Maaf baru bisa update. Maaf untuk typo.
Sudah seminggu sejak Karina keluar rumah sakit, dan iya dia tinggal dengan Yeri untuks sekarang. Awalnya ia bersikeras menolak, tetapi akhirnya mau. Karina tidak mau bertengkar lagi dengan kakaknya.
"Bosaaaan" Karina menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa. Yang dia lakukan sejak pagi hanya menonton tv atau bermain ponsel, Yeri melarangnya keluar atau melakukan pekerjaan apapun. Termasuk pekerjaan utamanya, mengusir arwah.
Sebenarnya selain bosan, Karina juga merindukan seseorang. Seseorang yang beberapa bulan ini berbagi atap dengannya. Yoshi.
"Aku juga tidak mau kau terluka Karina"
PLAKK!!
Karina menampar pipinya, "Kau sudah gila Karina, kau pasti gila. Kenapa memikirkannya begitu." Marahnya pada diri sendiri.
"Ah benar, pasti karena aku tidak melakukan apapun. Baiklah, aku akan bersih bersih saja"
Bangkit dari duduknya, Karina mulai merapikan apartemen milik sang kakak. Sesekali gadis itu bernyanyi atau bersenandung kecil. Dia mulai membersihkan mulai dari kamarnya, dapur, ruang tamu, dan terakhir gudang. Karena dia tau, Yeri tidak akan mengijinkan dia masuk ke kamarnya, apalagi itu juga kamar Hongseok. Jadi Karina melewati kamar itu.
"Oke mari kita lihat" Karina masuk kedalam gudang, "Oh tidak terlalu berantakan"
Karina mulai merapikan gudang Yeri. Untungnya karena tidak berantakan, Karina hanya memerlukan sedikit waktu saja.
Brukk
"Astaga"
Karina menyenggol tumpukan buku hingga jatuh saat merapikan rak terakhir. Dengan segera gadis itu mengambil kembali buku-buku itu, tapi mendadak tangannya berhenti saat melihat sebuah foto.
Deg
Bingung. Karina masih menatap foto itu. Di foto itu ada sepasang suami istri dengan dua orang anak kembar. Tapi masalahnya, salah satu anak kembar itu adalah dirinya. Dan dia tidak mengenali orang lain di foto itu.
"Apa cuma mirip aku?" Karina meletakkan lagi foto itu kedalam album, tapi matanya menemukan objek lain yang menarik perhatian. Berkas kasus neneknya dari tahun 2007.
"Berkas nenek dari 2007? Kenapa ada disini?"
Karina duduk lalu mulai membuka-buka berkas itu halaman demi halaman. Awalnya biasa saja, sampai satu halaman menarik perhatiannya. Halaman dengan judul kasus, "Teror dan kecelakaan keluarga Yu".
"Yu? Marganya sama denganku"
Karena penasaran, dengan sungguh-sungguh Karina membaca halaman itu. Tapi itu bukanlah keputusan yang baik, terbukti beberapa saat kemudian Karina menjatuhkan buku berkas itu dan mulai menitikkan air mata.
"I-itu aku. Aku kerasukan dan membunuh ibu kandungku?"
Dengan cepat Karina mengambil buku itu dan keluar dari apartemen Yeri. Tujuannya adalah rumahnya, dia harus menemukan sesuatu yang lain. Yang bisa membuatnya yakin, apakah ini benar dirinya? Atau orang dengan nama sama.
.
.
.
.
.
.
"Hahh bosan"
Yoshi menguap, sesekali meregangkan ototnya yang kaku karena digunakan untuk duduk berjam-jam. Bukan tanpa alasan, dia sedang mengerjakan tugas kuliahnya.
"Bagaimana keadaan Karina, ya?" Tanya Yoshi pada diri sendiri.
Mengingat Karina membuatnya ingat tentang Jimin juga. Yoshi mengambil buku yang ia gunakan untuk mencatat tentang Karina dan Jimin. Bahkan foto Jimin di album sekolah Yoshi tempelkan disana.
"Apa memang dunia sesempit itu, bagaimana bisa aku bertemu saudara kembar dari gadis yang dulunya menyukaiku" ucap Yoshi sambil masih memandangi foto Jimin.
.
.
.
.
.
.
Karina memasuki rumahnya dengan perasaan campur aduk. Dia ingin tau apa yang ada diberkas itu benar dirinya, apa benar orang-orang difoto itu keluarga aslinya, lalu bagaimana dengan ibunya selama ini? Joohyun, ibu yang merawatnya selama ini. Wanita itu bukan ibunya? Lalu Yeri? Ayahnya? Ia tidak ingat apapun tentang masa kecilnya.
"Yoshi" Karina memanggil, setidaknya berharap dia dapat bercerita tentang kebingungannya.
Karena tak kunjung mendapat jawaban, Karina memberanikan diri naik kekamar Yoshi.
"Yoshi aku masuk" ijin Karina sebelum masuk.
Saat masuk Karina dapat dengan jelas mencium aroma parfum Yoshi, tetapi si pemilik kamar tidak ada. Yang ada malah meja belajarnya yang berantakan. Dan karena sudah terlanjur masuk, Karina ingin merapikannya.
Baru mau memulai, sebuah buku catatan yang terbuka menarik perhatiannya. Dibuku itu ada foto dirinya. Ah tidak, bukan. Bukan dirinya, tapi Yu Jimin. Itu nama yang tertulis disana.
"Jimin, sudah tidak ada?" Gumam Karina setelah membaca.
"Karina"
Mendengar namanya dipanggil, Karina mendongak. Dihadapannya saat ini, sosok arwah yang mengikuti Yoshi berdiri. Kali ini Karina bisa melihat dengan jelas wajah sosok itu. Wajah yang sama dengan dirinya.
"Ji...Jimin?"
Karina berdiri dan berjalan mendekati sosok itu-Jimin-. Ia belum ingat semuanya, tetapi dia merasa memiliki ikatan dengan sosok Jimin. Secara bersamaan, tangan Karina dan Jimin 'saling menyentuh'.
Flashback
"Karina, Jimin!! Ayo cepat, kita bisa terjebak macet nanti!!" Seorang wanita berteriak dari depan rumahnya.
Sementara dari dalam dua anak kembar segera berlari keluar.
"Ayooo!!" Semangat bocah dengan kuncir kuda-Karina-.
"Aku tidak mau pergi!!" Bocah yang lain memasang wajah marah.
Seorang pria menghampiri mereka bertiga.
"Jimin, ini ulang tahun kalian. Kami menyiapkan ini untuk kalian, masa kalian tidak mau pergi?" Ucap pria itu.
"Tidak mau Appa!!" Jimin bersikeras. Bocah tujuh tahun itu masih memasang wajah marah.
"Yasudah tidak usah ikut!!" Kesal Karina lalu langsung masuk mobil.
"Jimin, ayo. Eomma akan membelikan buku kesukaanmu nanti" ajak sang ibu.
Karena bujukan itu, akhirnya Jimin bersedia masuk kedalam mobil.
Sepanjang perjalanan Karina sangat senang, sementara Jimin hanya diam saja. Sampai tiba-tiba,
Brukk
Karina mendadak jatuh pingsan. Membuat kedua orang tua dan saudara kembarnya bingung. Tapi tak berapa lama Karina bangun dengan mata merah, dan secara mendadak menerjang ibunya yang duduk dikursi depan. Sang ayah disamping mencoba menarik anaknya dari istrinya sampai tidak fokus mengemudi.
"APPA AWAS!!" Teriak Jimin dari belakang.
Dari arah kanan datang sebuah truk dengan kecepatan tinggi yang langsung menghantam mobil keluarga itu.
See you soon~~
10.10.21
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ghost Behind You [YoRina]
Fanfiction[LENGKAP] Karina dan Yoshi adalah orang asing pada awalnya. Namun dalam semalam keduanya justru berbagi atap. Mungkin kebetulan, tapi bagaimana jika takdir keduanya bersilangan?