Bab 7

518 72 7
                                        

Kapan terakhir Azura bertemu dengan Khandra? Dua minggu? Tiga minggu atau bahkan satu bulan kah? Azura tidak tahu, yang jelas ia sangat mengingat pertemuan terakhir mereka yang membuatnya serasa tidak mengenali dirinya sendiri yang biasa. Dirinya yang selalu memandang Khandra hanya sebagai sahabat tanpa percik apapun.

Dan di waktu tanpa pertemuan antara mereka ini, Azura memanfaatkannya dengan sebaik mungkin untuk menghilangkan semua rasa yang tidak perlu. Yang kemungkinan besar berpotensi merusak hubungan ternyaman di antara dirinya dan Khandra.

Azura beruntung karena kini ia tengah disibukan dengan ekspansi besar-besaran yang sedang berjalan di perusahaannya. Hal itu seolah mempermudahnya dengan tidak perlu berbohong atau mengarang-ngarang alasan untuk menghindari Khandra. Selain itu, pikirannya juga banyak teralihkan dengan kesibukannya sekarang. Mengurangi intensitas pemikiran tak perlu mengenai perasaannya kepada Khandra yang mulai tersusupi rasa yang sangat berbahaya.

"Udah sih, mikiran kerjaannya entar lagi. Makan yang bener dulu, Ra, biar otak lo bisa kerja lagi entar." ucap Adriana sembari menyodorkan botol air mineral kepada Azura yang sedang makan siang bersamanya di kantin perusahaan.

Ya, Azura sedang berada di gedung pencakar langit milik Putra Grup - perusahaan keluarga Khandra. Jujur saja, selama beberapa waktu ini, ia sering sekali berinteraksi dengan generasi ketiga keluarga Putra selain Khandra. Adriana dan Arka benar-benar membantunya serta Atlas dalam proyek ekspansi Utama Culinary.

"Makanan di kantor lo enak juga ya, Dri." celutuk Azura setelah menelan beberapa suapan menu makan siang yang disediakan perusahaan untuk para karyawannya. Adriana mendengus. "Ya iyalah, kan masakannya Utama."

Azura sontak terkekeh. "Candaan kita masuk juga ya ternyata." ya, karena kedua ayah mereka bersahabat, Dafa - ayah Khandra memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan Galaksi - ayah Azura, dalam perihal penyediaan makanan bagi para karyawannya. Usaha cathering kantoran ini pun juga menjadi salah satu yang akan lebih dikembangkan oleh Azura dan Atlas di mega proyek ekspansi Utama Culinary.

"Ya gimana nggak masuk, orang-orang di lingkungan kita sama. Otomatis humornya juga bentukannya pasti begitu." timpal Adriana setelah menelan makanannya. Ia lalu memperhatikan perempuan di hadapannya dengan seksama sebelum kemudian berkata, "Lo...lagi bertengkar sama Mas Khandra ya?"

Sontak, Azura yang semula sedang mengaduk-aduk makanannya dengan tidak semangat, mendongakan kepalanya. "Kenapa lo bisa ngomong gitu?"

"Gimana gue nggak nyimpulin gitu, kalian berdua udah nggak ketemu berapa lama kan ini? Padahal, asal kalian lagi tetap ada di kota yang sama, kalian pasti bakal ngeluangin waktu buat ketemu."

Azura terdiam sesaat sebelum kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak kok, kita nggak lagi berantem. Lo tahu kan, kalo gue lagi sibuk banget sekarang? Dan Khandra pun juga seperti biasa, akan selalu sibuk dengan operasinya yang bejibun."

"Emang lagi nggak sempet aja buat ketemu." simpul Azura sebelum dirinya kembali memfokuskan diri untuk menghabiskan makanannya. Atau lebih tepatnya, perempuan itu sedang kabur dari kecurigaan yang ditunjukan oleh Adriana secara terang-terangan.

Pandangan Adriana berubah menelisik dan tubuhnya pun bergerak maju, mencondongkan dirinya ke depan untuk berkata, "I smell something fishy here. Kenapa? Kakak gue ngelakuin kesalahan apa? Gue bantu marahin dia entar."

Azura menggeleng lagi dan kali ini perempuan itu menunjukan senyum mirisnya. "Masalahnya, bukan dia, Dri, yang ngelakuin kesalahan. Tapi...gue."

Iya kan? Karena hatinya lah yang sempat menghadirkan perasaan aneh itu, jadi Azura kan yang pantas untuk disalahkan?

Rasa Berbalut SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang