|Tolong vote, ya. Buat kalian yang bacanya offline, vote aja. Nanti kalian buka data notif nya masuk kok:)|
_
Terik matahari semakin menembus ubun ubun. Setiap menit, semakin terik matahari yang menyorot langsung ke enam cowok yang sedang berdiri menghadap tiang bendera dengan tangan yang membentuk hormat. Ke enam cowok itu tengah menjalankan hukumannya karena ketahuan bolos saat jam pelajaran.
"Sumpah, gue gak kuat lagi. Ini udah hampir tiga jam kita berdiri disini, mana pegel lagi." keluh Daffa sedkit berbisik. Pasalnya, guru BK; Bu Cindy atau kerap disebut Bu Cin itu termasuk kedalam list guru killer di SMA Williams High School. Jika ketahuan berbicara atau bergerak sedikit saat hukuman sedang berlangsung, maka tanpa berfikir dua kali, Bu Cin akan menambah hukumannya.
"He'em, tangan gue berasa kebas, anjir." sahut Farel berbisik. Devano yang berada di samping kirinya mengangguk membenarkan perkataan Farel.
"Sama, tangan gue berasa gak bisa digerakin lagi." kata Devano.
"Glen, lo rayu tuh Bu Cin nya. Pake gombalan maut. Pasti bakal luluh, dijamin ini mah. Lo, 'kan ganteng, meski kadar kegantengan lo masih dibawah gue." ujar si playboy tingkat akut, Ilham Pratama.
Glen mendengus.
"Ogah. Nanti Bu Cin malah keganjenan sama gue. Males." jawab Glen. "Kenapa bukan lo aja? Disini elo, 'kan yang punya segudang gombalan maut?" lanjutnya. Glen bergidik ngeri membayangkan jika dirinya menggombali guru bersanggul sebesar cobek itu. Pernah satu hari Glen mendapat Dare dari teman laknatnya itu. Dirinya dipaksa menggombali Bu Cin dan itu berhasil membuat Bu Cin menjadi kecentilan padanya. Glen tentu risih. Apalagi Bu Cin seumuran sama Bundanya.
"Bener. Buruan lo siapin gombalan mematikan lo, Ham." desak Adam sudah tidak tahan menahan dahaga yang sejak tadi menyerang tenggorokannya.
"Nggak, nggak! Nanti yang ada gue kena gamparan dari Bu Cin, lagi." Ilham tentu saja tidak mau. Nanti bukannya di bebasin dari hukuman malah ditambah lagi, kan gak lucu.
"Yaelah, ham. Buruan, gue udah haus, nih." bujuk Adam.
"Engg-,"
"Heh! Kenapa pada ngobrol? Mau saya tambah lagi hukumannya?" perkataan Ilham tadi terpotong oleh Bu Cin yang sedang berkacak pinggang. Tak lupa wajah galaknya yang selalu melekat pada dirinya.
"Eh, eh! Jangan dong, bu." panik Daffa. Yang benar saja, masa sudah tiga jam lamanya disini, hukumannya ditambah lagi?
"Jangan gitu dong, bu. Kita udah tiga jam, lho, disini. Panas, pegel, haus, semuanya campur aduk, bu. Kayak abis diputusin mantan saya." Bu Cin melotot mendengar tuturan Adam.
"Ibu tambah hukuman kalian sampai jam istirahat!" ucap nya mutlak. Sontak ke enam cowok itu melotot tak terima.
"Gak bisa gitu dong, bu. Ibu mau kita semua pingsan berjamaah disini?" ujar Farel tak terima.
Bu Cin memicing, "Ibu tidak peduli."
Glen mendengus. Oke kali ini dia akan melakukan aksi rayunya sekali lagi demi hukumannya diberi ampun oleh guru BK itu.
"Bu, ibu gak kasian sama kita? Atau gak kasian sama saya? Saya udah pegel, bu." sebisa mungkin, wajahnya dibuat sememelas melasnya, "Ibu gak mau 'kan kalo saya sampai sakit karna terlalu lama dijemur?" Glen menggigit bibir bawahnya, berharap Bu Cin luluh dengan rayuannya. Namun, dewi fortuna tidak berpihak padanya. Bu Cin mendelik tajam pada Glen.
"Tidak! Ibu tidak akan ke makan lagi sama rayuan kamu, ya." sontak keenam cowok itu mendesah kecewa.
"Bel istirahat, baru ibu akan bebasin kalian." tegasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEN's
أدب المراهقينHanya seorang Rachel Gabriella yang tidak terpincut dengan sosok Glen Deolino Darendra yang maha sempurna. Keduanya bagaikan kucing dan anjing. Setiap bertemu tidak pernah ada kata akur. Berawal dari Glen yang dengan sengaja mempermalukan Rachel pa...