"Dokter Khandra, ada pasien darurat yang harus segera dioperasi." Khandra langsung mendengar ucapan itu saat mengangkat telepon yang berasal dari perawat IGD. Beruntung karena pasien terakhir di klinik bedah baru saja keluar dari ruangan.
Khandra pun berpamitan singkat kepada perawatnya yang tentu saja mengerti. Ia langsung berlari kecil menuju IGD sembari berbicara kepada lawan bicaranya di telepon yang kini sudah berganti dengan Dayyan. Residennya itu langsung menjelaskan perihal kondisi pasien yang sebentar lagi akan dioperasi olehnya. "Sudah info ke bagian OR?"
"Sudah, Dok."
"Sudah info ke dokter anastesi?"
"Sudah juga, Dok."
"Good, sebentar lagi saya sampai ke IGD."
"Baik, Dok."
Sambungan telepon selesai bertepatan dengan pintu lift yang terbuka. Khandra pun langsung berlari kecil menuju IGD yang letaknya tak jauh dari jejeran lift rumah sakit.
Begitu matanya menemukan Dayyan, Khandra langsung mengarahkan langkahnya ke arah residennya itu. Ternyata di sana sudah ada Prita karena pasien itu juga mengalami luka yang berkenaan dengan saraf.
"Gimana keadaannya?" tanya Khandra kepada Prita yang nampak begitu serius saat mempelajari hasil scan pemeriksaan milik pasien.
Prita menghela napasnya sebelum berkata, "Sepertinya aku dulu yang masuk. Kakinya bisa lumpuh kalo nggak segera aku tangani."
Khandra terdiam sejenak dengan mata yang bergerak mempelajari hal yang sama dengan Prita baru saja. Ia kemudian mengangguk setuju. "Benar, you go first. Tapi cepatlah, kita nggak punya waktu banyak melihat kondisi pasien yang seperti ini."
Prita langsung bergumam mengiyakan. "Aku akan berusaha untuk menyelesaikannya secepat mungkin."
"Good luck."
"You too."
~~~~~
Khandra : Bisa jemput gue? Udah nggak sanggup nyetir
Azura yang semula sedang fokus memakan cemilannya langsung menegakan tubuh. Tangannya lalu bergerak cepat menutup toples yang berisikan keripik singkong buatan sang bunda yang menjadi cemilan favorit di keluarganya.
Me : Otw
Setelah memastikan pesannya terkirim, Azura pun berjalan cepat ke kamarnya untuk mengganti pakaian yang ia kenakan dari piyama menjadi kaos polos berwarna putih dan sweatpants abu-abu tua.
Akhirnya, perempuan itu pun mengendarai mobilnya hanya dengan membawa ponsel beserta dompet. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedikit kencang karena jalanan yang lumayan lengang di malam hari seperti ini.
Dua puluh menit kemudian akhirnya ia sudah sampai di pelataran parkir Putra Medical Center - tempat dimana Khandra bekerja. Azura lalu meraih ponselnya untuk menghubungi Khandra, memberikan informasi kepada pria itu bahwa dia sudah sampai.
Beberapa menit kemudian kedua mata Azura menangkap kehadiran Khandra yang terlihat sedikit lunglai. Pria itu berjalan keluar dari lobby dan berjalan ke arah parkiran. Azura sudah hendak melajukan mobilnya untuk menghampiri pria itu ketika matanya menongkop sesosok lain yang kini berhasil menyusul sahabatnya.
Secara otomatis kedua mata Azura menyipit karena berusaha mengenali seorang perempuan yang terlihat akrab dengan sahabatnya di jarak yang cukup jauh. Dan tak lama kemudian, hatinya tiba-tiba saja terasa mencelos karena perempuan itu ternyata adalah Prita.
"Hah, nggak ada niat balikan apanya? Lihat, kalian aja akrab banget kayak gitu. Nggak heran, orang-orang rumah sakit pada ngegosipin." tentu saja hatinya terus berteriak untuk berhenti memperhatikan interaksi di antara sepasang mantan itu. Tapi matanya tidak mau menurut karena ia ingin melihat semuanya - interaksi di antara Khandra dan Prita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Berbalut Samar
RomansaMeet Khandra - anak pertama dari pasangan Dafa Gajendra Putra dan Aretha Raynelle Putra. Tidak memiliki keinginan untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai penerus perusahaan keluarga. Ia lebih memilih jejak neneknya yang berprofesi menjadi seorang...