✨22✨

3.4K 446 41
                                    



🥀__🥀

Haechan menatap sedih Jisung. Anak itu sudah selesai operasi, tulang kakinya retak tangannya penuh luka karna terseret aspal tapi untungnya tidak ada masalah dengan kepala. Anak itu mati-matian melindungi kepalanya agar tidak terbentur, jadi tidak ada masalah serius mungkin hanya goresan-goresan kecil. Jisung baru sada dipindah ke ruang inap, kondisinya sudah stabil. Jeno sedang diantar pulang untuk berganti baju oleh Chenle, lelaki itu memang mempunyai panic attack jadi Haechan faham kenapa Jeno bisa sampai sesak saat ia tiba tadi.

"Bundaaa" Haechan menoleh kaget, perkiraan dokter Jisung akan bangun tengah malam nanti ini bahkan belum jam 10.

"Ada yang sakit adek?? adek mau minum?" Jisung mengangguk, menerima sodoran gelas dari Haechan. Setelahnya tangis anak itu pecah. Antara sedih dan senang melihat ada bundanya disini.

"Adek........." Jisung tidak sanggup mengatakan permintaan maafnya. Dadanya sesak.

"Bunda sakit...." Tangis anak itu terdengar pilu. Haechan segera memeluknya dan mengusap belakang Jisung, berharap itu bisa menenangkannya.

"It's okay, kalo sakit jangan ngomong dulu. Bunda gak kemana-mana kok"


"Maaf bunda" Suaranya lirih, seperti berbisik.

"Bunda udah maafin adek. Sekarang adek bobok dulu ya, jangan nangis nanti kepalanya sakit lagi" Jisung menggeleng. Ia tidak akan bisa tidur jika belum minta maaf dengan benar, Jisung takut ketika ia tidur nanti Haechan akan meninggalkannya atau malah ia yang akan meninggalkan Haechan. Ia tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan selama ia belum minta maaf dengan benar.


"Adek salah, adek egois, adek terlalu nurutin nafsu adek. Adek gak pernah mikirin bunda. Adek salah bundaa. Bunda maaaf"

"Maaaf bundaaa. Jangan tinggalin adek lagi. Adek gak sanggup. Bunda ayo pukul adek, pukul sampe puas" Jisung meraih tangan Haechan, lalu memukul dirinya sendiri. Merasa Haechan menarik tangannya Jisung pun tak menyerah. Ia memukul dirinya sendiri dengan kuat.

"Adek udah" Haechan meraih kedua tangan yang sudah tidak tergolong mugil itu.

"Bunda akan lebih marah kalau adek nyakitin diri adek. Bunda udah maafin adek. Salah adek salah bunda juga. Udah ya, lupain semuanya. Kita buka lembar baru aja" Jisung masih terisak ketika Chenle dan Jeno masuk kedalam ruangan. Haechan menoleh, dan membuka satu tangannya meminta Chenle bergabung dengan keduanya.


"Adek maafin kakak"

"Kenapa kalian masih baik. Padahal adek udah jahat banget sama bunda"


"Gak apa sayang, bunda gak bisa benci adek karna bunda cuma punya adek sama kakak didunia ini. Janji jangan ulangi kesalahan yang sama ya" Jisung mengangguk kuat. Diam-diam Jeno mengusap air matanya, Pemandangan ini tidak akan ia lihat jika dulu dirinya tidak menjadi brengsek.

"Ayah" Jisung menggerakkan tangannya, meminta Jeno juga bergabung dengan mereka. Jeno memandang Haechan ragu, namun ketika mendapat anggukan ia langsung memeluk ketiganya.



"Kesalahan ayah yang paling besar disini. Maafkan ayah ya, ayah janji setelah ini gak bakal ada tangisan sedih kalian lagi" Tidak ada sahutan karna mereka semua sedang menikmati pelukan ini.



Mereka tidak pernah tahu, kapan bisa pelukan seperti ini lagi. Entah ini yang terakhir atau malah awal dari semuanya. Mereka tidak tahu, yang mereka inginkan saat ini hanyalah menikmati semuanya lalu mengikhlaskan.








🥀__🥀




Maaf ya, sebenernya tadi malem aku mau double up. Tapi karena masalah rl yang bikin aku kek iasmsisnsjsb jadi gak bisa update hehe. Jujur selama publikasi book why nih banyak banget masalah rl yang dateng. mulai dari segala hal yang gak berjalan sesuai planning ku, aku yang kesal sama diri sendiri kenapa gak bisa terbuka sama orang tua, aku yang perang dingin sama kakak ku. banyak deh kwkwkw

tapi gak apa, aku enjoy karena comment kalian beneran bikin mood aku jadi baik.



Aku udh pernah bilang belum sih?? kalo belum, nih aku bilang lagi.




LOVE YOU GUYS 💕

why✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang