02

4.8K 422 58
                                    

Yey up lagi^^

Seneng gak?

Btw, gimana kabar kalian? Baik dong ya:v

Aku gak tau cerita ini bakal kaya gimana, tapi aku usahain bakalan sebagus mungkin. Aku nulis pun spontan sesuai isi pikiranku, jadi tolong di ma'lum kalau gak nyambung><

Pokoknya jangan lupa vote+comen yang banyak! Part kemarin juga cuma sedikit yang vote+komen, aku jadi gak semangat:((

Follow juga akun aku!

Semoga suka sama part ini. Happy reading and i love you<3







****



Dari rumah sakit menuju rumah Rima jaraknya lumayan jauh, kisaran 10 KM. Tapi sekarang dia sudah sampai di kediaman Rima, rumahnya terlihat bagus dengan dua lantai, ada seorang satpam juga di rumah ini, menurut Abel keluarga dari Rima sepertinya sangat kaya. Di banding dengan rumahnya dulu ini lebih besar dua kali lipat, tapi hanya satu kekurangannya, rumah ini sangat sepi.

"Aduh iya, pak. Saya akan segera ke sana sekarang!"

"Baik pak. Terima kasih,"

Abel menatap tante Mia dengan pandangan seolah bertanya.

"Maaf ya, Rim? Tante gak bisa nemenin kamu di sini, tante masih ada urusan di kantor, biasalah bos tante rewel banget!" ucapnya dengan tak enak hati.

Abel mengangguk mengerti membuat tante Mia semakin merasa bersalah.

"Emm, tante panggilin bi Ratih deh! Nanti kamu di anterin sama dia aja, ya?"

Abel hanya diam saja membiarkan tante Mia keluar dari mobil taxi dan memanggil bi Ratih, dia salah satu ART di rumah itu.

Terlihat tante Mia berjalan bersama seorang wanita berusia kisaran 55 tahunan, dia berjalan mendekat ke arah mobil yang Abel tumpangi.

"Rim, kamu langsung aja masuk ke rumah sama bi Ratih, terus istirahat! Jangan tungguin orang tua kamu, orang tua kamu gak mungkin pulang siang hari, paling nanti larut malam!" pesan tante Mia membuat Abel mengangguk mengerti.

"Mari non!" ajak bi Ratih dengan tersenyum sopan.

Abel segera keluar dari mobil dan melangkah berbarengan dengan bi Ratih.

"Bibi seneng banget dapat kabar kalau non Rima sudah sembuh," ucap bi Ratih dengan tiba-tiba.

Abel yang mendengar apa yang beliau katakan sontak tersenyum simpul. Dia rasa kehidupan gadis ini tidak terlalu menyedihkan, bahkan masih banyak orang yang menyayanginya, tidak seperti dirinya di masa lalu.

Abel menatap rumah itu dengan seksama, benar-benar megah.

"Di sini aku tinggal dengan siapa aja, bi?"

"Non tinggal dengan orang tua non, bibi, Tiwi dia salah satu ART juga dia keponakan bibi, dan juga pak Dodi satpam di rumah ini," jelasnya membuat Abel mengangguk pelan.

"Mari non saya antar ke kamar non!" ucapnya sembari membuka pintu utama.

Matanya di suguhkan dengan interior-interior megah, Abel sampai heran sekaya apa keluarga dari Rima ini.

"Rumahnya besar ya, bi,"

Bi Ratih terkekeh pelan, "begitulah non, orang tua non kerja lembur setiap hari hanya untuk memenuhi kebutuhan kita. Rumah ini pun hasil kerja keras mereka, sayangnya semua kemewahan ini tak cukup bagi mereka, entah mereka takut miskin atau bagaimana yang jelas mereka terlalu gila kerja,"

Second Life (Sequel A2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang