18. Gerry ambyar day

46 13 0
                                    

Hello bestie

Kembali lagi dengan saya yng baik hati jiakhh.

Selamat membaca😊
______________________


S

eminggu telah berlalu Frisca dan Satya masih menyembunyikan hubungan mereka dari publik.

Saat ini Gerry menghela napas panjang dia masih tidak percaya bahwa langkahnya lebih jauh dari adik kelas kurang ajar itu. Dia harus mendapat hati Frisca bagaimanapun caranya ya dia harus bisa.

Jam istirahat tiba Gerry berniat untuk mendatangi Frisca dan kebetulan dia berpapasan dengan Frisca saat gadis itu keluar dari kelas.

"Halo kak Gerry," sapa Frisca.

"Halo juga, kamu hari ini longgar gak?" tanya Gerry.

"Iya kenapa?" Tanya Frisca.

"Ikut gue yuk," ajak Gerry sambil menggandeng tangan Frisca.

"E -eeh."

Gerry mengajak Frisca di taman belakang sekolah, ada sebuah pancuran air di tengah-tengah taman itu membuat suasana lebih terasa indah.

"Frisca," kata Gerry.

"Iya kenapa kak?"

"Gue mau bilang jujur," ucap Gerry lalu menghela napas sejenak.

"Hhh. . . . sebenarnya gue suka sama lo Frisca. Dari awal lo masuk ke kehidupan gue dan bikin gue kepikiran setiap malam, lo satu-satunya perempuan yang berhasil menjerat hati gue sampai jatuh terlalu dalam."

Jantung Frisca seakan berhenti berdetak ketika mendengar pengakuan dari Gerry. Selama ini kakak kelas yang selalu menemaninya ternyata menyimpan rasa padanya diam-diam, Frisca tidak tau harus bagaimana.

"Jadi lo mau jadi pacar gue?" Kata Gerry sambil menggenggam erat tangan Frisca.

Frisca menghela nafas lalu menghembuskan secara perlahan.

"Maaf kak, aku gak bisa menerima kakak. Karena aku udah punya yang lain sekali lagi maaf, lagipula masih banyak perempuan diluar sana yang lebih baik."

"Tapi gue maunya lo," balas Gerry.

"Maaf kak. Kita gak bisa bersama kita hanya sebatas adik dan kakak kelas gak lebih terimakasih," kata Frisca dengan sopan.

Frisca melepaskan genggaman tangannya dari Gerry lalu berlari meninggalkannya Gerry yang masih terpukul atas tertolak cintanya.

"Apa ini akhir dari cinta gue?" gumam Gerry lesu.

Frisca berlari meninggalkan taman dan tanpa sadar dia menangis, dadanya sakit terasa dicabik-cabik.

"Hah kenapa gue harus lakuin ini?!!! Arghh bodoh. . . . bodoh."

Frisca berjongkok dengan keadaan menangis sambil menetralkan rasa sakitnya.

"Kenapa gue harus bilang kayak gitu?!!" ucap Frisca dengan frustasi.

"Bilang apa?" Suara berat seseorang mengalihkan perhatian Frisca.

Dia mendongakkan kepalanya dan terkejut saat melihat Satya berdiri tepat di hadapannya, dengan tatapan mata yang tidak bisa dijelaskan.

i. Tresno Satya [END]✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang