|Tolong vote sebelum baca, ya. Buat kalian yang bacanya offline, vote aja. Nanti kalian buka data notif nya masuk kok:)|
_
"Kok, si Vano lama, ya?"
Sekarang Fathur, Sinta dan Glen sudah berada di restoran ternama Jakarta. Sejak lima belas menit lamanya, Vano belum datang juga. Kepala Fathur celingak celinguk berharap teman masa SMA nya itu cepat datang. Sedangkan cowok berbalut celana jeans dengan dilapisi kemeja putih itu tengah memainkan game di ponselnya.
Tak lama kemudian, Vano dan Widya menghampiri meja Fathur dengan tangan yang bergandengan layaknya pasangan kemarin sore.
"Widih, kek pasangan baru aja lo, Van." ucap Fathur sebagai sambutan untuk temannya itu.
"Iya, lah. Baru kawin semalam." canda Vano seraya menggiring istrinya untuk duduk disebelahnya.Widya mencubit lengan suaminya itu. "Hush, asal ngomong aja, kamu," delik Widya.
"Wah, makin glowing aja, Wid. Inimah definisi makin tua makin cantik." puji Sinta.
Widya terkekeh, "Skincare, lah." jawab Widya dengan nada canda.
Sementara Glen menghela napas melihat orang tuanya sibuk cepika cepiki. Kalo tau gini, mending gak usah ikut. Pikir Glen.
"Wah, Glen makin ganteng, ya? Terakhir ketemu itu waktu acara anniv Bunda sama Papa kamu, ya?" sapa Widya ramah dan di balas anggukan serta senyuman dari Glen.
"Iya, Tante." jawab Glen.
"Eh, anak lo mana, Van? Gak diajak? Gue belum pernah ketemu sama anak lo." tanya Fathur. Rachel dan keluarga Fathur memang tidak pernah ketemu. Waktu ada acara acara pertemuan pun Rachel tidak ada karena sibuk belajar untuk perlombaan Provinsi.
"Diajak, lah. Tadi anak gue ijin ke toilet dulu." jawab Vano. "Nah, itu anak gue. Rachel, sini!" tunjuk Vano kepada Rachel yang sedang berjalan kearah meja yang ditempati dua keluarga itu.
Mendengar nama yang sangat familiar itu disebut, Glen menoleh pada arah tunjuk Vano tadi. Seketika mata mereka bertemu dengan tatapan tatapan terkejut.
"Elo?!"
"Elo?!"
Pekik mereka bebarengan. Orang tua Rachel cengo, 'pun dengan orang tua Glen.
"Kalian udah saling kenal?" tanya Fathur.
Rachel membuang muka. Tidak disekolah tidak diluar, selalu saja dipertemukan dengan rubah jantan ini. Sementara Glen kembali pada ekspresi semula, datar.
"Hm." jawab Glen pada pertanyaan Fathur.
"Wah, kok bisa saling kenal, sayang?" tanya Widya sambil menggiring Rachel untuk duduk disebelahnya dan tentu berada tepat dihadapan Glen.
"Kita sekelas, Ma." jawab Rachel seadanya.
"Oh, udah kenal lama, toh. Berarti langsung aja omongin soal perjodohan anak kita, Van." kompak mata Rachel dan Glen membola seketika.
"Hah?!"
"Hah?!"
Pekik keduanya yang lagi lagi bebarengan membuat dua orang tua dari mereka terkekeh.
"Tuh 'kan bareng lagi. Emang kalian, tuh, jodoh." ucap Sinta sambil terkekeh."Maksudnya ini apaan Bun, Pah?" tanya Glen pada kedua orang tuanya.
"Ma, Pa, maksudnya apaan, ish. Rachel nggak mau," rengek Rachel.
Vano, Widya, Fathur, dan Sinta kompak tertawa membuat Glen dan Rachel saling pandang namun keduanya langsung membuang muka.
"Hahaha. Panik gak? Panik gak? Panik gak? Panik, lah, masa enggak!" seru Fathur sambil tergelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEN's
Ficção AdolescenteHanya seorang Rachel Gabriella yang tidak terpincut dengan sosok Glen Deolino Darendra yang maha sempurna. Keduanya bagaikan kucing dan anjing. Setiap bertemu tidak pernah ada kata akur. Berawal dari Glen yang dengan sengaja mempermalukan Rachel pa...