"Ndra!" Khandra yang sudah hendak menutup pintu mobilnya terkejut tatkala mendengar seseorang yang meneriakan namanya. Khandra pun bergerak menuruni mobil dan tanpa sadar berdecak tatkala melihat Azura yang tengah berlari kecil ke arahnya.
"Lo nggak lupa kan, seceroboh apa diri lo? Nggak usah lari-lari bisa? Gue juga nggak bakal ninggal lo." omel Khandra kepada Azura yang kini nampak terengah-engah di hadapannya. Azura tentu sama sekali tidak menghiraukan ucapan Khandra dan langsung mengutarakan permintaannya. "Lo nggak lupa kan kalo nanti malem lo kudu nemenin gue ke kondangan? Jangan sampe gue harus nungguin lo sekian jam ya."
Khandra menganggukan kepalanya. "Gue udah minta temen gue buat cover. Jadi semisal ada operasi mendadak pun, dia yang bakal tanganin." ia lalu menunduk untuk melihat arloji di tangan kirinya. "Hari ini gue cuma praktek pagi. Terus keliling sebentar buat visit pasien yang rawat inap. Gue usahakan sudah sampai rumah sebelum jam tiga."
Azura mengangguk-angguk puas. "Good. Kalo sampe jam tiga gue belum lihat lo balik, gue bakal teror lo terus." ancamnya yang membuat Khandra terkekeh. "Takut banget ih, diteror sama bocah."
"Umur gue udah 29 ya, gue bukan bocah."
"Tetep aja di mata gue lo adalah bocah."
"Selisih umur kita cuma 3 tahun, bego."
"Lo seumuran sama adek gue ya. Jadi bakal tetep gue anggep bocah. Aah, apa gue panggil lo dek Zura aja ya?"
"Jijik ah!"
"Panggil gue Mas Khandra coba, Ra."
"KHANDRA! Lama-lama gue lempar bom atom ya!"
~~~~~
Khandra menaik turunkan kedua alisnya ketika melihat penampilan Azura yang terlihat sedikit anggun saat mengenakan gaun semi formal berwarna hijau emerald. "Abis nyuri dress dari toko mana?"
"Pasar maling." sahut Azura sembari menutup pintu mobil. "Lungsuran dari Bunda. Tadi gue sempet mau pake baju kondangan yang biasa. Tapi sebelum gue sempet pake, Bunda masuk ke kamar dan kasih gaun ini. Aneh nggak sih, Ndra? Gue kok agak gimana gitu rasanya."
Khandra melirik perempuan di sampingnya sekali lagi sebelum berdeham dan berkata dengan jujur. "Nggak aneh kok. Bagus di badan lo. Lo jadi terlihat sedikit beradab."
Ucapan Khandra langsung dihadiahi Azura pukulan keras di lengan. "Pelit amat sih, muji orang." Khandra sontak terkekeh dan setelah mereda, ia pun berkata, "Lo nggak sedang mengharapkan gue bakal muji lo dengan kata cantik kan?"
"Lo nggak bakal mati kan kalo muji sahabat lo ini dengan kata itu?" sahut Azura sedikit kesal. Khandra mengulum senyum geli. "Hm, seinget gue ya, dari sekian banyak jurnal penyakit dan kesehatan yang gue baca sih, nggak ada, Ra. Penyebab kematian ada banyak tapi memuji sahabat bukan salah satunya."
Azura melongo sebelum kemudian mendengus kesal dan membuang wajahnya ke arah jendela. "Heran gue sama mantan-mantan lo. Gimana bisa tahan sama cowok nyebelin modelan lo gini sih?"
Khandra tertawa pelan sebelum kemudian terdiam, sengaja menghentangkan keheningan beberapa detik ke depan. Sampai akhirnya ia tersenyum saat berkata, "Iya iya, lo kelihatan cantik pake dress itu. Adek Zura cantik."
Dengan rona merah yang perlahan menghias pipi, Azura kembali mengajukan protes. "Bisa nggak sih, nggak buat gue kesel terus?"
"Nggak dong. Karena fungsi utama keberadaan gue sebagai sahabat adalah buat lo kesel kan?"
"Memang dasar temen edan!"
~~~~~
"Kondangan ini kok kayaknya agak beda ya, Ra?" celutuk Khandra setelah beberapa saat masuk ke dalam hall dan memperhatikan sekitar. Azura yang kini sedang menggandeng lengan sahabatnya pun menjawab, "Yang nikah ini, temen gue waktu kuliah di Prancis. Dan dia dapet bule sana, jadi budayanya dicampur gitu lho."
![](https://img.wattpad.com/cover/239438820-288-k356614.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Berbalut Samar
RomanceMeet Khandra - anak pertama dari pasangan Dafa Gajendra Putra dan Aretha Raynelle Putra. Tidak memiliki keinginan untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai penerus perusahaan keluarga. Ia lebih memilih jejak neneknya yang berprofesi menjadi seorang...