✨20✨

3.4K 434 34
                                    





🥀__🥀



"Bundaaaaaaa" Dua anak kecil, yang selisih umurnya hanya satu tahun itu berlari menghampiri seorang wanita yang sudah menunggu mereka didepan gerbang. Keduanya bersekolah namun masih tingkat taman kanak-kanak. Sisulung kelas tinggi dan sibungsu kelas rendah.

"Kita ke kantor ayah ya?? sekalian nganterin ayah makan siang??" Keduanya mengangguk antusias. Entah mengapa, tetapi kantor sang ayah adalah salah satu tempat favorite mereka.

"Bunda liat deh" Sisulung mengeluarkan buku bergambarnya.

"Tadi ibu guru bilang kalau kita tuh harus punya cita-cita. Cita-cita itu semacam apa yang pengen kita lakukan ketika dewasa nanti kan bunda?" Haechan mengangguk.

"Iya benar, kakak punya cita-cita gak?" Chenle mengangguk antusian, sedangkan Jisung ditengah keduanya diam menyimak.

"Punya!!!! Kakak pengen jadi perawat. Biar nanti, kalau ayah sama bunda udah tua kakak gak perlu bayar orang. Biar kakak aja yang rawat kalian" Haechan tersenyum bangga. Anak sekecil ini sudah punya fikiran yang semulia ini.

"Kalo gitu, adek juga punya cita-cita" Jisung yang dari tadi menyimak kini menyela. Tatapannya antusias, mungkin ia mendapat ide dari ucapan kakaknya tadi.

"Oh ya?? Adek mau jadi apa??"

"Adek mau jadi kayak ayah. Punya banyak uang buat bahagiain bunda. Biar gak perlu mikirin apa pun. Biar nanti kalo kakak ngerawat ayah bunda, adek tetep punya uang buat membiayai kakak dalam ngurus kalian" Anak berusia 4 tahun itu bertepuk tangan sendirian.

"Adek, tau kan kalo uang itu bukan ukuran betapa bahagianya seseorang??" Jisung mengangguk.

"Tau kok bunda. Hanya saja, adek tidak mau bunda hidup kekurangan uang atau apa pun. Jadi adek harus punya banyak uang nantinya" Haechan terkekeh.

"Yang paling penting buat bunda, kakak sama adek selalu sama bunda" Haechan memeluk keduanya. Mengelus kepala mereka dengan sayang.







🥀__🥀






Kenangan itu terus berputar dikepala Jisung. Kakaknya menepati janjinya, walau tidak menjadi perawat tapi ia akan terus bersama bunda. Kini gilirannya. Ia harus bisa menjadi orang sukses seperti ayahnya. Entah sejak kapan Jisung menjadi anak yang kelewat ambis.

Anak itu selalu belajar, bahkan tidak mau meninggalkan meja belajarnya. Apabila ia tidak memahami satu materi, maka ia akan dengan keras memukul kepalanya sendiri, merasa kesal mengapa ia tidak sepintar itu. Tidak hanya ambis dalam belajar dikelas, Jisung juga aktif dalam beberapa perlombaan akademik. Piagam yang ia dapatkan akan ia gunakan untuk masuk universitas jalur undangan. Yang ada difikirannya adalah ia harus membuat bundanya bangga.

Jisung berfikir jika ia sukses, maka bundanya akan memaafkannya. Ia akan menjadi anak pintar agar bundanya bisa memerkannya kepada ibu-ibu lain, ia akan menjadi apa pun yang bisa membuat bundanya bangga. Sayangnya, anak itu melupakan kesehatannya sendiri.

"Adek, kamu mimisan" Jeno berseru panik dan segera meraih tissue diujung meja. Ia tengah menemani Jisung belajar diruang tengah.

"Kamu sakit??" Jisung menggeleng.

"Engga ayah, ini cuma capek aja mungkin" Jeno mengangguk, alasan anaknya cukup masuk akal, mengingat dulu sikecil memang sering mimisan jika sedang kelelahan.

"Ayah, adek mau kerumah rangga ya?? Mau bahas soal buat olim minggu depan" Setelah mendapat anggukan Jeno, Jisung keluar dengan mengendarai motornya. Motor yang dulu dicicil Haechan untuknya berangkat sekolah.



Jisung menyesali keputusannya menggunakan motor, karena tiba-tiba ia merasa menggigil, udara sore itu seperti masuk menusuk tulangnya. Ditambah kepalanya yang sedari tadi pusing. Anak itu bingung, harus ia larikan kemana motor ini, air matanya berlomba-lomba turun. Diseberang sana ada truck besar yang sedang berputar-putar. Mungkin sopirnya sedang berusaha menaklukkan kendaraannya. Jisung tau harusnya ia menginjak rem dengan kuat, tapi ia merasa kakinya kelu, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menaikkan kedua tangannya, melingdungi kepala. Setelahnya ia mendengar suara benturan, dan beberapa orang berteriak, semuanya terasa begitu cepat karena tidak sampai 1 menit, Jisung merasa kesadarannya menghilang.









🥀__🥀


Aku jamin, gak akan ada yang ber gelar almarhum disini.















Guys liat!!!!!!!

IT'S MEAN!!! KITA BAKAL DAPET HAECHAN JENO MOMENT 😭😭😭😭😭😭😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

IT'S MEAN!!! KITA BAKAL DAPET HAECHAN JENO MOMENT 😭😭😭😭😭😭😭😭😭

why✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang