Pandora's Box

458 120 5
                                    

Karina duduk diruang tamu sambil memegang foto ibunya. Mereka baru saja memakamkan sang ibu. Disamping Karina ada Jimin yang masih menangis sejak tadi, dan dari ruang tengah terdengar suara sang ayah membentak bersahutan dengan sang nenek dan bibi.

Karina hanya diam, sampai sang ayah tiba-tiba datang dan menggendong Jimin keluar rumah. Karina yang melihatnya langsung berlari mengikuti sang ayah.

"DIAM DISANA!!" Bentak sang ayah membuat Karina mematung, "JANGAN IKUTI AKU PEMBUNUH!!"

Mata Karina kecil berkaca-kaca, "Appa" panggilnya.

"KAU BUKAN PUTRIKU!! KAU IBLIS!! IBLIS YANG MELENYAPKAN ISTRIKU!!"

Setelah mengucapkan itu ayah Karina membawa masuk Jimin ke mobilnya, tetapi saat dia hendak masuk Karina memeluk kakinya, menghalangi sang ayah.

"LEPAS!!"

Ayah Karina mendorong Karina sampai jatuh dan masuk ke mobil, menjalankan mobil tanpa mempedulikan keadaan putrinya itu.

"NENEK!! KEPALA KARINA BERDARAH!!" Sepupu Karina-Yeri- yang sejak awal ada disana akhirnya buka suara setelah melihat sepupunya jatuh didorong.

.

.

.

.

.

.

"Aku akan merawat Karina, kami akan menyayanginya dengan tulus. Eomma tenang saja" Joohyun menggenggam tangan ibunya.

"Ibu tau kalian akan menyayanginya, tapi apa Karina akan mau?" Tanya sang ibu balik.

Kedua wanita berbeda usia itu memandang ke ranjang pasien tempat Karina duduk. Sejak sadar beberapa jam lalu gadis itu tidak bicara sama sekali, bahkan Yeri yang sejak tadi berusaha menghibur dengan boneka kesayangannya pun tidak digubris.

"Hahh, dia terlalu kecil untuk disalahkan atas segala hal" suami Joohyun-Junmyeon- angkat bicara.

"Baiklah, aku akan mencoba menutup indera keenamnya. Setelah itu kalian bisa merawat Karina." Final sang ibu akhirnya.

.

.

.

.

.

.

Empat tahun berlalu dengan keluarga Joohyun-kakak dari ibu Karina- merawat Karina. Keluarga itu baik baik saja, semua berjalan dengan lancar. Bahkan Karina sudah kembali ceria lagi. Ia tidak mengingat mengingat tentang orang tua atau bahkan kembarannya, sehingga semua anggota keluarga sepakat untuk tetap merahasiakan hal itu dari Karina.

"Geser sedikit!!" Yeri mendorong Karina yang sedang fokus menonton tv. Membuat sang adik mendecak sebal.

"Ish pergi sana, jangan ganggu aku"

Bukannya mendengarkan Yeri malah semakin mengganggu Karina, "Aku kan mau nonton juga"

"Terserahlah. Aku mau ambil camilan" Karina berdiri dengan gelas ditangannya, berniat mengambil camilan dan air di dapur. Tapi baru beberapa langkah,

PRAKK

Karina memandang tangannya dengan bingung, gelas yang ia bawa tiba-tiba pecah. Yeri yang disana juga juga bingung.

"Ada ap-IBUUUU!!"

Baru hendak bertanya, Yeri segera bergerak menjauh saat menyadari tatapan Karina berubah. Tapi terlambat, Karina sudah mendekat dan mencekik Yeri.

"Kar-akh uhuk kar.....Karina" Yeri bersusah payah menyadarkan adiknya.

"Yeri!! Karina!!"

Joohyun yang datang setelah mendengar teriakan Yeri terkejut dengan pemandangan dihadapannya, wanita itu bergegas kekamarnya untuk mengambil sesuatu. Setelah kembali ia langsung menempelkan kertas mantra yang ia dapatkan dari ibunya dulu ke Karina.

Brukk

Karina pingsan.

Flashback off

Karina jatuh terduduk, arwah Jimin yang berdiri didepannya hanya memandang sang kembaran dengan diam.

"Aku ingat" ucap Karina.

Akhirnya Karina ingat tentang kejadian saat ia kecil, kejadian yang terkubur didasar ingatannya kini terbuka bagai kotak Pandora.

Karina ingat dia pernah bertanya kenapa nama belakangnya dan Yeri berbeda, tapi ibu dan ayahnya hanya bilang karena ayah mereka berbeda. Ia tidak pernah tau kenyataannya. Ia yang menyebabkan keluarganya rusak, bahkan dia hampir membunuh kakaknya sebelum akhirnya dirawat sang nenek.

"Karina, berhati hatilah. Lindungi kelua-" "Karina?"

Jimin langsung pergi sebelum menyelesaikan ucapannya setelah mendengar suara Yoshi.

Dipintu kamar Yoshi yang menenteng kresek berisi makanan terlihat bingung dengan Karina dikamarnya, setelah itu matanya segera menangkap buku catatan yang dipegang Karina. Dengan segera Yoshi mengambilnya.

Jadi itu memang milikmu ya?" Tanya Karina.

"Aku bisa menjelaskan"

"Bagaimana kau bisa tau? Ah tidak, jadi hanya aku yang tidak tau?"

Yoshi meraih tangan Karina, "Dengarkan penjelaskanku dulu"

Menepis tangan Yoshi, Karina keluar tanpa mengatakan sepatah katapun. Dia ingin pergi, kemanapun itu ia tidak peduli asal tidak bertemu Yoshi atau Yeri. Karina perlu mencerna semua kejadian ini.

.

.

.

.

.

.

"Dimana Karina?!"

Dengan terburu-buru Yeri memasuki rumah neneknya, tadi dia baru sampai rumah saat Yoshi meneleponnya dan memberitahu tentang Karina.

"Dia pergi. Maaf seharusnya aku mencegahnya" ucap Yoshi.

Yeri menghela napas, "Bagaimana ini bisa terjadi? Dan bagaimana juga kau bisa tau tentang keluarga kami?" Tanyanya.

"Aku yang memberitahunya"

Yeri dan Yoshi menoleh kearah pintu, seorang pria paruh baya memasuki rumah mereka.

"Kau?!" Suara Yeri tercekat.

Pria yang baru masuk itu adalah ayah kandung Karina, tuan Yu.

"KELUAR!!" Usir Yeri bahkan sebelum tuan Yu mengatakan apapun.

Disisi lain Karina duduk ditepian sungai Han, sedang melamun. Ia kemudian memejamkan matanya.

"Karina"

Karina kembali mendengar nama dipanggil oleh Jimin, tapi saat membuka mata Karina malah berada disatu ruangan yang penuh benda dan alat untuk ritual. Didepannya ada sebuah cermin, dan didalam cermin itu ada arwah Jimin yang terkurung.

Baru hendak menghampiri Jimin, pintu ruangan itu terbuka.

"Sedang apa disini?" Seorang wanita tua masuk.

"Hah!"

Karina membuka mata, dan ia masih di tepi sungai Han.








See you soon, maaf baru bisa update hehe.

26.10.21

The Ghost Behind You [YoRina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang