Maaf kalau ini gak sesuai sama ekspektasi kalian ditambah ini pendek:') selamat membaca hehehe
Tiga Tahun Kemudian
Langit Tokyo siang ini cukup mendung, membuat orang orang yang berlalu lalang sudah menyiapkan payung. Termasuk Yoshi. Pemuda itu berjalan sedikit terburu dengan buket bunga ditangan kiri dan payung ditangan kanan. Sesekali ia mengecek jam tangannya, memastikan bahwa dia tidak terlambat menemui seseorang.
"Ku harap dia tidak marah" Monolognya begitu masuk ke dalam kereta.
Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya Yoshi sampai. Merapikan kemejanya, pemuda itu segera masuk kedalam tempat tujuannya.
"Maafkan aku karena terlambat" Yoshi tersenyum, "Sudah menunggu lama ya?----
------ibu"
Tidak ada jawaban. Hanya ada pantulan wajah Yoshi pada kaca tempat kotak abu dari Ibu Yoshi berada. Disamping kotak abu itu terdapat foto ibu Yoshi yang sedang tersenyum.
"Ibu, kuharap kau tenang disana."
Cukup lama Yoshi berdiri didepan abu kremasi ibunya, sampai sebuah bayangan muncul dibelakangnya. Membuat Yoshi kaget ketika berbalik.
"Mengagetkan saja"
Si tersangka, Karina malah cuma tersenyum.
"Menemui ibumu ya?" Tanya Karina.
Yoshi mengangguk, "Kau sendiri? Menjenguk Jimin?"
Kali ini Karina yang mengangguk. Memang benar, gadis itu baru saja menemui Jimin. Disini. Di krematorium ini.
"Kalau begitu, seharusnya bilang padaku. Kau ini baru seminggu di Jepang, kalau hilang bagaimana?" Omel Yoshi.
"Tidak akan. Kan kalau hilang aku tinggal menyebutkan alamatmu"
Yoshi menggeleng, "Ya sudah ayo pulang" Ajaknya sambil menggandeng Karina.
Sementara Karina yang digandeng cuma menurut saja.
.
.
.
.
.
Karina tersenyum melihat lihat sekeliling kamar yang ia tempati saat ini. Kamar milik Jimin saat ia dan ayahnya tinggal di Jepang. Di dinding kamar terdapat banyak foto Jimin bersama tuan Yu, di bagian atas ada banyak hiasan berbentuk hati.
Sambil melihat sekeliling, Karina mulai mengeluarkan pakaiannya dan memasukkannya ke lemari. Dia akan tinggal disini untuk beberapa bulan, ingin lebih mengenal Jimin melalui tempat ini dan tempat lain yang sering Jimin datangi di Jepang.
"Seandainya ayah bisa ikut denganku" Monolognya.
Ini adalah pertama kalinya Karina ke Jepang, tetapi sayang ayahnya tidak bisa ikut karena harus menjalani masa hukumannya. Awalnya Karina ingin mengatakan yang sebenarnya di pengadilan, tapi tuan Yu melarangnya.
Tok tok tok
"Mau pergi sekarang?" Tanya Yoshi setelah membuka pintu.
Karina mengangguk lalu mengambil sebuah kotak dari dalam kopernya. Setelahnya berjalan keluar mengikuti Yoshi.
.
.
.
.
.
"Ini tempatnya"
Karina menatap lurus kedepan. Tempat yang ia pijak sekarang ini adalah jembatan dimana kecelakaan yang dialami Jimin dan ibu Yoshi terjadi.
"Maaf, pasti sulit bagimu mengantarku kesini"
Pemuda itu menggeleng sambil menatap Karina, "Karena aku bersamamu, rasanya tidak sulit"
Tersenyum sebentar, Karina lalu membuka kotak yang ia bawa tadi. Kotak yang berisi dua buah gelang manik, miliknya dan milik Jimin. Karina menemukannya saat ia kembali kerumah Jooyoung.
"Aku tidak melakukan ini untuk melupakanmu Jimin, aku melakukan ini agar kau bisa tenang disana."
Bersamaan dengan mengucapkan itu, Karina menjatuhkan kedua gelang itu ke sungai dibawah jembatan.
Disampingnya Yoshi memeluk bahu Karina, "Dia pasti bahagia"
Karina mengangguk.
"Jadi kita juga harus bahagia"
"Tentu saja" Karina menggenggam tangan Yoshi, "Terima kasih, Yoshi."
"Untuk apa?" Bingung Yoshi.
Karina menggeleng.
"Terima kasih, karena sudah hadir dan menyadarkan aku tentang siapa diriku sebenarnya." Batin Karina.
"Dasar aneh. Ayo pulang saja."
Akhirnya Karina dan Yoshi berjalan bersama meninggalkan jembatan itu. Kembali menapaki jalan takdir mereka yang sekali lagi bersilangan.
selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ghost Behind You [YoRina]
Fanfiction[LENGKAP] Karina dan Yoshi adalah orang asing pada awalnya. Namun dalam semalam keduanya justru berbagi atap. Mungkin kebetulan, tapi bagaimana jika takdir keduanya bersilangan?