✨8✨

3.5K 497 18
                                    




🥀__🥀






Malam itu suasana rumah kecil Haechan lumayan sepi dan tenang. Jisung sudah tertidur, dan Chenle juga tadi sudah merapikan tempat tidurnya. Anak itu tidak bisa tidur sebelum ia menata tempat tidur dengan rapi walaupun akan berakhir sia-sia karna ketika ia bangun semuanya akan turun dari kasur. Haechan menatap langit yang bertabur bintang. Hatinya gundah, tiba-tiba saja merasa gloomy.



"Kenapa malah keluar sih bunda, dingin tau!!" Haechan menoleh, mendapati Chenle duduk di sampingnya dengan tubuh yang dibungkus oleh selimut.

"Gak apa. Bunda pengen aja, bentar lagi juga masuk kok. Anak bunda kenapa belum tidur?" Haechan mengelus pelan rambut hitam lembut Chenle. Anak gadisnya itu tumbuh menjadi gadis yang cantik, kulit putih bersihnya menurun dari sang ayah.

"Aku kesini kan pengen tidur sama bunda. Eeh bundanya malah gaada dikamar. Gimana bisa aku tidur??" Chenle cemberut, Haechan terkekeh lalu memeluk gadis itu.


"Kak?"

"Iya bunda?"

"Berat ya kak?" Chenle berfikir sebentar, ia tidak tahu akan kearah mana pertanyaan bundanya ini. Namun belum sempat ia mendapat jawaban, Haechan sudah melanjutkan kalimatnya lagi.



"Pasti kakak bertanya-tanya, kenapa ayah bunda pisah, kenapa milih jalan egois yang nyakitin anaknya" Chenle diam, ia tidak membenarkan dan tidak juga menyalahkan perkataan Haechan. Ia tahu bahwa bundanya pasti punya penjelasan malam ini.



"Maaf ya udah egois? Bunda cuma berharap kalo kakak faham bahwa keputusan ini tuh juga gak mudah untuk bunda. Kalo aja bunda bisa bertahan, bunda akan bertahan. Bunda sama ayah kamu nikah muda waktu itu. Jiwa muda kita masih bergejolak banget, mana yang pengen bebas keluar, mana yang pengen bebas nongkrong. Disitu posisinya kita udah punya anak dua, kamu sama adek. Bunda gak tau kalo ternyata kehidupan pernikahan itu seberat itu kalau kita belum cukup dewasa. Ekspetasi bunda kalo nikah, bunda bakal santai nikmatin waktu, hidup bahagia. Ternyata engga, bunda harus ngurus dua anak kecil padahal bunda gak punya ilmu parenting sama sekali. Kalo kalian kenapa-napa ayah kamu selalu marahnya ke bunda, bunda gak becus ngurus kalian. Bunda gak bilang kalian beban ya, ini cuma bunda yang terlalu kaget sama semua hal baru waktu itu" Haechan diam sebentar, memikirkan kata apa yang harus ia keluarkan agar tidak menyakiti hati putrinya.




"Bunda gak punya pilihan lain, Bunda lagi setres karna pekerjaan rumah plus anak-anak yang masih kecil. Ayah kamu sibuk banget di kantor, cheat sana sini. Dia seolah lupa kalo dia udah punya anak. Sampe sekretaris ayah yang ngasi surat cerai itu di hadapan bunda" Chenle mengangguk, ia sudah tau cerita ini dari sisi neneknya. Ibu dari sang ayah sama sekali tidak membenarkan apa yang ayahnya lakukan.

"Kalau pernikahan ini cuma bisa buat bunda sakit, bunda harus bisa lepas kan?? Itu yang bunda fikirin malam itu sampe akhirnya tanda tangan di lembar surat perceraian. Bunda cuma pengen bahagia, bunda mau lepas. Bunda juga berhak bahagia kan kak??" Chenle mengangguk, mengeratkan pelukannya.


Malam itu ia sadar, bahwa bukan hanya ia dan sang adik yang berhak bahagia. Tapi orang tuanya juga. Mungkin dengan berpisah itu bisa membuat mereka bahagia. Ia dan Jisung hanya perlu memaafkan karena cara mencintai yang orang tua mereka berikan bukan dalam bentuk yang mereka inginkan.










🥀__🥀






Aku bakal double up kalo sedih aku udah ilang (aku abis ngerjain draft why part 10&11 dan berhasil bikin sedih) 😭😭😭😭 jadi ini aku mau kemana aja gitu nyari seneng😭😭😭😭

why✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang