why✔

✨7✨

🥀__🥀

Haechan berlari tergesa memasuki area gedung yang dulu sering ia kunjungi. Kantor Jeno. Tadi ia ditelfon Jeno kalau kedua anaknya ada masalah disekolah dan sekarang sedang bersama dirinya. Haechan membuka pintu ruangan itu dengan kasar, itu tidak sengaja sebenarnya. Karena ia terlalu tergesa, namun orang yang ada didalam ruangan itu mengira bahwa dirinya marah. Dilihatnya Jisung dan Chenle sudah menunduk dalam.

"Adek?? Kakak??" Tidak memperdulikam atensi Jeno, Haechan berjalan menuju keduanya.

"Kalian kenapa?? kenapa berantem?? Adek kenapa mukul orang?"

"Dia mulai duluan bunda, katanya bunda penjilat. Nikah sama orang kaya cuma buat morotin harta ayah, bunda sama ayah cerai karna ayah udah tau niat busuk bunda. Makanya hidup bunda balik susah lagi" Baik Haechan maupun Jeno cukup terkejut dengan ucapan Jisung. Haechan menghela nafas pelan.

"Adek, kekerasan gak menyelesaikan masalah. Yang ada malah nambah masalah kan? liat adek jadi dihukum"

"Tapi dia udah menghina bunda. Yang adek lakuin ke dia tuh wajar. Harusnya tadi dipukul aja sampe giginya patah" Jisung hanya diam, membiarkan Chenle yang berbicara.

"Kakak, biarin mereka mau ngomong apa. Bunda udah biasa digituin sayang, bunda gak mau kalian malah punya musuh disekolah" Mata Chenle dan Jisung melotot.

"Bunda??!! gimana bisa bunda terbiasa dikatain begitu? Bunda sama ayah nikah karna cinta! gak ada paksaan" ingin rasanya Haechan berteriak mendengar perkataan Chenle barusan. Sedangkan Jeno hanya terdiam.

"Ayok adek, bunda kesini mau Jemput adek. Kita pulang ya?? biar bunda obatin lukanya"

"Bundaaaaa, kakak mau nginep ketempat bunda" Haechan menatap Jeno, lelaki itu mengangguk. Pertanda memperbolehkan Chenle ikut dengannya.

Benar kata Jeno, ia tidak pernah membatasi Haechan dengan Chenle. Hanya ialah yang egois disini.

🥀__🥀

Thanks luv💕💕

Jangan begadang guys, nanti kayak aku, keterusan sampe adzan subuh baru bisa tidur :)
Kesehatannya di perhatiin yaa readers ku tersayangggggg.