TiMar-1

2.7K 88 6
                                    

Sesuai permintaan kalian aku membuat sequel CLBK dengan tokoh Tirtayasa-Maria.
Meskipun ini sequel dari cerita lalu jangan berpatokan dengan cerita lama ya.
Mungkin akan ada perubahan alur dr kisah mereka karena aku ingin bikin kisah mereka tersendiri.

So, monggo di baca dan jangan lupa ya vote dan komennya tp jangan berkomentar menjatuhkan seperti dua ceritaku yang lain.
Ini murni ide ceritaku dan HANYA CERITA FIKTIF jangan terbawa suasana dengan men-judge ku karena hal inilah itulah.

Terimakasih💋

¤ ¤ ¤

Maria melangkahkan kakinya mengikuti langkah sang pemilik perusahaan tempat dimana ia bekerja. Kusumawardhana atau biasa di sapa Kusuma, menanyakan jadwalnya seharian ini pada sekretaris cantiknya itu.

"Jadwal Saya apa saja hari ini, Maria?" Tanya Kusuma padanya.

"Jadwal Bapak hari ini meeting pagi dengan kepala divisi dan juga para Manager jam 10. Setelah makan siang, Anda akan menemui pimpinan perusahaan A di kantor beliau untuk membicarakan rencana kelanjutan kerja sama kita. Setelah itu Anda free." Ujarnya setelah menjelaskan panjang lebar jadwal Kusuma.

"Kapan jadwal penerbangan Banyu?" Tanya lagi Kusuma pada Maria perihal kedatangan putra bungsunya.

"Di jadwalkan lusa pukul 10 pagi pesawat yang di tumpangi putra Anda akan mendarat, Pak." Jawabnya lagi setelah memeriksa di jurnalnya.

"Baik. Kosongkan jadwal Saya di hari tersebut sampai dua hari ke depan ya." Titah Kusuma padanya dan Maria mencatat guna mengatur ulang jadwal sang atasan.

"Oh iya Mar. Tolong kamu telpon Tirta ya. Suruh dia mewakili Saya ke perusahaan A tadi. Beritahu juga apa saja yang akan di bahas nantinya." Sekali lagi Kusuma memberi titah pada sang sekretaris.

"Baik Pak." Jawab Maria dengan tegas tanda ia mengerti.

Sesampainya di lantai tempat ia dan sang pemimpin bekerja, Maria duduk di meja kerjanya dan mengatur ulang jadwal Kusuma dan menghubungi Tirta sesuai perintah.

"Selamat pagi, Pak Tirta. Saya Maria. Bapak diminta untuk mewakili Pak Kusuma bertemu dengan pemimpin perusahaan A. Setelah makan siang nanti ..." Maria menghubungi Tirta dan menyampaikan pesan dari Kusuma.

¤ ¤ ¤

Tiba saatnya waktu istirahat makan siang, Maria dan juga sahabatnya, Shanumi (Elmira) makan siang bersama di kantin perusahaan lantai 3.

"Gimana Mar hari ini? Oke semua?" Tanya Shanumi padanya.

"Oke semua, si Bapak mah santai kalo kasih gue kerjaan." Tuturnya menggambarkan sosok Kusuma sebagai pimpinan yang baik.

"Terus lu gimana? Si Abram masih suka gangguin lu?" Tanya Maria kembali pada Shanumi. Mendengar itu membuat Shanumi memutar bola matanya kesal.

"Lu tau gak? Kali ini bukan cuma dia aja yang ribet, tapi juga emaknya yang ikutan ribet!" Jawab Shanumi menggebu karena kesal.

"Masa sekarang tuh orang malah ikutan teror gue buat minta gue balikan!? Helooww!!" Ujarnya kesal membuat Maria terkikik mendengarnya.

"Emang ajaib deh keluarga laki lu itu. Udah mereka yang tendang lu, mereka juga yang ribetin hidup lu." Celetuk Maria sambil terkekeh.

"Mantan laki, catat! Dia bukan laki gue lagi." Ralat Shanumi menekankan kalimatnya dan melempar tisu bekas ke arah Maria yang di sambut tawa.

"Lagian elu juga sih. Udah tau laki lu eh mantan laki lu tuh eror bukannya kewong lagi malah betah amat jadi jomblo. Ya di pikir mereka elu masih belum bisa move on!" Ujar Maria padanya.

"Lu kata cari laki baru kayak beli jeruk, sekali ke pasar nemu langsung beli!?" Omel Shanumi padanya.

"Iya juga ya. Kalo gampang mah gue udah nikah kali ya Shan." Tukas Maria dan mereka pun menertawakan ke-jomblo-an mereka.

"Ehem!" Tiba-tiba terdengar suara deheman seseorang dari arah samping, membuat keduanya menoleh bersamaan.

Setelah mengetahui siapa yang menginterupsi mereka, Maria dan Shanumi sigap berdiri.

"Eh Pak Tirta, ada yang bisa Saya bantu?" Tanya Maria padanya seseorang yang menghampiri mereka dengan senyum kecil. Tirtayasa Kusumawardhana.

"Saya boleh gabung makan siang disini?" Tanya Tirta sambil menatap Maria. Yang di tatap melirik Shanumi dan dengan kedipan mata Shanumi mengijinkan.

"Boleh Pak. Silahkan." Ujar lagi Maria mempersilahkan Tirta duduk.

Suasana kantin tiba-tiba senyap, semua mata menatap ke arah meja tempat Tirta duduk dan makan siang bersama dua wanita cantik di kantor mereka.

"Mar, gue ke toilet dulu ya." Bisik Shanumi pada Maria dan tanpa menunggu jawaban Shanumi segera meninggalkan meja mereka.

Kini tinggallah Maria dan Tirta yang makan dengan khidmat, sementara Maria duduk dengan canggung.

"Nanti temani Saya pergi ke Perusahaan A." Ucap Tirta pada Maria yang bahkan tak menoleh ke arah wanita itu.

"Gimana Pak?"

"Saya sudah ijin Papa bawa kamu." Ucap lagi Tirta setelah mengunyah suapan terakhirnya.

"Saya tunggu di lobby 10 menit dari sekarang!" Tukas Tirta lagi membuat Maria mengerjap bingung dan melirik jam tangannya. Sontak ia berdiri karena waktu pertemuan tinggal 30 menit lagi.

Dengan terburu ia segera berlari ke ruang kerjanya yang berada di lantai 9. Sesekali melirik jam di tangannya dan waktu yang di tentukan Tirta tinggal 3 menit sementara ia belum menyiapkan barangnya.

Sesampainya di meja kerjanya segera saja ia menyambar tas juga tablet dan membawanya serta lalu berlari menuju tangga darurat.

Tinggal 1 menit 5 detik dan tepat 10 menit ia sampai di lobby dengan napas tersengal.

Tirta melirik kehadiran Maria yang masih sibuk mengatur napasnya dan tanpa banyak kata ia mendahului wanita itu menuju mobil.

Supir membukakan pintu belakang untuk Tirta dan Maria pun menuju mobil dan hendak membuka pintu depan.

"Kamu duduk disini bacakan materi apa saja yang akan di perlukan nanti." Titah Tirta saat Maria sudah membuka pintu depan. Menganggukkan kepala Maria beralih ke pintu belakang dan duduk tepat di sisi pintu, memberi jarak keduanya.

"Materi yang nanti akan...-"

"Kamu pikir Saya virus??" Potong Tirta membuat wanita itu lagi-lagi mengernyitkan keningnya, bingung.

"Geser kesini sedikit biar Saya bisa dengar!" Ketus Tirta padanya.

Tuhan! Kalo bukan anaknya bos besar ogah amat deh manis-manis sama nih orang!!
Keluh Maria dalam hatinya.

Segera saja Maria menggeser duduknya hingga berjarak sejengkal dan membacakan ulang materinya.

Maria menjelaskan semua materi dan Tirta malah menatap ke luar jendela.

Maria melirik sebal ke arah lelaki itu. Ia terus mendongkol kesal karena di acuhkan. Padahal pria itu tadi meminta di bacakan materi tapi malah dia yang tak acuh.

Merasa sudah membacakan semua materi, Maria pun bergeser menjauh sedikit dan menatap keluar.

Tirta melirik ke samping dan tersenyum kecil lalu kembali melemparkan pandangan matanya keluar jendela.







¤ ¤ ¤

Tbc.

ziga1810

Tirta-Maria (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang