20. Too Quiet?

262 44 10
                                    


°°°°°°°
Malam itu terasa tenang, angin sepoi-sepoi berhembus lembut di antara pepohonan. Kegiatan demi kegiatan telah selesai, dan sejauh ini tak ada yang mencurigakan. Lisa sempat meragukan instingnya, merasa ada yang aneh, tapi malam itu terasa begitu damai.

Di sekitar api unggun yang baru saja menyala, delapan gadis itu duduk melingkar, menghangatkan diri dari dinginnya udara malam. Lisa, yang bertugas membuat api unggun, sudah memastikan nyalanya stabil. Kelompoknya dan kelompok Irene memutuskan untuk berbagi satu api unggun, agar mereka bisa bersama-sama menikmati malam pertama di perkemahan.

Hari itu tidak banyak kegiatan, karena mereka tiba di lokasi ketika senja sudah hampir berakhir. Setelah makan malam yang sederhana, mereka hanya bersantai di sekitar api unggun, menikmati bintang-bintang yang bersinar terang di langit malam. Di tangan mereka, ada marshmallow yang dibakar di atas api, sesuatu yang Jisoo sengaja bawa.

Lisa, kau serius belum pernah coba marshmallow bakar?" tanya Rosé, matanya membelalak tak percaya, suaranya penuh keheranan dan antusias.

Lisa tersenyum kecil, sedikit malu. "Aku nggak bohong, jjinja..." balasnya dengan nada rendah, seolah ragu-ragu, seperti takut ditertawakan.

Jisoo, yang mendengar percakapan itu, langsung menusukkan marshmallow dengan gerakan cepat. "Ya ampun, kau harus coba sekarang!" Jisoo mendekat, menyerahkan tusukan marshmallow itu dengan mata yang berbinar-binar, seperti seorang kakak yang akan memperkenalkan sesuatu yang sangat penting dalam hidup.

Lisa mengambilnya perlahan, dengan sedikit canggung. Saat marshmallow mulai meleleh di mulutnya, matanya melebar, wajahnya berubah. "Wah... ini... ini enak sekali!" serunya dengan bibir penuh marshmallow yang lengket.

Rosé tertawa keras, air mata hampir keluar dari matanya. "Lisa, kau kelihatan seperti anak kecil! Lihat bibirmu belepotan!"

Gadis-gadis lain ikut tertawa kecil, suasana menjadi hangat dengan canda tawa mereka. Jennie, yang melihat Lisa, tersenyum lembut. Dia merogoh saku bajunya dan mengeluarkan tisu, kemudian mengelap bibir Lisa yang belepotan dengan lembut.

"Gomawo, eonnie," ucap Lisa malu-malu, tapi senyumnya lebar. Di tengah kehangatan malam itu, hatinya yang biasanya dingin terasa sedikit lebih hangat, seolah-olah sesuatu yang lama hilang kini kembali mengisi.

Saat yang lain asyik bercanda, Jennie menengadah, fokus pada langit yang penuh bintang. Dia terdiam sejenak, menikmati keindahan langit malam yang terasa begitu luas.

"Langitnya indah sekali malam ini," ucap Jennie pelan, suaranya terdengar oleh Lisa yang duduk di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Langitnya indah sekali malam ini," ucap Jennie pelan, suaranya terdengar oleh Lisa yang duduk di sebelahnya.

Lisa menoleh, memandang Jennie dengan penuh minat. "Eonnie, kau suka memandang langit?" tanyanya.

Jennie mengangguk. "Iya, aku selalu suka. Ada sesuatu yang menenangkan saat melihat bintang-bintang."

Lisa diam sejenak, memikirkan kata-kata Jennie. "Kenapa kau suka langit, eonnie?"

Different World [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang