9• Perasaan Abu - Abu

3.3K 189 14
                                    

|Tolong vote sebelum baca, ya. Buat kalian yang bacanya offline, vote aja. Nanti kalian buka data notif nya masuk kok:)|

_

Susah payah Rachel menelan air salivanya ketika mendapati mobil kedua orang tuanya dan mobil yang entah punya siapa, terparkir di pekarangan rumahnya.

"Chel, lo gapapa, 'kan?" tanya Reno.

Rachel agak tersentak, "Eh, gapapa, kok."

"Yakin?" Reno memicing, sedikit tidak percaya.
"Bener, gue gapapa." yakin Rachel, "Eum, kalo gitu gue masuk dulu, ya?" pamit Rachel.

Reno mengangangguk, "Yaudah, masuk gih."

Rachel memasuki gerbang rumahnya.

Sementara Reno memandang Rachel dari celah gerbang rumah Rachel. Lagi? Lagi lagi Reno tidak berhasil mengungkapkannya? Ck, payah banget, sih, Ren... Batin Reno.

Reno menghela napas berat, ditancapnya gas dan langsung melenggang pergi berniat untuk langsung pulang.

Beralih pada Rachel, ia tengah menetralkan jantungnya yang berdegup kencang saat melihat ada Glen serta kedua orang tuanya sedang duduk di kursi ruang tamu. Sementara kedua orang tua Rachel menatapnya dengan ekspresi datar. Rachel bisa melihat wajah mulus Mamanya terdapat jejak air mata.

Dalam benak Rachel menebak, apa yang akan terjadi nanti.

"Duduk," perintah Vano.

Rachel menuruti. Dia duduk disebelah Widya, namun belum sempat dia mendudukinya, Vano kembali memerintah.

"Duduk disebelah Glen." kata Vano terdengar tegas.

Rachel melirik Glen yang sedang duduk dikursi sopa muatan dua orang dengan wajah tanpa ekspresinya. Mau tidak mau, Rachel menuruti perintah dari Papanya.

Suasannya menjadi canggung.

"Rachel, kenapa gak bilang dari awal sama Papa Mama?" Vano mulai mengintrogasi Rachel.

Rachel meremat ujung roknya, dan itu tak luput dari pandangan Glen.

"R-rachel takut, Pah." jelas Rachel terdengar sangat gugup.

Vano menghela napas berat, "Jangan pernah datang lagi ke tempat seperti itu, atau kejadian ini bakal terulang lagi." Vano berujar, "Untung kamu ngelakuinnya sama Glen. Coba kalo sama yang lain, Papa bakal tendang kamu dari rumah." lanjutnya disertai dengusan kecil.

Rachel mendongak sambil mengernyit. Maksudnya? Jadi kalo sama Glen tidak apa apa, gitu? Orang tua macam apa ini?

"Papa sama Mama gak marah karena Rachel ngelakuinnya sama Glen? Kenapa?" heran Rachel.

"Kamu mau Papa sama Mama marah?"

"Yaaa... enggak, sih. Tapi— ish, kok gitu?" Rachel semakin bingung. Kalo di film film yang Rachel tonton, pasti anaknya akan diusir dan si cowoknya bakal dibuat babak belur sama orang tuanya. Tapi ini?

"Gitu apa?" kini giliran Widya buka suara.

"Enggak, lupain."

Fiuh, Rachel merasa sedikit lega karena tanggapan dari kedua orang tuanya tidak seburuk apa yang dibayangkan.

Fathur berdehem, "Jadi kapan, nih, nikahinnya?"

"Hah?!" refleks Rachel menoleh ke arah Fathur dengan ekspresi terkejut. "Maksudnya, Om?"

"Kalian 'kan harus nikah. Kamu mau anak kamu lahir tanpa sosok Ayah?" jelas Fathur disertai kekehan ringan.

Sinta mencubit kecil pinggang suaminya, "Ish, kamu tuh, jangan ngomong kek gitu." desis Sinta tajam. Sementara Fathur menyengir tanpa dosa.

GLEN's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang