Bab 15

291 43 11
                                        

"Jadi?" Azura yang kini duduk di hadapan Angga, langsung melontarkan rasa penasarannya kepada laki-laki yang sekarang terlihat lebih dewasa itu. Angga tersenyum kecil lalu setelah menyesap minumannya, ia berkata, "Sebenernya, gue sudah balik ke Indonesia dari satu tahun yang lalu. Tapi gue langsung ditugaskan sama Bapak buat mengurus ekspansi perusahaan yang ada di sini. Gue harus memastikan semuanya berjalan dengan lancar sebelum balik ke Jakarta."

"Sudah satu tahun dan lo sama sekali nggak ngabarin gue? Luar biasa sekali ya Anda." sarkas Azura yang mebuat Angga terkekeh. "Maaf. Gue berencana buat menghubungi lo dan Khandra begitu balik ke Jakarta. Lagian, kalo gue ngabarin kalian, percuma juga karena nggak bisa ketemu."

Azura menghembuskan napasnya. "At least, kita tahu kalo lo sudah balik."

Angga meringis kecil. "Sorry. Gue janji, begitu urusan di sini selesai, gue akan langsung ke Jakarta dan nemuin kalian." hening sesaat dengan kedua mata Angga yang memperhatikan perempuan di depannya dengan seksama. "Lo...berubah, Ra."

"Berubah apanya? Berubah mirip badut maksud lo?" sahutan tak terduga milik Azura membuat Angga terkekeh. "Seharusnya gue nggak ninggalin lo berdua sama Khandra selama ini ya. Lihat, lo jadi ketularan humornya si Khandra."

Azura pun ikut terkekeh. "Sebagai hukuman karena pergi lama, lo harus bersiap buat menghadapi gue dan Khandra yang humornya kayak gini."

"Siap." Angga lalu bergerak maju dan menyangga dagunya dengan kedua tangannya yang tertaut. "Yang gue maksud dengan lo yang berubah adalah, sekarang lo terlihat lebih perempuan. Lo dulu tomboy banget."

"Lebih suka yang mana terus?" timpal Azura langsung dengan kegugupan yang ia sembunyikan.

Angga terdiam sejenak sebelum menjawab dengan suara dalamnya. "Yang sekarang. Lo...kelihatan sangat cantik, gue suka."

Ya Allah, penjual jantung dimana ya? Akhir-akhir ini jantung saya agak nggak normal detaknya. Kemarin gara-gara Khandra dan sekarang gara-gara Angga.

Kuat nggak ya?

~~~~~

Khandra tengah berjalan menuju cafetaria ketika kedua matanya menangkap kehadiran Azura yang sedang berjalan cepat ke arahnya. Sebelah alisnya terangkat sesaat, mendapati perempuan yang baru saja menanyakan lokasinya kini sudah berada di hadapannya begini cepat. Khandra sudah hendak membuka mulutnya untuk bersuara, namun ucapan Azura langsung membungkam mulutnya.

"Angga balik. Kemarin gue ketemu dia di Lampung."

Tubuh Khandra membatu ketika telinganya menangkap informasi yang baru saja keluar dari mulut Azura. Otaknya tidak bisa bekerja dengan benar karena sebuah rasa tak mengenakan yang begitu pekat kini berhasil memenuhi dadanya.

Apa ini? Bukankah seharusnya ia senang karena sahabatnya yang sudah lama pergi, sekarang kembali pulang?

Bodoh. Bukan tidak senang tapi ia kini sedang merasa takut. Takut setengah mati karena menyadari bahwa dengan kedatangan Angga, hubungannya dengan Azura tidak akan bisa sedekat sekarang. Karena perempuan itu pasti akan mengejar Angga, pangerannya.

Dengan situasi yang seperti ini, Khandra sudah tidak bisa menyangkal lagi. Ia tidak bisa menyangkal bahwa perasaannya kepada Azura kini sudah berubah. Khandra tidak ingin berbagi Azura kepada Angga ataupun laki-laki lain. Ia hanya ingin memiliki Azura untuk dirinya sendiri.

"Khandra?" Azura melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Khandra yang sedang tidak fokus. Kesadaran Khandra pun langsung kembali ke permukaan. Tanpa mengatakan sepatah kata pun ia menghela Azura ke arah meja kosong yang berada di area paling sepi.

Rasa Berbalut SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang