✨10✨

3.9K 533 60
                                    




🥀__🥀



Jika kemarin Jeno menelfon Haechan untuk menemui anaknya karena telah berbuat masalah disekolah, maka hari ini Haechan mendapat telfon itu lansung dari guru bk di sekolah Chenle dan Jisung. Ia di sambut oleh tatapan mematikan dari ibu-ibu berdempul tebal, bahkan warna muka dan lehernya tidak sama.

"Ibunya Chenle. Duduk dulu silahkan" Haechan duduk disebelah Jisung, secara tidak langsung ia berhadapan dengan ibu-ibu yang tidak henti menatap kearahnya itu.

"Ibu ada masalah apa ya sama saya, kenapa ngeliatin saya kayak gitu?" Haechan bertanya karena ia sudah tidak tahan. Tatapan ibu itu sangat menyebalkan.

"Kamu kalo belum siap punya anak jangan punya anak!! Jangan mau enaknya pas bikin doang tapi pas udah gede gini gak diurus, gak dididik"

"Maksud ibu apa. Maksud saya dipanggil kesini juga apa."

"Maaf ibunya Chenle. Kami terpaksa menelfon ibu karena Jisung putra ibu ketahuan mencuri barang berharga temannya di kelas ibu" Haechan mengeryit, rasanya sangat aneh mendengar Jisung mencuri.

"Kamu nyuri??" Haechan menatap Jisung yang sudah menggeleng ribut.

"Ada bukti gak?" Tatapan Haechan beralih,


"Begini ibu Chenle. Memang tidak ada semacam cctv dikelas tetapi saat melakukan penggeledahan barang tersebut ada di dalam tasnya Jisung"

"Makanya kalo miskin itu gak usah maksain diri sekolah disekolah swasta mahal kayak gini!! gini kan akhirnya, gaya hidup yang gak sama sampe bikin anak kamu nyuri hp anak saya" Ibu-ibu tadi bersuara, ingin rasanya Haechan menjepit bibirnya dengan jedai yang ia kenakan.

"Adek, bilang bunda. Kamu beneran nyuri gak?" Jisung menerawang. Sebenarnya semua ini adalah manipulasi teman sekelasnya. Mereka bilang bunda pasti akan menyerahkan hak asuh Jisung kepada ayah kalau Jisung ketahuan mencuri, ia menyetujuinya, tapi ia tidak tau bahwa ini beresiko tinggi, dan juga?? Apa-apaan ibu temannya sampai dipanggil segala.



"Iya bunda. Adek yang nyuri. Adek mau jual hp itu untuk beli yang lain. Hp adek udah sangat jelek sedangkan adek butuh itu. Tugas-tugas adek terhambat karna adek gak punya fasilitas. Adek gak enak mau minta sama bunda" Jisung mengalihkan pandangannya, hatinya sakit. Haechan nampak tenang. Setelah mendengarkan penjelasan Jisung ia meminta maaf kepada ibu dari murid yang hpnya telah dicuri Jisung tadi, pun kepada guru bk yang ikut memandang rendah dirinya.

Jisung tidak di skors, ia hanya di beri point. Jadi hanya Haechan yang pulang, karena Jisung harus tetap melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Haechan merasa dunianya terguncang, kemarin anaknya berkelahi dengan kakak kelas karena membela dirinya, hari ini anaknya berkelahi karena kegagalannya sebagai ibu. Haechan terkekeh, betapa tuhan sudah menunjukkan bahwa ia gagal.

"Halo, ada apa Haechan" itu Jeno. Haechan menelfon Jeno, entah karena kalut atau memang sengaja.

"Jeno, kayaknya Aku beberapa hari ini mau keluar kota untuk nyari-nyari tempat buka cabang cafe. Kalo aku titip Jisung gak apa-apa?? Sekalian kalian bisa spent weekend bareng" Haechan hampir terbahak, buka cabang apanya? orang cafenya yang sekarang aja terancam tutup karna dia udah gak bayar cicilan 6 bulan.

"Haechan, ini serius?" Jeno memastikan. Ini terdengar bukan seperti Haechan.

"Iya, aku minta maaf karna selama ini selalu ngelarang kamu main sama anak kamu. Sekarang kamu bebas kok. Mau jajanin anak kamu sepuasnya juga gak apa. Maaf juga udah jadi ibu yang gagal buat anak-anak" Kalimat terakhir Haechan sangat kecil, ia ragu Jeno mendengar suaranya.


"Nanti pulang sekolah langsung Jemput aja disekolah" Haechan buru-buru menutup panggilan. Tidak mau tangisnya ketahuan oleh Jeno.














🥀__🥀



JUJUR AKU TAKUT BACA COMMENT KALIAN DI PART SEBELUMNYA HAHAHAA. Emosi banget kayaknya😭😭

Guys ayo doain semoga subuh aku bisa bangun dan menyelesaikan tugas ku :) (sebenarnya busa aja selesaikan sekarang tapi aku udah super capek duduk, ngadep laptop dari jam 4 sore) 😭😭😭😭

See you tomorrow
Good night and have a nice dream♡♡♡

why✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang