10. Lunar Eclipse🌑

1K 166 26
                                    


Di dalam sebuah ruangan remang-remang, lima sosok werewolf duduk melingkar. Lampu redup hanya menyorot sedikit cahaya ke arah tengah ruangan, menciptakan bayangan gelap di sudut-sudutnya. Aroma hutan basah tercium samar-samar, menciptakan suasana misterius. Mereka tengah membahas hal yang sangat penting.

"Hampir saja kau membocorkan nama Tuan Jiyong," ucap June dengan nada tegas, matanya menyala-nyala menatap Lisa.

Lisa tersentak. "Bagaimana kau tahu?" gumamnya dengan suara rendah.

"Apa yang tidak kami ketahui tentang dirimu?" Suara Seulgi menyusul, penuh kepastian. Keempat namja di ruangan itu mengangguk setuju, seolah Seulgi telah mengatakan sesuatu yang mutlak.

"Selain menjalankan misi di sini, tugas kami adalah melindungimu," lanjut Ten dengan nada serius, tatapannya dingin menusuk. "Hampir di setiap kelas, ada orang-orang suruhan kami yang mengawasimu."

Lisa mengernyit. "Apa mereka sama seperti kita, werewolf?"

Eunwoo, yang sejak tadi hanya diam, akhirnya membuka mulut. Suaranya dalam dan penuh kewibawaan. "Sebagian iya, dan lainnya bukan. Tapi satu hal yang bisa kupastikan, mereka semua loyal. Mereka tidak akan membocorkan apapun, bahkan kepada keluarga mereka sendiri."

Lisa diam, menatap Eunwoo. Pria berwajah tampan itu memimpin sebuah organisasi rahasia yang anggotanya bukan hanya dari kalangan pelajar, tetapi juga polisi dan bahkan pejabat pemerintahan. Semua dimulai oleh Jiyong, ayah Lisa, sebelum dia meninggalkan dunia manusia. Kini, tanggung jawab itu beralih sementara kepada Eunwoo.

"Aku bisa menjaga diriku sendiri! Kenapa kalian terus memperlakukan aku seolah aku ini tidak berdaya?" tiba-tiba Lisa berseru dengan nada tinggi, wajahnya berubah kesal. Matanya bersinar tajam, seperti ada api yang mulai menyala di dalam dirinya.

Kelima werewolf itu terdiam, saling bertukar pandang.

Lisa menggertakkan giginya, menahan kemarahan. "Berhenti memperlakukanku seperti orang lemah! Aku lebih kuat dari kalian!" Setelah mengucapkan itu, Lisa berbalik dan melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan suasana yang berat dan penuh ketegangan.

June menunduk, penuh penyesalan. "Mianhae, aku tidak bermaksud membuatnya marah."

Eunwoo menggeleng pelan. "Tidak, ini salah kita semua. Kita membuatnya merasa terkurung."

Seulgi menghela napas panjang. "Apa ini salah satu tahapan yang harus dia lalui?" tanyanya penuh keraguan, menatap Eunwoo.

"Eomma bilang, setiap werewolf muda akan menghadapi perubahan emosional yang intens sebelum transformasi penuhnya," jawab Eunwoo, suaranya serius. "Kita harus mengawasinya, tapi dari jauh. Jangan sampai dia merasa semakin terpojok. Aku takut emosinya akan mengambil alih."

Di atas rooftop sekolah, Lisa duduk sendirian, meremas rambutnya dengan frustasi. Udara malam yang dingin seolah tidak bisa menenangkan gejolak dalam dirinya. Emosinya meluap-luap, sulit dikendalikan.

Tiba-tiba, suara yang dalam dan tenang terdengar di benaknya.

"Kendalikan emosimu."

Lisa tersentak. Suara itu... suara yang sangat dikenalnya. "Appa?" bisiknya pelan, menatap langit malam yang penuh bintang. Pesan terakhir dari ayahnya sebelum pergi ke dunia manusia terngiang jelas di kepalanya.

Menarik napas panjang, Lisa mencoba menenangkan diri. Berulang kali ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, mengingat pesan-pesan ayahnya. Perlahan, emosinya mulai mereda. Namun, rasa rindu yang dalam muncul, menggantikan kemarahan itu.

"Appa... bogoshipo," gumam Lisa dengan suara serak, perasaan rindu menyelimuti hatinya. Jika saja ayahnya ada di sini, dia pasti akan memeluknya dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja, seperti yang sering dilakukannya dulu.

Different World [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang