19• Gugur

3.2K 139 2
                                    

Suasana kantin sekarang sudah seperti pasar malam. Banyak siswa dan siswi mengantri diberbagai stan makanan, tidak peduli harus berdesakan dan disenggol sana-sini. Meja kantin pun sudah terisi penuh.

Rachel dan kawan-kawannya adalah salah satu penghuni meja kantin yang terletak ditengah-tengah. Rachel, Devina dan Chessy mengobrol ringan sambil menunggu Ria memesankan makanan untuk mereka. Bukannya mereka Bossy, tapi di circle mereka Ria yang jago soal menyeluduk antrian.

"Chel, lo, 'kan, deket sama anak anak Black Wolf, coba lo comblangin gue sama salah satu dari mereka. Bosen gue mengjomblo mulu," kata Chessy memulai percakapan yang membuat Devina jengah. "Kesel tau, fyp gue isinya per-ayangan doang. Kan gue iri." Ujar Chessy ngenes sendiri.

Rachel terkekeh sambil geleng-geleng. "Gue gak sedeket itu sama mereka. Mana bisa gue comblangin lo,"

"Si Gema anak IPA suka, 'kan, sama lo? Pacarin aja, biar bisa ayang-anyangan," Devina menyahut tanpa mengalihkan fokusnya dari ponsel.

Chessy cemberut, "iiihh, gak mau."

"Kenapa?"

"Karna dia gak ganteng?" tebak Devina sarkas.

Chessy diam tak menjawab. Devina geleng-geleng kepala, "mandang fisik lo." cetusnya.

"Ih, paansi. Gue gak mandang fisik, tau!" kata Chessy tak terima. "Orang gue gak ada perasaan sama dia, mana mungkin gue terima dia."

"Halah, bilang aja lo mandang fisik!"

"Ih, enggak! Devina, lo nyebelin, ya,"

Rachel yang sedari tadi menyimak memutar bola mata malas. Selalu saja ia menjadi penonton adu bacotan antara temannya itu. Rachel tidak melerai, biarkan saja. Bentar juga baikan lagi. Sudah biasa.

"Lo juga pasti--"

"Guys, guys, kalian tau gak, sih?!" Tiba-tiba Ria berseru heboh dengan tangan yang memegangi nampan berisikan 4 mangkuk bakso. Cewek itu langsung duduk disamping Rachel dengan gerakan gusrak-gusruk.

"Apaansi? Heboh banget, deh."

Ria menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dalam sekali hentak. "Kalian tau gak, Kak Maria kelas 12 IPS 4?"

Chessy mengangguk, "tau, anak badung itu, 'kan?"

Ria mengangguk cepat. "That's right!"

"Jadi dia kenapa?" tanya Rachel penasaran.

Ria mengisyaratkan untuk merapat, "sini-sini, deh." Rachel, Devina dan Chessy yang penasaran menuruti isyarat Ria. "Kak Maria hamil," katanya dengan nada berbisik.

"HAH?!"

Ria mencubit lengan Chessy kuat. "Jangan teriak-teriak, bego!"

Chessy meringis sambil mengusap lengannya. "Sori-sori. Btw, lo dapet info dari mana?" tanyanya.

"Tadi gue denger pas lagi pesen bakso, cowok-cowok kelas 12 lagi rame ngomongin Kak Maria. Katanya sekarang Kak Maria nya dibawa ke ruang konseling." jelas Ria.

"Hem, gak heran, sih, Kak Maria, 'kan, anaknya liar. Siang malam mainnya di Club, cuy!" komentar Chessy. "Paling bentar lagi bakal ada berita dia dikeluarin, tuh."

Ria mengangguk setuju. "Bener."

Tanpa sadar Rachel meremat ujung roknya. Pikirannya seketika blank mendengar informasi dari Ria. Bagaimana kalau semua orang tau bahwa dia juga tengah hamil? Bagaimana jika setelah kasus Maria, sekolah mengadakan tes urine? Biasanya disekolah manapun itu, jika ada kasus kehamilan siswi, sekolah harus mengadakan tes urine, dan Rachel tidak mau sampai itu terjadi. Rachel tidak mau bernasib sama seperti Kakak kelasnya itu.

GLEN's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang