Bab 6

500 70 12
                                    

Khandra baru saja menyelesaikan kegiatan visit pasien rawat inapnya dan kini berada di ruangan pribadinya untuk mengganti pakaian yang sedang ia kenakan dengan scrub biru tua. Selesai merapikan penampilannya dan mengenakan alas kaki, Khandra pun berjalan menuju operation room karena sebentar lagi adalah jadwalnya untuk mengoperasi salah satu pasiennya.

"Baru selesai operasi lo?" tanya Khandra kepada Rayan yang terlihat baru saja keluar dari salah satu ruangan. Laki-laki itu pun menganganggukan kepalanya. "Operasi gabungan sama toraks. Pasien kecelakaan, satu keluarga." Keduanya dengan spontan menghela napas.

"Anggota keluarga yang lain?"

"Anak perempuan si bapak yang duduk di kursi penumpang depan, keadaannya nggak jauh beda. Istri sama anaknya yang lain keadaan nggak seburuk yang duduk di depan."

Khandra kemudian bergerak menepuk-nepuk pundak Rayan. "Semoga diberi yang terbaik sama Allah." Rayan bergumam dengan anggukan kepalanya. Khandra pun lalu berpamitan karena ia harus segera masuk ke dalam ruang operasi.

Kini Khandra sudah berdiri untuk mencuci tangannya sebelum memasuki ruang operasi. Ia begitu fokus dengan kegiatannya sampai tidak menyadari bahwa ada seseorang yang turut bergabung melakukan hal yang sama di sampingnya.

Sampai akhirnya Khandra selesai, barulah keningnya mengerut tatkala merasa familiar dengan dokter perempuan di sampingnya. "Akhirnya, kamu sadar juga kalo ada orang di sebelah." celutuk dokter itu.

Kerutan di dahi Khandra perlahan sirna tatkala mengenali suara itu. "Mulai masuk kapan, Ta? Kok aku baru lihat kamu sekarang."

Prita baru menjawab pertanyaan Khandra setelah mematikan air. "Sudah semingguan. Kayaknya kamu kesibukan, makanya kita nggak sempet pas-pasan."

Khandra sudah hendak menyahuti ucapan Prita, namun perawat yang menjadi salah satu tim operasinya sudah memanggilnya. "Operasinya sudah siap, Dokter Khandra."

"Ok, Sus. Saya masuk." pandangan Khandra yang semula terarah kepada sang perawat lalu beralih kepada Prita. "Well, mungkin kita bisa ngobrol lagi di lain kesempatan. Makan bareng di kantin mungkin?"

Dengan senyum kecilnya, Prita mengangguk. "Ok, makan bareng di kantin. See you."

~~~~~

Azura dan Atlas baru saja menyelesaikan meeting bersama dengan pihak-pihak yang menjadi pilar pokok Utama Culinary. Mereka tadi membahas mengenai ekspansi usaha yang hendak dilakukan oleh perusahaan. Karena restoran maupun cafe Utama Culinary yang sudah menjamur di seluruh kota Indonesia dan juga beberapa negara tetangga, kini mereka tengah berpikir untuk mulai memproduksi bahan-bahan makanan sendiri. Dan tak menutup kemungkinan bahwa ke depannya, mereka juga bisa memproduksi bahan-bahan makanan yang dikalengkan lalu dilepas ke pasaran.

Azura langsung menggiring Atlas untuk masuk ke dalam ruang pribadinya. "Kita jelas masih kekurangan sumber daya manusia. Untuk survey dan lain sebagainya, remuk kalo hanya kita dan beberapa orang yang ada yang ngelakuin itu semua, Tlas."

"Bener, Kak, sangat kurang. Kita harus mulai cari orang baru. Tapi pelan-pelan aja, Kak. Ingat kan, proyek ini adalah proyek jangka panjang yang harus dipikirkan matang-matang. Karena investasi modal ataupun pikiran yang nggak main-main. Jangan sampai karena ingin cepat selesai, kita malah salah langkah."

Azura mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Besok kita matengin dulu ya, habis itu kita rapatkan dengan orang kantor. Mungkin kita ada opsi pakai vendor dulu untuk awal proyek. Sembari berjalan, kita bisa mulai proses seleksi karyawan baru."

"Ok."

Hening sejenak di antara mereka sebelum akhirnya Zura berkata, "Gila, kita kalo lagi serius keren juga ya, Tlas."

Rasa Berbalut SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang