17

970 134 1
                                    

Senja sudah menyapa, terlihat sangat cantik saat jendela kamar tersebut menampilkan langit yang lambat laun berubah menjadi oranye...

Langit itu begitu cantik, begitulah jika orang lain yang menatapnya tapi tidak bagi Wonwoo yang melihat langit begitu suram tak berwarna di katanya...

Wonwoo kembali mengingat bagaimana ekspresi takut dan jijik orang-orang itu saat melihat Wonwoo...

Tangannya meremas selimbut yang menutupi pinggang hingga kakinya, matanya memanas karena suara penuh nada benci terus terdengar dalam kepalanya...

Hingga Wonwoo memukuli matanya berkata jika salah satu indera tubuh yang di miliknya tak bisa berfungsi...

"Mata sialan.. Karena mata ini aku harus menerima semua ini dalam hidupku.. Aku benci mata ini.. "

Kulit wajah terutama bagian kelopak mata Wonwoo memerah karema di pukuli oleh sang pemilik...

Tak lama Wonwoo berdiri dan menghampiri laci mrja belajar milik Mingyu lalu terpaku saat menemukan sebuah benda yang ada di kepalanya...

Wonwoo mengambil gunting tersebut dari dalam laci meja tersebut..

"Bukankah lebih baik jika aku tidak pernah memiliki mata sialan ini? Ataukah lebih baik jika aku juga turut menghilang dari dunia ini?" Gumam Wonwoo sambil menatap gunting yang ada di tangan kanannya itu...

Sedangkan di luar kamar Mingyu tengah meminta ijin pada seseorang dengan mengatakan jika Wonwoo adalah sepupunya yang orang tuanya tengah berada di luar negeri selama 2 hari...

"Iya, terimakasih kak"

Tut...

Mingyu menaruh ponselnya lalu mengambil nampan berisi semangkuk bubur, segelas air outih dan obat pereda demam miliknya...

Ceklek...

Prang!

Nampan itu terjatuh begitu saja, sementara mingyu langsung menghampiri wonwoo yang telah mengangkat ujung gunting di depan matanya...

"Apa yang kau lakukan, huh?!" Ujar Mingyu sambil menahan Wonwoo yang akan menusukkan ujung gunting itu pada matanya...

"Lepas, Mingyu! Biarkan aku rusak mata ini jika hanya membuatku menderita!"

Gunting itu berhasil Mingyu rebut dan di buang begitu saja entah kemana olehnya, Sementara Wonwoo langsung berusaha mencari gunting yang di buang Mingyu tersebut namun segera di tahan olehnya...

"Kau gila?! Sadarlah, Jeon!"

"Lepas Mingyu! Biarkan aku mati saja, aku mohon.. Aku mohon.. Aku lelah dengan semuanya" Ujar Wonwoo dengan nada lirih di ujung kalimatnya...

Mingyu meremas pegangannya pada sisi bahu Wonwoo menatap penuh rasa kesal juga khawatir pada Wonwoo...

"Aku mohon biarkan aku ikut dengan ibu dan ayahku, Mingyu.. Tolong"

"Apa kau melupakan kakakmu, Wonwoo? Bagai perasaannya jika adik satu-satunya juga turut pergi dari hidupnya? Kau akan membiarkan kakakmu hidup sendirian di dunia ini?"

Wonwoo meluruh jatuh terduduk di lantai sambil menangis, Mingyu menyamakan tinginya dengan Wonwoo lalu menangkup wajah kurus Wonwoo...

"Jangan seperti ini lagi, Jeon. Jangan pernah mempunyai pikiran untuk pergi meninggalkan aku dan kakakmu seperti tadi" Ujar Mingyu dengan nada pelan...

"Hiks.."

Wonwoo hanya bisa menangis tangannya yang ada di lantai terkepal dengan erat, "Mingyu.. Hiks.. Tolong aku"

Mingyu membawa tubuh ringkih Wonwoo dalam pelukannya, mengusap punggung Wonwoo...

"Tenanglah,Jeon. Aku dan kakakmu selalu ada untukmu di sini, kau tidak pernah sendirian"

Perlahan tangan Wonwoo terangkat dan membalas pelukan Mingyu, menggenggam erat kaus punggung yang di pakai Mingyu...

Aku menyayangimu, Jeon Pikir Mingyu...

***

Tbc

***

Semoga suka..

Happy Reading💕

Komen dan Votenya Jangan Lupa Ya..

Makasih..

❤️❤️❤️

Color Rush 1✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang