5. Berkenalan ✨

986 137 4
                                    

Matahari terik siang itu menyelimuti lapangan olahraga di sekolah, membuat suasana menjadi sangat panas dan tak nyaman. Kelas Rosé baru saja menyelesaikan pemanasan, namun guru olahraga belum juga datang. Para murid pun duduk di tepi lapangan, berusaha berlindung dari panasnya sinar matahari.

"Ugh, panas sekali!" keluh Joy, menyeka keringat di dahinya.

Rosé, yang duduk di sebelahnya, hanya mengangguk sambil mengipasi dirinya. "Iya, kita semua kepanasan, bukan hanya kau saja, Joy."

Namun, tatapan Joy kemudian beralih ke arah Lisa yang duduk beberapa meter dari mereka. Gadis berponi itu tampak tenang, tak berkeringat sedikit pun meski semua murid lain terlihat lelah dan kepanasan. "Lihat deh, Lisa. Dia bahkan tidak berkeringat sama sekali," gumam Joy, takjub.

Rosé ikut memandangi Lisa. "Benar juga. Aku kadang lupa kalau dia dua tahun lebih muda dari kita," katanya sambil mengangguk. Meskipun Lisa terlihat seumuran dengan mereka, terutama karena tinggi badannya yang hampir menyamai Joy, ternyata dia lebih muda.

Joy tersenyum lebar dan menarik tangan Rosé. "Ayo kita berkenalan dengan dia!"

Mereka berjalan mendekati Lisa yang masih duduk tenang di tepi lapangan. "Hai, Lisa! Kita belum sempat berkenalan kemarin. Aku Joy, dan ini Rosé." Joy mengulurkan tangan dengan antusias.

Lisa tersenyum ramah, senang akhirnya ada yang menyapanya lebih dulu. Dia menjabat tangan Joy. "Senang bertemu dengan kalian. Aku Lisa. Semoga kita bisa berteman baik."

Rosé yang sedang tidak mood hanya menjabat tangan Lisa dengan senyum tipis. Meski begitu, dia mengangguk pelan, menghormati perkenalan itu.

"Kalau begitu, bolehkah aku duduk bersama kalian?" tanya Lisa, melihat mereka dengan antusias.

"Tentu saja!" Joy menjawab cepat, lalu duduk di samping Lisa. Rosé mengikuti dan duduk di sebelahnya.

Beberapa saat kemudian, guru olahraga akhirnya tiba dan mengumpulkan semua murid. "Baiklah, hari ini kita akan melakukan penilaian lari. Untuk namja, kalian akan berlari 400 meter, sementara yeoja hanya setengahnya."

"Yah, ini tidak adil!" keluh seorang namja di barisan belakang, namun guru itu hanya tersenyum sabar.

"Tapi karena jumlah yeoja ganjil, Lisa, kamu akan berlari bersama para namja," ujar guru itu tanpa ragu.

Lisa hanya mengangguk tenang. Lari bukanlah masalah besar baginya, bahkan dia yakin bisa berlari lebih cepat dari kebanyakan namja di kelasnya. Ketika guru memberi aba-aba untuk bersiap, Lisa dan para namja mengambil posisi di garis start.

"Bersedia... siap... ya!" teriak guru.

Dalam hitungan detik, Lisa melesat lebih cepat dari yang lain. Meski tugasnya hanya berlari setengah lintasan, dia terus berlari hingga menyelesaikan seluruh putaran, bahkan melewati para namja. Para murid yang menonton di pinggir lapangan ternganga, tak percaya dengan kecepatannya.

"Wooaah, Lisa! Kamu berlari sangat cepat, bahkan melebihi para namja!" puji sang guru dengan kagum, diikuti tepuk tangan riuh dari teman-temannya.

Lisa hanya tersenyum tipis, tidak terlalu mempedulikan perhatian yang dia dapatkan.

Di sudut lain, Rosé yang mencoba berlari terjatuh dan pergelangan kakinya terkilir. Rasa sakit membuatnya tak mampu berdiri, hingga Lisa dengan sigap membawanya ke UKS.

"Aduh..." ringis Rosé, wajahnya pucat karena sakit.

Lisa menatap pergelangan kaki Rosé dengan cermat. "Apakah sangat sakit?" tanyanya lembut.

"Tentu saja! Kau tidak lihat dia kesakitan?" jawab Joy dengan nada sedikit kesal, meski Lisa sebenarnya sedang bertanya pada Rosé.

Lisa tersenyum kecil. "Biar aku coba mengobatinya, aku sedikit mengerti soal sendi dan otot."

Different World [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang