23. Potion d'amour

174 73 21
                                    

Dahyun mengayuh sepedahnya cepat, ia tertawa lepas saat mengetahui kalau Taehyung tertinggal jauh di belakangnya. Ia berhenti mengayuh dan membiarkan rodanya berputar sendiri menelusuri jalan yang dikhususkan untuk pesepeda tersebut, angin malan menerjang wajahnya dengan bebas. Hawa dingin menusuk hidung tapi ia merasa sangat bahagia malam ini. Perlahan Taehyung mulai menyusulnya dan kini mereka sejajar.

    "Sepeda jelek ini," keluh Taehyung menyelahkan sepeda yang telah mereka sewa. Dahyun tertawa puas dan sekarang mereka mengayuh pelan.

    "Daepyeo-nim, Anda sangat payah," ledek Dahyun menertawakan Taehyung.

    "Ya, berikan tanganmu!!" Taehyung mengulurkan tangan kanannya.

    "Anda yakin tidak akan terjatuh kalau hanya menyetir dengan satu tangan?" Dahyun tidak bisa berhenti meledeknya.

    "Kalau pun aku jatuh aku akan jatuh ke pelukanmu," Taehyung menyeringai, Dahyun geli mendengarnya. "Cepat berikan tanganmu, udaranya semakin dingin,"

Akhirnya Dahyun menyambut tangan Taehyung yang memang sudah terasa dingin. Mereka menelusuri sungai Han yang tenang dengan pelan, meskipun terkadang Dahyun hampir oleng karena harus menyetir dengan satu tangan tapi itu adalah hiburan bagi mereka. Mereka merasa damai dan bahagia. Seperti inilah yang mereka mau

Merasa lelah mereka memutuskan untuk berhenti dan duduk di bangku yang menghadap ke sungai Han. Jembatan panjang yang membentang di atas sungai Han menjadi salah satu pemandangan mereka saat ini. Taehyung membuka botol air mineral dan menyerahkannya kepada sang kekasih.

    "Terima kasih, Daepyeo-nim," ucap Dahyun tersenyum manis sebelum meminumnya.

    "Besok akhir pekan," Taehyung menatap Dahyun yang kelelahan. Kulit putihnya hampir menyamarkan bulir-bulir keringat yang membasahi wajahnya.

    "Hmm, kenapa?" Dahyun menutup botol minumnya.

    "Datanglah ke apartemenku, aku membeli perabotan baru,"

    "Pesta pindah rumah?"

    Taehyung tersenyum, "Anggap saja seperti itu,"

    "Kalau begitu saya harus membawa sesuatu untuk Anda,"

Taehyung diam sesaat.

    "Dahyun-ah,"

    "Mmh??"

    "Tinggallah bersamaku," ucap Taehyung bersungguh-sungguh

Dahyun mematung.

    "Anda tidak akan pulang ke rumah?"

Taehyung menggeleng, "Aku sudah terlalu tua untuk tinggal bersama orangtuaku," ia tertawa.

    "Anda benar, Anda memang sudah sangat tua," canda Dahyun seraya mengangguk setuju. Taehyung mengacak rambutnya gemas.

    "Aku serius, tinggallah bersamaku," Taehyung menatap kedua mata gadisnya penuh keyakinan.

    "Saya tidak tahu harus menjawab apa," lirih Dahyun. Tentu saja ini begitu tiba-tiba untuknya.

    "Baiklah, pikirkan jawabanmu dan aku akan menunggu,"

    "Sebenarnya ada yang ingin saya tanyakan,"

    "Apa?"

    "Bagaimana pertunangan Anda dengan Nona Bae? Dulu ayah Anda bilang itu akan diselenggarakan dalam satu bulan, itu berarti... sebentar lagi,"

    "Kenapa aku harus menjawab pertannyaan seperti itu?"

    "Mmh?"

    "Kenapa aku harus bertunangan dengannya padahal yang kuinginkan hanyalah kau," perlahan suara Taehyung mulai meninggi, bukan karena marah kepada Dahyun tapi karena kesal terhadap ayahnya.

Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang