"Selamat pagi, semuanya." sapaan merdu dari Azura yang baru saja memasuki cafe Langit membuat para karyawan yang tengah bekerja, mengalihkan fokus sejenak untuk membalas sapaan sang bos. "Pagi, Bu."
Azura mengangguk singkat dengan seulas senyum cerahnya. Sembari bersenandung, perempuan itu mengarahkan langkahnya menuju area dapur untuk menemui Prana - head chef yang mengepalai beberapa cafe milik keluarganya. Senyum Azura semakin melebar tatkala melihat jejeran piring yang tertata di atas meja saji.
"Kebetulan banget gue belum sarapan nih." celutuknya yang membuat Prana mengalihkan pandangannya ke arah Azura. Prana yang semula sedang memberikan arahan untuk staff dapur, berdecak. "Lagi gue jelasin ke anak-anak nih, jangan diembat dulu."
Azura pun terkekeh saat melihat raut galak yang ditampakan oleh Prana. "Iya iya, Bang. Gue ikutan dengerin deh, ini." setelah mengatakan itu, Azura berjalan menuju sudut dapur dan mendudukan dirinya di pinggiran meja. Sembari menunggu interaksi Prana dan kru dapur selesai, Azura memilih untuk memperhatikan keadaan dapur dengan seksama.
Setelah beberapa waktu terlewat, akhirnya arahan yang diberikan Prana selesai. Laki-laki yang usianya lima tahun di atas Azura itu melambaikan sebelah tangannya ke arah Azura, menyuruh perempuan itu mendekat dan menyantap beberapa menu baru yang baru akan tayang dua hari lagi.
Dengan wajah berseri-seri, Azura pun melangkah cepat ke arah Prana dan kru dapur yang sudah mulai mencicipi makanan itu. Azura mendapatkan sodoran sendok dari Prana dan menerimanya dengan senang hati. Setelah memasukan beberapa suapan dari makanan yang tadi dimasak oleh Prana, ia langsung mengacungkan kedua jempolnya ke laki-laki itu. "Enak banget, Bang. Yakin deh, bakal laku keras."
Wajah Prana langsung terhias senyum bangga. "Ya jelas lah, masakan gue gitu." ucapan penuh kebanggan itu membuat Azura mendengus geli. Masih dengan kegiatan mengunyahnya, Azura memperhatikan keadaan head chefnya sesaat. "Wajah lo lusuh amat, Bang."
"Si kembar nggak bisa tidur nyenyak semalem. Kebangun-bangun mulu. Makanya gue sama Rumi begadang. Baru bisa tidur sekitar jam 3." tutur Prana dengan wajah lelahnya. Azura kemudian menepuk-nepuk pundak Prana sembari terkekeh. Dan hal itu membuat Prana menatap Azura dengan pandangan mendelik. "Awas ya lo ngetawain gue. Gue mau lihat entar gimana rupa lo waktu udah ada bayi."
"Ampun, Bang." keduanya lalu melanjutkan perbincangan dari membicarakan hal remeh temeh sampai akhirnya harus berpindah ke ruang pribadi Azura karena topik yang berubah serius.
"Khandra gimana kabarnya? Dah lama banget gue nggak ketemu dia." tanya Prana setelah akhirnya perbincangan penting mereka selesai. Sembari mengambil tabletnya yang berada di dalam tas, Azura menjawab, "Makin sibuk dia. Kemarin aja dia sempet nggak pulang dua hari gara-gara operasi."
"Tapi kalian tetep saling kabar-kabar kan?" kening Azura sedikit mengerut tatkala mendengar pertanyaan Prana yang menurutnya agak sedikit absurd. Dengan pandangan yang kini sudah teralih kembali ke arah Prana, Azura menganggukan kepala. "Kenapa emangnya, Bang?"
Prana menganguk-anggukan kepalanya pelan dan dengan santai ia berkata, "Bagus deh, kalo kalian tetep kabar-kabaran. Jangan sampai cuma gara-gara sibuk, hubungan kalian renggang. Masak pacaran nggak kasih kabar, sih."
"Bang! Kita nggak pacaran ya!"
"Ngelak aja terus. Gue yakin akhirnya kalian bakal begitu."
~~~~~
Khandra langsung bergerak meregangkan tubuh begitu pasien terakhirnya keluar dari ruang praktek. Ia lalu menilik jam dinding yang kini menunjukan waktu pukul sembilan malam. Ah sial, lagi-lagi hari ini dia tidak bisa pulang cepat karena entah kenapa tiba-tiba saja pasiennya membludak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Berbalut Samar
RomanceMeet Khandra - anak pertama dari pasangan Dafa Gajendra Putra dan Aretha Raynelle Putra. Tidak memiliki keinginan untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai penerus perusahaan keluarga. Ia lebih memilih jejak neneknya yang berprofesi menjadi seorang...