|Tolong vote sebelum baca, ya. Buat kalian yang bacanya offline, vote aja. Nanti kalian buka data notif nya masuk kok:)|
_
Setelah selesai membereskan ruang tamu yang berantakan ulah teman-temannya Glen, lantas Rachel melangkah menuju kamar. Diraihnya knop pintu guna membukanya. Rachel kedapatan Glen yang tengah bermain ponsel dengan posisi menyandar pada headboard.
Masih belum tidur ternyata, batinnya.
Cowok itu sama sekali tidak menoleh saat mendengar derit pintu, bahkan, saat Rachel menaiki kasur pun Glen masih enggan untuk menoleh. Entah kenapa, tapi Glen masih malu plus kesal saat Rachel dan teman temannya menertawakannya.
Sedangkan Rachel? Dia terlihat abai dan memilih untuk langsung tidur. Memejamkan mata, namun teringat akan sesuatu, Rachel membalikan posisinya menghadap Glen. Dalam diam Glen sedikit manaikkan aslinya.
Rachel berdehem. "Glen,"
"Hm," balas Glen dengan deheman singkat.
Terdiam beberapa saat, sampai akhirnya Rachel kembali buka suara. "Tadi siang gue sempet liat Tante-tante yang bawa gue ke kamar Club waktu malam itu." ungkap Rachel.
Jari jemari yang dengan lihainya menari dilayar ponsel, mendadak terhenti. Glen menoleh pada Rachel, kedua alisnya menyatu. "Serius? Dimana?" tanya Glen. Ponselnya ia kunci dan langsung diletakkan diatas nakas. Glen merubah posisinya menghadap pada Rachel. Melupakan fakta bahwa dirinya masih kesal dengan Rachel yang menertawakannya tadi.
"Waktu di pasar tadi. Pas lo lagi beliin gue mangga." katanya. "Tadi siang, dia sempet lewatin mobil lo. Awalnya gue biasa aja pas liat dia. Tapi pas dia berenti di stand tukang sayuran, mata gue terus sorotin dia sampai akhirnya gue ngerasa familier sama wajah itu." Rachel menjeda beberapa saat, mengingat kembali kejadian tadi siang yang dimana ia berhasil menemukan seseorang yang sudah lama ia dan Glen cari.
"Otak gue terus berputar supaya inget orang itu siapa. Dan ternyata emang itu orangnya. Gue sempet ragu awalnya, tapi gue masih inget warna rambut orang itu sama wajahnya yang glowing tapi kentara benget tuanya."
"Setelah mastiin orang itu adalah Tante-tante yang persis diingatan gue, gue berniat buat samperin dia, tapi dianya keburu pergi dan lo keburu balik lagi ke mobil." jelas Rachel dengan mata mengerjap ngerjap menahan kantuk.
"Kenapa lo gak ngasih tau gue pas tadi dipasar?"
Rachel menghela napas pelan. "Itu dia, karena emang gue orangnya pelupa sejak dini plus lo langsung kasih gue mangga, gue jadi lupa buat ngasih tau elo." jawabnya.
Glen berdecak lalu membuang napas. "Berarti orang itu tinggal di daerah yang deket pasar itu." tebak Glen dengan tatapan lurus kedepan.
Rachel menguap, kemudian mengangguk. "Hm, bisa jadi."Cowok itu mengubah posisinya yang asalnya duduk menjadi rebahan. "Gue bakal cari orangnya buat kumpulin bukti siapa dalang yang udah nge-jebak kita." tutur Glen.
"Hm," Rachel bergumam dengan mata terpejam.
Glen menoleh ke arah Rachel. Sadar tidak sadar, Glen memiringkan badannya menjadi berhadapan dengan Rachel. "Ngantuk?" entah dorongan dari mana, tangan Glen mengusap pelan rambut Rachel. Sedangkan yang ditanya sudah terlelap dalam tidurnya.
Tangan Glen yang semula mengusap rambut Rachel turun ke perut cewek itu. Diusapnya pelan, lantas Glen berujar, "Cil, sebenernya gue bukan penyuka spesies bayi atau bocil. Tapi gak tau kenapa, gue pengen cepet lo lahir ke dunia ini. Gue pengen ajakin lo main mobil mobilan, Cil." Glen berujar sambil menatap lurus pada perut Rachel yang masih rata. "Sehat-sehat didalem, ya, Cil." setelahnya Glen terkekeh geli. Merasa geli dengan ucapannya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEN's
Teen FictionHanya seorang Rachel Gabriella yang tidak terpincut dengan sosok Glen Deolino Darendra yang maha sempurna. Keduanya bagaikan kucing dan anjing. Setiap bertemu tidak pernah ada kata akur. Berawal dari Glen yang dengan sengaja mempermalukan Rachel pa...