25. Fakta Dari Tongyeong

211 79 30
                                    

Pukul delapan pagi Dahyun dan Taehyung sudah berada di Gimpo Airport untuk terbang menuju ke Busan. Satu jam kemudian mereka tiba di Gimhae Airport dan melanjutkan perjalanan dengan kereta dari Busan ke Tongyeong selama kira-kira 1 jam 20 menit.

    Sesampainya di sana Taehyung menyewa mobil dan supir untuk menuju ke kolumbarium tempat ayah Dahyun disemayamkan. Selama perjalanan Dahyun tidak banyak bicara, sehingga Taehyung terus-terusan menggenggam tangan kekasihnya tersebut.

    Dalam perjalanan mereka mampir untuk membeli bunga, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan yang sudah tidak jauh lagi. Sesampainya di sana Dahyun langsung bertanya kepada petugas dimana ruangan abu ayahnya. Jujur saja, perasaannya tak karuan. Ia merasa sedih dan gugup. Pertama kalinya ia akan bertemu dengan ayahnya setelah terpisah begitu lama, tapi yang akan ia temui hanyalah guci berisi abu kremasi yang bahkan tidak ia saksikan prosesnya.

    Seorang petugas laki-laki mengantar mereka ke sebuah ruangan yang terdapat deretan kabinet berisi abu kremasi dari orang-orang yang telah meninggalkan dunia. Ada sosok wanita membelakangi mereka sedang mematung di depan salah satu rak. Dahyun yang mengenali sosok tersebut kemudian berjalan mendekat.

    "Ibu," kata itu masih terasa kaku keluar dari mulutnya. Misun menoleh, senyum pahit terukir di bibirnya.

    "Kau datang," ucap Misun seraya meraih pundak anaknya. Matanya terasa pedih dan masih tidak percaya, anak yang dulu ia tinggalkan kini telah tumbuh menjadi wanita cantik dan sehat, meskipun tubuhnya sedikit lebih kurus dari wanita seusianya pada umumnya.

Taehyung berjalan mendekat kemudian membungkuk untuk menyapa. "Saya Kim Taehyung,"

Misun memandang pria di hadapannya, "siapa... "

    "Namja chingu," ucap Dahyun tanpa memandang keduanya. Matanya tertuju pada foto kecil berbingkai kayu yang sudah terlihat lusuh. Sejauh yang ia ingat, itu adalah ayahnya. Ayah yang sudah pergi meninggalkannya tujuh belas tahun yang lalu, saat umurnya baru enam tahun.

    "Oh, senang bertemu denganmu," ucap Misun canggung. Taehyung kembali membungkuk sopan dengan seulas senyum di bibirnya.

    "Ayah, aku datang... " ucap Dahyun lirih. Misun kembali menghadap ke guci abu mendiang suaminya. Kini ia berdiri sejajar dengan anaknya.

    "Maaf karena baru datang," ucapnya lagi, Misun memegang pundak Dahyun merasa haru.

    "Ini salah Ibu," ucap Dahyun seraya menoleh ke arah Misun. Misun dan Taehyung sedikit terkejut.

    "Aku berburuk sangka kepada Ayah selama hidupku karena berpikir ia telah meninggalkanku dengan kakek sendiri. Aku selalu berpikir bagaimana bisa seorang ayah meninggalkan putrinya yang masih kecil tanpa mau tau sama sekali apa yang terjadi selama 17 tahun terakhir. Aku selalu berpikir kalau aku tidak cukup baik itu sebabnya kalian meninggalkanku seperti ini, tapi ternyata... ini salah Ibu,"

    "Dahyun... "

    "Berapa yang Ibu terima sehingga Ibu sanggup meninggalkan dan melupakan semua ini?"

    "Maafkan Ibu?"

    "Kim Dahyun, kenapa bicara seperti itu kepada ibumu?" Taehyung berusaha menengahi.

    "Saya yakin Anda pernah ke Tongyeong sebelumnya," kini mata Dahyun tertuju pada Taehyung, mata yang berkaca-kaca penuh amarah.

    "Aku tidak mengerti maksudmu, aku memang pernah beberapa kali ke sini, tapi... "

    "17 tahun yang lalu, ayahku meninggal di sini, saat menjadi pekerja lepas dalam sebuah proyek pembangunan resort yang anehnya masih berdiri kokoh hingga sekarang," suaranya hampir bergetar.

Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang