habis acara ini pulang ke rumah?" celutuk Hendri - dokter bedah umum di cabang lain Putra Medical Center. Secara serempak semuanya menjawab tidak dengan berbagai macam kata. Dan lagi-lagi semuanya kompak menghela napas lelah.
"Residen-residen makin jarang yang mau masuk ke bedah umum ya." timpal Helda - dokter spesialis bedah umum yang bekerja di tempat yang sama dengan Hendri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Berbalut Samar
RomanceMeet Khandra - anak pertama dari pasangan Dafa Gajendra Putra dan Aretha Raynelle Putra. Tidak memiliki keinginan untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai penerus perusahaan keluarga. Ia lebih memilih jejak neneknya yang berprofesi menjadi seorang...