|Tolong vote sebelum membaca, ya. Buat kalian yang bacanya offline, vote aja. Nanti kalian buka data notif nya ada kok.|
___
Seperti yang dikatakan Glen kemarin, seluruh anggota Black Wolf berkumpul untuk membahas kekacauan markas yang entah ulah siapa. Seluruh anggota yang terdiri dari seratus orang itu berbaris dengan Glen--si sang ketua yang berdiri tegap dihadapan anggotanya. Cowok berbalut jaket Boomber itu menatap satu persatu anggotanya dengan tatapan tajam dari depan.
"Siapa yang kebagian jadwal jaga markas kemarin?" Suara tegas dari sang ketua mengintrupsi seluruh anggota. "Angkat tangan," Glen melanjutkan perkataannya.
Sepuluh anggota mengangkat tangan mereka dengan sedikit ragu.
"Maju kalian," itu suara Atha yang memerintahkan ke-sepuluh anggota tersebut.
Satu persatu mereka maju ke depan dengan wajah gelisah. Ya, mereka takut dengan tatapan intimidasi sang ketua. Tatapan Glen memancarkan aura dingin, tatapannya begitu menghunus tajam pada mereka--seakan ingin menghajar satu persatu dari mereka.
"Kemarin kenapa markas ini bisa hancur?" Tanya Glen menatap satu persatu anggotanya. "Kalian pada kemana?"
Tidak ada sahutan yang terdengar dari mereka. Mulut mereka seakan terkunci karena mereka tidak berani menjawab pertanyaan itu.
"Gue tanya kemana?!" Tanya Glen satu kali lagi dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Kita nggak jaga markas, Bos." Jawab salah satu dari ke sepuluh anggota itu--namanya Aril.
"Kenapa?"
"K-kita sekolah, Bos." Diki menyahuti dengan gugup.
Glen terkekeh kecil mendengar sahutan dari salah satu anggotanya itu, "gue gak liat tuh, lo, lo pada sekolah." Kata cowok itu dengan nada sinis. "Kalian pikir gue bodoh?" Karena seluruh anggota Black Wolf bersekolah di sekolah yang sama.
Mereka semua bungkam, tidak ada yang berani menyahuti perkataan sang ketua. Atmosfer ruang markas yang baru saja di renovasi pun semakin tegang.
"Sekarang gue tanya sekali lagi, kemarin lo, lo pada kemana?" Tanya Glen dengan sedikit penekanan.
Masih tidak ada yang menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut mereka. Sekali lagi, cowok itu menatap satu persatu ke-sepuluh anggota itu yang tengah menunduk. Dua menit tidak ada jawaban yang terdengar, membuat kesabaran Glen kian menipis.
"Oke, kalian semua..." Glen menunjuk satu persatu ke-sepuluh anggota yang berdiri didepannya itu, "... silahkan angkat kaki dari markas ini dan jangan pernah balik lagi." Lanjut cowok itu membuat seluruh anggota membelalak kaget.
"B-bos," kata Diki dengan lidah yang terasa kelu.
"Dan jangan panggil gue dengan sebutan 'Bos' lagi karena kalian bukan lagi bagian dari Black Wolf." Itulah yang menjadi kata penutup dari Glen. Selanjutnya cowok itu pergi meninggalkan markas Black Wolf.
Farel, Adam, Daffa, Devano dan Ilham saling pandang. Lalu pandangan mereka tertuju pada Atha yang tengah bersandar dengan menyilang kan kedua tangannya.
"Tha," panggil Adam. Atha menoleh dengan sebelah alis terangkat.
"Itu mereka gimana?" Tanyanya sambil menunjuk ke-sepuluh anggota yang baru saja dikeluarkan oleh ketua mereka.
"Gimana apanya?"
Adam berdecak kesal, "si Bos serius ngeluarin sekaligus sepuluh orang?"
"Salah mereka juga," sahut Atha terlampau santai. Kemudian cowok itu berdiri tegap, dia berpindah posisi pada tempat Glen berdiri tadi. "Lo, lo pada masih gak mau ngaku alesannya apa?" Tanya Atha menatap satu persatu dari mereka. "Kalo diantara kalian ada yang jawab jujur, gue kasih kesempatan buat kalian masuk lagi ke geng ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEN's
Teen FictionHanya seorang Rachel Gabriella yang tidak terpincut dengan sosok Glen Deolino Darendra yang maha sempurna. Keduanya bagaikan kucing dan anjing. Setiap bertemu tidak pernah ada kata akur. Berawal dari Glen yang dengan sengaja mempermalukan Rachel pa...