✨14✨

3.5K 510 49
                                    



⚠ Harsh words

🥀__🥀

Chenle tidak pernah merasa bahwa dirinya semarah ini sebelumnya. Wajahnya yang putih bersih kini memerah, kakinya mengayun cepat yang ada difikirannya saat ini adalah bertemu Jisung secepat mungkin. Anak itu tidak sekolah hari ini. Saat Chenle memasuki rumah, pandangan pertama yang ia lihat adalah Jeno yang tengah menyuapi Jisung. Emosi gadis kecil itu menguap kembali, segera ia menarik tangan Jisung sehingga anak itu jatuh terduduk.

"KAKAK!! Kamu kenapa, dateng-dateng langsung kayak gini" Jeno terkejut, Ia tidak sempat menolong Jisung karna Chenle bergerak secepat itu.

"Apa yang lo lakuin ke bunda!!!!! LO ABIS NGAPAIN SIALAN!!" Chenle menarik bagian depan kaos Jisung, lagi-lagi membuat Jeno terkejut. Anak gadisnya tidak pernah sekasar ini sebelumnya.

"Kakak, tenang dulu. Jangan emosi gini, cerita coba ada masalah apa" Ucapan Jeno seperti tidak terdengar oleh Chenle, karena gadis itu masih tetap menyentak tubuh Jisung.

"LO ABIS NGAPAIN HAH!! APA YANG LO PERBUAT SAMA TEMEN-TEMEN BAJINGAN LO ITU JISUNG!! Gara-gara lo kan bunda pergi!!!" Jisung menangis, shock dengan sisi Chenle yang satu ini.

"Gue gak ngapa-ngapain kak" Ia harus bisa membela diri.

"Gak ngapa-ngapain?? Lo sekongkol sama anak kelas lo biar lo dituduh nyuri. Bunda dipanggil kesekolah. Bunda di permalukan di depan muka lo sendiri. OTAK LO DIMANA JISUNG!!!"

"Bentar, ini ada apa sih?" Jeno sudah lelah dengan keributan keduanya, ia tidak mendapat titik terang dari ucapan Chenle.

"Ayah. Anak ayah ini" Chenle menunjuk Jisung seolah jari telunjuknya akan masuk kedalam mata Jisung.

"Ngebet pengen tinggal sama ayah, dia udah capek sama bunda yang kehidupannya 360° sama ayah. Dia mau diurus sama ayah, sampai-sampai dia ngorbanin perasaan bunda. Dia sekongkol sama anak kelasnya buat jadiin dia seolah pencuri. Bunda dipanggil sama guru bk dan kepala sekolah langsung!! Bunda di katain habis-habisan ayah. GARA-GARA ANAK INI" Tangan Chenle hampir mendarat kerambut Jisung namun dicegah oleh Jeno.

"Ji? Bener yang kakak mu ceritain?" Jisung mengangguk patah. Ia takut sekaligus menyesali semua perbuatannya.

"Ayah adek cuma mau hidup enak ayah. Adek capek apa-apa harus nunggu bunda punya uang dulu. Adek pengen kayak teman-teman adek" Jisung tersedu, benar kata ibu-ibu dikantor waktu itu. Segala hal yang ada pada temannya membuat Jisung cemburu. Ia juga ingin membeli ini itu tanpa harus memikirkan kehidupan esok hari. Ia merasa ia masih sangat kecil untuk mengalami hal seperti ini.

"Tapi adek nyesel. Adek mau bunda.. bundaaaaaa, maaaf" Andai saja ada Haechan disana, ia pasti luluh karena tangisan pilu Jisung. Siapapun yang mendengarnya pasti merasa hatinya seolah di iris.

"Adek, kamu sadar kalo yang kamu lakuin salah?" Jeno jelas terkejut, ia tidak menyangka fikiran anaknya sejahat ini.

"Jisung!! Kalo ada apa-apa sama bunda. Gue gak bakalan maafin lo!! Gue gak akan nganggep lo ada!! LO BUKAN ADIK GUE!!!!" Chenle berlari kencang menuju kamarnya yang ada dibalik tangga. Ia masih pengen marah, bahkan memukuli Jisung, namun ia sadar bahwa hal itu tidak akan menyelesaikan semuanya, bundanya pasti akan marah saat tau bungsunya dipukuli kakaknya sendiri.

Chenle menangis sekeras mungkin. Ia menyesal, andai saja kemarin ia tidak ikut ke Jepang, pasti sekarang ia sudah hidup bahagia berdua dengan bunda.









🥀__🥀






TRIPLE UP 🥳🥳🥳🥳

Aku usahain draft book ini kelar sebelum favourite, kayaknya end di 18/19 gitu dehhhh

why✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang