°°°°°
Dua yeoja sedang duduk di salah satu kafe ternama di tengah kota Seoul. Mereka baru saja menyelesaikan kelas mereka di kampus dan memutuskan untuk mengambil waktu bersantai bersama. Namun, suasana hati Irene tampak berbeda kali ini. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.
"Irene, ada apa? Sepertinya kau ingin bercerita sesuatu," tanya Jisoo, yang menyadari raut wajah sahabatnya tampak sedih.
Irene menatap Jisoo sejenak, lalu menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara, "Ada sesuatu yang belum pernah aku ceritakan kepada siapapun," suaranya pelan, namun jelas, membuat Jisoo penasaran.
Jisoo mengerutkan kening, "Maksudmu? Apa itu?"
"Sebenarnya... aku masih memiliki seorang adik perempuan," Irene mulai bicara dengan suara bergetar.
"Yeri? Tapi kalian memang berbeda ayah, bukan?" tanya Jisoo, yang tahu bahwa Irene dan Yeri tidak memiliki ayah yang sama.
"Bukan Yeri," Irene menggeleng pelan. "Aku memiliki adik kandung dari ayahku yang pertama. Tapi... dia hilang."
Jisoo terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi baru ini. "Lalu, di mana dia sekarang?"
"Itulah masalahnya... aku tidak tahu. Dia diculik bersamaan dengan kejadian tragis yang menimpa Appa. Sejak itu, tak ada kabar sama sekali tentangnya."
Irene mulai terisak, dan Jisoo dengan lembut merangkulnya, memberi ruang untuk sahabatnya meluapkan emosi yang selama ini dipendam. "Irene-ah, kau boleh menangis. Jangan menahan perasaanmu," bisik Jisoo lembut.
Tangis Irene pun pecah. Dalam pelukan sahabatnya, ia membiarkan dirinya tenggelam dalam rasa sedih dan penyesalan. Terbayang kenangan saat ayah kandungnya dibunuh dan adiknya hilang begitu saja, meninggalkan luka yang belum sembuh hingga kini.
"Kami sudah mencarinya, melapor ke polisi, melakukan segala upaya. Namun, hasilnya nihil. Eomma pun hampir depresi karenanya. Aku selalu berharap... bahwa adikku masih hidup di luar sana, di mana pun itu," lanjut Irene dengan suara bergetar.
Jisoo terdiam sejenak, memikirkan kata-kata yang tepat untuk menghibur sahabatnya. "Irene, mungkin saat ini kalian terpisah, tapi percayalah. Jika memang takdir berkata demikian, kau pasti akan bertemu dengannya lagi suatu hari nanti."
Irene tersenyum tipis, meskipun air mata masih membasahi pipinya. "Aku berharap begitu, Jisoo-ya. Aku benar-benar berharap."
°
Di KA high School, Rosé kebingungan saat mendapati bangku di sebelahnya kosong. "Eh? Tadi Lisa di sini, kan?" gumamnya dengan wajah heran. Padahal, terakhir dia melihat Lisa sedang tidur nyenyak.
"Hei, Mina-ah, apa kau melihat Lisa?" tanyanya kepada salah satu teman sekelas.
"Aniyo, terakhir dia di sebelahmu, bukan?" jawab Mina yang juga kebingungan.
Rosé mendesah panjang. "Tadi aku terlalu sibuk dengan ponselku, mungkin dia pergi saat aku tak memperhatikan..." pikir Rosé sambil merasa bersalah karena mengabaikan Lisa.
Sementara itu, Lisa kini berada di ruang rahasia yang terletak di belakang sekolah. Ia sedang duduk dengan ekspresi sedikit kesal, mendengarkan Eunwoo dan yang lainnya membicarakan masalah serius.
"Aku harus kembali ke kerajaan," ucap Lisa dengan nada tegas, membuyarkan perdebatan yang terjadi di antara para namja di ruangan itu.
"Kembali? Apa terjadi sesuatu di sana?" tanya Eunwoo sambil menatap Lisa serius.
Lisa mengangguk. "Appa memanggilku. Ada masalah di kerajaan yang harus segera diselesaikan."
June, yang sedari tadi mendengarkan percakapan tersebut, langsung menyela dengan nada penuh antusias. "Apa kau akan mengajakku? Aku selalu ingin melihat kerajaan werewolf!"
"Yak! Jangan bermimpi! Lisa pasti mengajakku duluan," bantah Bambam sambil memandang June dengan tatapan penuh persaingan.
Ten, yang duduk di sudut ruangan, hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku kedua temannya itu. "Kalian ini, bisa tidak sedikit dewasa?"
Lisa akhirnya menatap keduanya dengan tajam. "Jika kalian terus berdebat seperti ini, aku tidak akan membawa siapapun. Ini bukan liburan, ini masalah serius," ucapnya dengan nada tegas.
June dan Bambam pun terdiam, merasa malu karena terlalu memaksakan diri. Eunwoo, yang sedari tadi memperhatikan, akhirnya angkat bicara. "Jika kau butuh bantuan, Lisa, kami akan selalu ada untukmu."
Lisa mengangguk. "Terima kasih, oppa. Tapi kali ini, aku harus pergi sendiri. Ini adalah urusan keluarga."
Eunwoo tampak mengerti. "Baiklah, kalau begitu."
Tak lama kemudian, Seulgi masuk ke dalam ruangan dengan wajah penuh amarah. "Eunwoo-ssi! Kau pasti tahu sesuatu tentang orang tuaku!" teriaknya sambil mendekat.
Eunwoo hanya menghela napas panjang, tampak enggan untuk menjawab. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, Seulgi."
Seulgi tidak menyerah. "Jangan berbohong! Aku yakin kau tahu sesuatu. Di mana ibuku? Apa dia masih hidup?"
Eunwoo akhirnya meletakkan buku yang sedang ia baca dan menatap Seulgi dengan serius. "Seulgi-ya, eommamu masih hidup."
Seketika suasana ruangan menjadi hening. Mata Seulgi membelalak kaget. "Benarkah? Tapi... di mana dia? Mengapa tidak pernah mencariku?"
Lisa yang berada di sebelah Seulgi segera memeluknya, mencoba menenangkan gadis itu. "Eonnie, tenanglah. Kita akan mencari jawabannya bersama."
Dengan tekad yang kuat, mereka memutuskan untuk mencari kebenaran di kerajaan werewolf. Hanya di sana, mereka bisa menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menghantui mereka.
Di kantin, Jennie dan Rosé sedang duduk bersama Wendy, membahas pengumuman tentang kegiatan camping.
"Camping? Bukankah kegiatan itu sudah dilarang?" tanya Wendy.
Rosé mengangguk. "Iya, Eonnie. Tapi aku mendengar ketua OSIS mendapat izin khusus dari kepala sekolah."
Jennie yang sedari tadi diam akhirnya berbicara. "Aku dengar dulu ada insiden saat camping terakhir kali. Seorang siswi hilang, dan sampai sekarang tidak ditemukan."
Rosé terdiam, merasa sedikit khawatir. Namun, ia tetap tersenyum. "Meski begitu, camping akan menyenangkan, kan? Kita bisa bersama-sama menikmati alam."
Wendy mengangguk penuh semangat. "Benar! Ini akan jadi pengalaman yang menarik."
°
Sementara itu, jauh di atas pohon di belakang sekolah, Lisa duduk sendirian, mendengarkan percakapan seseorang dengan serius. Insting werewolf-nya menangkap firasat buruk dari percakapan yang baru saja ia dengar."Rencana awal sudah terlaksana, kita tinggal menunggu untuk mengambil tindakan," ucap seseorang dari kejauhan. Lisa mengerutkan keningnya, merasa ada yang tidak beres.
"Aku harus lebih waspada," gumam Lisa, menatap tajam ke arah orang yang baru saja pergi.
Sepertinya, ada bahaya yang sedang mengintai.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [On Going]
Fantasy"Aku memang bukan manusia" ... "Ini tidak masuk akal" Rosè "Aku terlanjur menyayangimu walaupun kamu berbeda" Jennie "Bagaimanapun kita tetap saudara" Jisoo "Kami sudah lama menunggumu" Jisoo Jennie Rosé Ketiga gadis Kim dikelilingi bahaya. Akankah...