6. Gomawo✨

1K 133 8
                                    

Jisoo, seorang mahasiswi di Yonsei University, berjalan santai menuju gedung fakultasnya. Langit cerah dan angin sejuk mengiringi langkah gadis berbibir mungil yang dikenal banyak orang karena kecantikan dan kepintarannya.

"Jisoo-yaa!" sebuah suara memanggil dari belakang.

Jisoo menoleh dan mendapati Irene, sahabatnya sejak sekolah menengah pertama, sedang berlari kecil menghampirinya.

"Ada apa, Irene?" tanya Jisoo heran melihat temannya yang terengah-engah.

"Apakah benar dua hari yang lalu kau hampir diculik?" Irene bertanya langsung, tanpa basa-basi, sambil mengatur napasnya.

Jisoo mengangguk pelan. "Iya, tapi aku baik-baik saja sekarang. Tidak perlu khawatir."

"Maafkan aku karena tidak bersamamu saat itu," ucap Irene dengan rasa bersalah yang dalam. Irene baru saja mendengar berita itu karena sedang sibuk dengan acara keluarga.

"Tidak perlu merasa bersalah, semuanya sudah berlalu," Jisoo mencoba tersenyum, meskipun di dalam hatinya, kejadian itu masih menyisakan sedikit rasa takut, terutama ketika harus berjalan sendiri di malam hari.

"Baiklah, ayo kita masuk. Dosen akan datang sebentar lagi," ajak Jisoo.

Mereka berdua segera masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku yang bersebelahan. Irene, yang masih tampak khawatir, mulai berbicara lagi.

"Jisoo, apakah kau percaya pada manusia serigala?"

Jisoo menoleh dan menatap Irene dengan alis terangkat. "Kenapa tiba-tiba bertanya tentang itu?"

Irene mendesah. "Aku membaca buku tentang werewolf. Dalam buku itu, disebutkan bahwa mereka memburu manusia. Aku jadi takut, entah kenapa."

Jisoo tersenyum kecil, mengingat kembali malam ketika seekor serigala misterius menyelamatkannya. "Menurutku, tidak semua werewolf seperti itu. Sama seperti manusia, ada yang baik dan ada yang jahat."

Irene terdiam, memikirkan kata-kata Jisoo. "Kau benar juga, mungkin aku terlalu terbawa cerita di buku itu."

Tak lama kemudian, dosen mereka masuk, dan percakapan itu pun terhenti. Keduanya lalu fokus pada pelajaran yang sedang berlangsung.

Di tempat lain, Jennie berjalan menuju kelas adiknya, Rosé. Di tangannya, ada sebuah paperbag kecil yang berisi jaket milik orang yang telah menyelamatkannya dua malam lalu.

"Permisi," ucap Jennie saat memasuki kelas. Seluruh siswa di dalam kelas menoleh, dan ketua kelas dengan cepat berdiri untuk menyambutnya.

"Jennie sunbae, Rosé sedang berada di ruang guru," jelasnya dengan sopan.

"Aku tidak mencari Rosé, tapi..." ucapan Jennie terhenti saat melihat sosok yang ia cari.

"Eonnie, ada apa di sini?" Rosé muncul dari pintu dengan membawa setumpuk buku.

"Aku mencari Lisa. Apakah dia ada?" tanya Jennie.

Rosé menoleh ke arah bangku belakang. "Dia ada, di kursi paling pojok, tapi sedang tertidur."

Jennie berjalan mendekati Lisa yang tertidur di pojokan, wajahnya menghadap ke tembok. Melihat gadis itu tampak begitu tenang dalam tidurnya, Jennie ragu sejenak.

"Dia sedang tidur, bagaimana eonnie?" tanya Rosé, ikut bingung.

Jennie menggigit bibirnya. "Aku kembalikan nanti saja."

Rosé menatap Jennie dengan heran. "Kalau begitu, titipkan padaku saja. Aku bisa memberikannya nanti."

"Tidak, aku ingin memberikannya sendiri. Aku pergi dulu," ucap Jennie, membawa kembali paperbag tersebut dan bergegas meninggalkan kelas.

Different World [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang